Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adab Bertamu dan Menerima Tamu Menurut Syariat Islam

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 45 menit yang lalu

45 menit yang lalu

7 Views

ilustrasi bertamu ke rumah saudara (foto: Fb)

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Firman Allah :

هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْمُكْرَمِينَ (٢٤) إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَـٰمًا ۖ  قَالَ سَلَـٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ (٢٥) فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ (٢٦) فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ (٢٧) (الذاريات [٥١]: ٢٤-٢٧)

Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (24) (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, “Salāman (salam)”, Ibrahim menjawab, “Salāmun (salam)”. (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenal. (25) Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), (26) lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, “Silakan kamu makan” (tetapi mereka tidak mau makan). (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 24-27)

Baca Juga: Bukti-bukti Kekalahan Zionis Israel dalam Perang di Gaza

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Adz-Dzariyat [51]: 24)

Yakni tamu-tamu yang kedatangannya harus dihormati.

Imam Ahmad dan sejumlah ulama mengatakan bahwa wajib menjamu tamu. Sunnah pun menganjurkan hal yang sama, semakna dengan makna lahiriah ayat Firman Allah ﷻ:

Baca Juga: Media dan Tantangan Pemberitaan Perjuangan Palestina

فَقَالُوا۟ سَلَـٰمًا ۖ  قَالَ سَلَـٰمٌ

Lalu mereka mengucapkan, “Salāman (salam)”, Ibrahim menja-wab, “Salāmun (salam)”. (Adz-Dzariyat [51]: 25)

Rafa’ lebih kuat dan lebih kukuh daripada nashab, maka menja-wab dengan memakai rafa’ lebih utama daripada memulainya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman-Nya:

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Baca Juga: Nilai-Nilai Islam untuk Atasi Perubahan Iklim Global

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa [4]: 86)

Ternyata Al-Khalil (Nabi Ibrahim ) memilih yang terbaik.

Firman Allah ﷻ menyitir kata-kata Nabi Ibrahim :

قَوْمٌ مُنْكَرُونَ

Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?

“(Mereka itu) orang-orang yang belum dikenal.” (Adz-Dzariyat: 25)

Demikian itu karena Malaikat Jibril, Malaikat Mikail, dan Malaikat Israfil  datang menemui Nabi Ibrahim  dalam rupa para pemuda yang tampan-tampan disertai dengan wibawa yang sangat kuat. Karena itulah maka Ibrahim  berkata: (Mereka itu) orang-orang yang belum dikenal. (Adz-Dzariyat: 25)

Firman Allah ﷻ:

فَرَاغَ إِلَى أَهْلِهِ

Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak

“Maka diam-diam dia (Ibrahim) pergi menemui keluarganya,” (Adz-Dzariyat: 26)

Yakni surut mundur dengan diam-diam secara cepat.

فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ

“kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar).” (Adz-Dzariyat: 26)

Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya

Yaitu dari ternak pilihannya yang merupakan hartanya (di masa itu). Sedangkan di dalam ayat lain disebutkan melalui firman-Nya dengan ungkapan berikut:

فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ

“maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (Hud [11]: 69)

Yakni yang dibakar di atas bara api, alias sapi muda guling.

Baca Juga: Mengapa Israel Gagal Kalahkan Hamas?

فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ

“lalu dihidangkannya kepada mereka.” (Adz-Dzariyat: 27)

Maksudnya, disuguhkan kepada mereka untuk disantap.

قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ

Baca Juga: Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Bulan Ramadhan

Ibrahim berkata. “Silakan kamu makan.” (Adz-Dzariyat: 27)

Ungkapan mempersilakan dan menawarkan dengan cara yang baik. Ayat ini mengandung etika menjamu tamu. Nabi Ibrahim Alaihi Salam menyuguhkan makanan tanpa sepengetahuan tamu-tamunya itu dengan cepat dan tidak menawarkannya lebih dahulu kepada mereka, misalnya, “Mau makan apa?” Melainkan Ibrahim  datang dengan cepat dan tersembunyi menyuguhkan makanan-nya yang paling enak dari hartanya yang paling berharga, yaitu sapi muda yang gemuk empuk dagingnya dalam keadaan telah dipanggang.

