DALAM dinamika kehidupan modern yang serba cepat, nilai-nilai adab dan akhlak yang dahulu menjadi pilar utama dalam membentuk karakter generasi muda kini mulai terkikis.
Sikap hormat kepada orang tua dan guru, kesopanan dalam bertutur kata, serta rasa tanggung jawab terhadap sesama semakin jarang ditemukan.
Pengaruh teknologi, gaya hidup hedonis, serta lemahnya pendidikan karakter menjadi faktor utama yang mempercepat hilangnya nilai-nilai luhur ini. Jika dibiarkan, generasi mendatang mungkin akan tumbuh tanpa pondasi moral yang kuat, yang berujung pada krisis akhlak dalam masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menelaah kembali bagaimana upaya mempertahankan dan menanamkan kembali adab serta akhlak yang mulai hilang dari generasi muda. Berikut enam adab dan akhlak yang mulai hilang dari generasi muda.
Baca Juga: Ayah sebagai Teladan: Menginspirasi Generasi Berikutnya
Pertama, Hilangnya Rasa Hormat kepada Orang Tua dan Guru
Salah satu adab yang semakin luntur dalam generasi muda adalah rasa hormat kepada orang tua dan guru. Dalam Islam, menghormati orang tua merupakan kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya…” (Qs. Al-Ahqaf: 15).
Namun, perkembangan zaman dan teknologi menyebabkan sebagian anak lebih sibuk dengan gawai daripada berinteraksi dengan orang tua. Sikap ini juga tampak dalam dunia pendidikan, di mana guru sering kehilangan wibawa di hadapan murid-muridnya.
Kedua, Kurangnya Kesopanan dalam Berbicara
Baca Juga: Sejarah Masjid Al-Aqsa: Kiblat Pertama Umat Islam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan umatnya untuk berbicara dengan lemah lembut dan tidak berkata kasar. Dalam haditsnya, beliau bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sayangnya, banyak generasi muda yang semakin terbiasa dengan kata-kata kasar, baik dalam percakapan langsung maupun di media sosial. Hal ini mencerminkan hilangnya kesadaran akan pentingnya tutur kata yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Menurunnya Kepedulian Sosial
Generasi muda kini cenderung lebih individualis dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Padahal, Islam mengajarkan kepedulian sosial sebagaimana firman Allah, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…” (Qs. Al-Ma’idah: 2).
Baca Juga: Peran Media dalam Mengungkap Konflik Palestina
Kurangnya kepedulian ini tampak dalam ketidakpedulian terhadap tetangga, enggan membantu sesama, dan semakin lemahnya semangat gotong royong dalam masyarakat.
Ketiga, Hilangnya Rasa Malu
Rasa malu adalah bagian dari iman, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Malu itu sebagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, banyak anak muda yang menganggap rasa malu sebagai kelemahan. Mereka lebih berani dalam hal-hal yang dilarang, seperti berpakaian tidak sopan, berbicara tanpa adab, hingga menormalisasi perilaku yang menyimpang. Hilangnya rasa malu ini merupakan tanda lemahnya iman dan ketidaksadaran akan batasan moral dalam Islam.
Baca Juga: Mempertahankan Kefitrahan Manusia
Keempat, Mengabaikan Kejujuran dan Amanah
Kejujuran adalah salah satu sifat utama yang diajarkan Islam. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (Qs. An-Nisa: 58).
Namun, dalam praktiknya, banyak generasi muda yang menganggap kebohongan sebagai hal biasa, baik dalam akademik, pekerjaan, maupun interaksi sosial. Ketidakjujuran ini bisa merusak karakter dan menciptakan budaya ketidakpercayaan dalam masyarakat.
Kelima, Menurunnya Semangat Menuntut Ilmu
Baca Juga: 10 Sebab Kenapa Amerika Sering Bantu Israel
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah).
Sayangnya, banyak generasi muda yang lebih tertarik pada hiburan dibandingkan ilmu. Media sosial dan game sering kali lebih menarik perhatian dibandingkan membaca, berdiskusi, atau mengikuti kajian. Hal ini mengakibatkan rendahnya pemahaman agama dan ilmu pengetahuan yang seharusnya menjadi bekal masa depan.
Keenam, Kurangnya Rasa Syukur dan Tawakal
Generasi muda saat ini cenderung lebih mudah mengeluh dan kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Padahal, Allah berfirman, “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…” (Qs. Ibrahim: 7).
Baca Juga: Masjid Agung Jawa Tengah, Perpaduan Arsitektur Jawa, Arab, dan Eropa
Sikap tidak bersyukur ini terlihat dari mudahnya mereka merasa tidak puas, iri dengan kehidupan orang lain di media sosial, serta kurangnya ketahanan dalam menghadapi cobaan. Kurangnya rasa tawakal juga menyebabkan banyak anak muda yang mudah putus asa dan kehilangan semangat hidup.
Kiat Menumbuhkan Adab dan Akhlak yang Hilang
Pertama, Pentingnya Mengembalikan Adab dan Akhlak yang Hilang. Untuk mengembalikan adab dan akhlak yang mulai hilang ini, diperlukan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai Islam sejak dini. Keluarga, sekolah, dan lingkungan harus bersinergi dalam menanamkan nilai-nilai moral agar generasi muda memiliki karakter yang kuat.
Kedua, Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak. Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk akhlak anak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: 12 Faktor, Fakta dan Data Kehancuran Israel
Oleh karena itu, orang tua harus menjadi teladan dalam akhlak dan ibadah, serta membimbing anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Ketiga, Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Akhlak Islam. Pendidikan akhlak harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan. Sekolah dan lembaga pendidikan Islam perlu mengajarkan akhlak secara lebih intensif, tidak hanya dalam teori, tetapi juga dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Keempat, Dakwah dan Peran Ulama dalam Membimbing Generasi Muda. Ulama dan dai memiliki peran penting dalam membimbing generasi muda agar tidak tersesat dalam arus globalisasi yang negatif. Dakwah yang menyentuh hati dan berbasis dalil yang kuat dapat membantu membangun kesadaran akan pentingnya menjaga akhlak dalam kehidupan.
Ketujuh, Pemanfaatan Teknologi untuk Menyebarkan Nilai Islam. Teknologi yang sering disalahgunakan justru bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan kebaikan. Konten Islami yang menarik dan edukatif dapat menjadi sarana efektif untuk menanamkan adab dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: 10 Daftar Kejahatan Amerika dan Israel Terhadap Palestina
Hilangnya adab dan akhlak dari generasi muda merupakan tantangan besar bagi umat Islam. Namun, dengan usaha bersama dari keluarga, sekolah, ulama, dan masyarakat, nilai-nilai Islam dapat kembali ditanamkan. Pendidikan akhlak, dakwah yang baik, serta pemanfaatan teknologi secara positif adalah kunci untuk membangun generasi yang berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.[]
Mi’raj News Agency (MINA)