Nabi Ibrahim Alaihi Salam tidak meletakkannya terlebih dahulu, lalu baru mengatakan, “Kemarilah menyantap suguhan ini,” melainkan ia meletakkannya langsung ke hadapan tamu-tamunya, dan tidak memberatkan tamu-tamunya itu, melainkan mengatakan kepada mereka: Silakan kamu makan. (Adz-Dzariyat: 27) Yakni dengan ungkapan tawaran dan memohon dengan lemah lembut, semisal dengan perkataan orang-orang di masa kini, “Sudilah kiranya engkau berbuat baik dan bersedekah.”

Manfaat Didatangi Tamu

Baca Juga: Mengapa Israel Ingin Kuasai Jenin?

Dalam Kamus Bahasa Arab disebutkan tamu adalah:

الضَّيِّفُ هُوَ زَائِرُ الْبَيْتِ وَلَيْسَ صَاحِبَهُ

“Pengunjung rumah yang bukan pemiliknya.”

Kedatangan tamu ke rumah seseorang akan mendatangkan manfaat. Rasulullah ﷺ mengajarkan sebuah amal sederhana yang dapat mendatangkan rezeki dan meruntuhkan banyak dosa. Yakni memuliakan tamu.

Baca Juga: Erdogan, Palestina, dan Kesatuan Dunia Islam

Sebagaimana wasiat Rasulullah ﷺ kepada Ali bin Abi Thalib  yang dapat ditemukan dalam kitab Wasiyat Al-Musthafa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al-Anshari Asy-Syafi’i Asy-Syadzili Al-Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy-Syarani.

يَا عَلِيُّ، أُطْلُبُ الْخَيْرَ عِنْدَ صَبَاحِ الْوُجُوْهِ وَأَكْرِمِ الضَّيْفَ فَإِنَّهُ إِذَا نَزَلَ بِقَوْمٍ نَزَلَ مَعَهُ رِزْقُهُ وَإِذَا ارْتَحَلَ إِرْتَحَلَ بِذُنُوْبِ أَهْلِ الْمَنْزِلِ فَيُلْقِيْهَا فِي الْبَحْرِ.

“Wahai Ali, carilah olehmu kebaikan (bantuan, pertolongan) pada orang yang cerah wajahnya, dan muliakanlah tamu. Sesung-guhnya ketika singgah tamu di suatu kaum, maka singgah pula bersama kaum itu rezeki. Dan ketika pergi tamu, maka ia pergi dengan membawa dosa-dosa penghuni rumah yang ditinggalkan, maka membuang Allah pada dosa-dosa itu ke lautan.”

Rumah yang disinggahi tamu menjadi sebab turunnya malaikat rahmat. Sebaliknya rumah yang tidak pernah dimasuki tamu tidak akan dimasuki malaikat.

يَا عَلِيُّ، لَمْ تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ تُصَاوِيْرُ أَوْ تَمَاثِيْلُ أَوْ عَاقٌّ لِوَالِدَيْهِ أَوْ بَيْتٌ لَا يَدْخُلُهُ ضَيْف.

“Wahai Ali, tidak akan masuk malaikat rahmat ke rumah yang di dalam rumah itu ada patung-patung atau berhala-berhala, atau ada anak yang durhaka pada orang tuanya, atau rumah itu tidak pernah dimasuki tamu.”

Adab Bertamu

Adab bertamu adalah tata cara dan etika yang harus diperhatikan ketika mengunjungi rumah orang lain. Dalam Islam, adab bertamu tidak hanya mencerminkan akhlak seseorang, tetapi juga merupakan bagian dari menjaga hubungan baik antar sesama. Islam mengajarkan bahwa setiap tamu dan tuan rumah harus saling menghormati dan memperlakukan satu sama lain dengan baik.

Ajaran tentang adab bertamu dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadis. Allah ﷻ berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَدْخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا۟ وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ  ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (النور [٢٤]: ٢٧)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan milik kalian hingga kalian meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (Q.S. An-Nur [24]: 27)

Ayat ini menunjukkan pentingnya meminta izin sebelum masuk ke rumah orang lain dan memberi salam sebagai tanda penghormatan.

Rasulullah ﷺ juga memberikan petunjuk mengenai adab bertamu. Dalam sebuah hadis, beliau ﷺ bersabda:

الْإِسْتِئْذَانُ ثَلَاثٌ فَإِنْ أُذِنَ لَكَ فَادْخُلْ وَإِلَّا فَارْجِعْ (رواه البخاري ومسلم)

“Meminta izin (untuk masuk rumah) itu tiga kali. Jika diizinkan, maka masuklah. Jika tidak diizinkan, maka pulanglah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menekankan pentingnya etika meminta izin dan tidak memaksa untuk masuk jika tidak diizinkan.

Berdasarkan ayat dan hadis di atas para ulama memberikan tuntunan bertamu sebagai berikut:

  1. Meminta Izin: Sebelum memasuki rumah orang lain, penting untuk meminta izin. Ini menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah.
  2. Memberi Salam: Mengucapkan salam saat memasuki rumah adalah bagian dari adab yang baik. Salam menciptakan suasana yang ramah dan hangat.
  3. Menjaga Waktu: Pilih waktu yang tepat untuk bertamu. Hindari datang terlalu pagi atau larut malam. Selain itu, batasi waktu kunjungan agar tidak mengganggu aktivitas tuan rumah.
  4. Bersikap Sopan: Selama bertamu, jaga sikap dan perilaku agar tetap sopan. Hindari berbicara kasar atau melakukan hal-hal yang dapat membuat tuan rumah merasa tidak nyaman.
  5. Tidak Mencampuri Urusan Tuan Rumah: Hormati privasi tuan rumah. Jangan mengganggu atau mencampuri urusan pribadi mereka tanpa izin.
  6. Membawa Buah Tangan: Jika memungkinkan, bawalah buah tangan sebagai tanda penghargaan kepada tuan rumah. Ini dapat meningkatkan keakraban dan menunjukkan perhatian.
  7. Mengucapkan Terima Kasih: Setelah kunjungan, ucapkan terima kasih kepada tuan rumah atas sambutan yang diberikan. Hal ini menunjukkan rasa penghargaan dan menjaga hubungan baik.

Adab Menerima Tamu

Di antara adab menerima tamu antara lain:

  1. Disunnahkan menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang kepada mereka.
  2. Menghormati dan menyediakan hidangan untuk tamu semam-punya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan hidangan terbaik.
  3. Dalam pelayanannya, diniatkan untuk memberikan kegembi-raan.
  4. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda dari Rasulullah ﷺ berikut:

مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا

“Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (H.R. Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad)

  1. Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu, karena hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.
  2. Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah meng-ajak mereka berbincang-bincang dengan topik yang menye-nangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.
  3. Tidak membereskan hidangan sebelum tamu selesai menik-mati.
  4. Setidaknya mengantarkan tamu saat hendak mau pulang hingga ke depan rumah.
  5. Tidak mengkhususkan mengundang orang-orang kaya saja tanpa mengundang orang miskin. Ini sesuai dengan sabda Nabi ﷺ:

شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الْأَغْنِيَاءُ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (H.R. Bukhari Muslim)

Manfaat Menghormati Bertamu

  1. Membangun Hubungan Baik

Menghormati adab bertamu dapat memperkuat hubungan antar sesama, baik dalam keluarga, teman, maupun masyarakat.

  1. Menciptakan Suasana Nyaman

Dengan bersikap sopan dan menghormati tuan rumah, suasana kunjungan akan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.

  1. Menjadi Contoh yang Baik

Dengan menerapkan adab bertamu yang baik, kita dapat menjadi teladan bagi orang lain, terutama generasi muda, dalam menjaga etika dan akhlak.

  1. Menjalin Hubungan Harmonis

Dengan menghormati tamu akan terjalin hubungan harmonis antara tuan rumah dan tamu, baik ketika tamu berada di rumang tuan rumah maupun ketika tamu sudah kembali ke kediamannya.

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda