DALAM Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Allah SWT memuliakan orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” Namun, ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa akar yang kokoh. Dakwah yang dilakukan tanpa adab hanya akan melahirkan sikap sombong, merasa paling benar, dan kurang membawa keberkahan bagi umat.
Para ulama terdahulu selalu menekankan bahwa adab harus didahulukan sebelum ilmu. Imam Malik rahimahullah pernah berkata, “Ibuku memakaikan aku pakaian ulama sebelum aku menuntut ilmu, dan dia berkata kepadaku, ‘Pelajarilah adab sebelum engkau belajar ilmu.'” Pesan ini mengajarkan bahwa tanpa adab, ilmu yang tinggi bisa menjadi fitnah dan bukan manfaat.
Dalam konteks dakwah, adab menjadi fondasi utama yang harus dikuatkan oleh seorang dai. Keberhasilan dakwah tidak hanya bergantung pada seberapa luas ilmu seseorang, tetapi juga pada bagaimana ia membawakannya dengan penuh hikmah dan kesabaran. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam dakwah yang penuh kelembutan, kasih sayang, dan kesabaran menghadapi umat yang belum memahami Islam.
Salah satu aspek penting dalam adab berdakwah adalah rendah hati. Ilmu yang dimiliki seorang dai seharusnya tidak menjadikannya merasa lebih tinggi dari orang lain. Rasulullah SAW sendiri, meskipun menjadi manusia paling berilmu dan mulia, tetap berinteraksi dengan penuh kelembutan kepada setiap orang, termasuk mereka yang memusuhinya. Sikap rendah hati ini membuat dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat.
Baca Juga: Ramadhan: Saat Empati dan Kebersamaan Menyatu dalam Ibadah
Adab dalam berdakwah juga menuntut kesabaran. Seorang dai akan menghadapi berbagai rintangan, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari orang-orang yang dia dakwahi. Tanpa kesabaran, seorang dai bisa mudah putus asa atau bahkan bersikap kasar ketika mendapatkan penolakan. Padahal, Allah telah mengingatkan dalam Surah An-Nahl ayat 125 agar berdakwah dengan hikmah dan nasihat yang baik.
Kemudian, seorang dai harus menjaga lisan dan sikapnya. Dakwah bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga menampilkan akhlak yang baik. Jika seorang dai memiliki ilmu yang tinggi tetapi sering berkata kasar, merendahkan orang lain, atau mudah marah, maka dakwahnya akan sulit diterima. Akhlak lebih berbicara daripada kata-kata, dan manusia cenderung lebih terpengaruh oleh sikap daripada nasihat lisan semata.
Adab dalam menuntut ilmu juga menjadi bagian penting dari keberhasilan dakwah. Seorang dai harus selalu haus akan ilmu dan tetap memiliki sikap tawadhu’ dalam belajar. Tidak ada seorang pun yang sempurna, dan ilmu Allah sangat luas. Jika seorang dai merasa cukup dengan ilmunya dan enggan belajar dari orang lain, maka ia telah terperangkap dalam kesombongan yang bisa menjauhkan keberkahan dalam dakwahnya.
Selain itu, adab dalam menghormati ulama dan guru juga menjadi bagian penting dalam perjalanan seorang dai. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan ilmu yang mereka sampaikan harus dihormati. Menghormati ulama bukan berarti taklid buta, tetapi tetap menjaga sikap sopan dan tidak merendahkan mereka. Dakwah yang berkembang dari ilmu yang penuh keberkahan tidak mungkin terwujud tanpa menghormati mereka yang telah berjuang menyebarkan ilmu sebelumnya.
Baca Juga: Menjadi Dai yang Dirindukan: Merajut Dakwah dengan Akhlak dan Kasih Sayang
Seorang dai juga harus memiliki adab dalam menghadapi perbedaan pendapat. Dalam dunia dakwah, perbedaan ijtihad di kalangan ulama adalah hal yang wajar. Namun, jika seorang dai tidak memiliki adab dalam menyikapi perbedaan, ia bisa terjebak dalam sikap fanatik dan merasa hanya pendapatnya yang benar. Sikap ini justru akan menjauhkan umat dari dakwah yang penuh hikmah.
Adab dalam berdakwah juga mencakup bagaimana seorang dai menjaga niatnya. Dakwah bukan ajang untuk mencari popularitas, keuntungan materi, atau pengakuan dari manusia. Dakwah adalah tugas mulia yang harus dilakukan semata-mata karena Allah. Jika niat seorang dai telah tercampur dengan hal-hal duniawi, maka keberkahan dalam dakwahnya akan hilang dan tidak akan memberikan manfaat yang hakiki.
Selain menjaga niat, seorang dai juga harus istiqamah dalam berpegang pada kebenaran. Tidak sedikit dai yang tergoda oleh tekanan lingkungan atau godaan dunia sehingga menyimpang dari prinsip kebenaran. Adab dalam dakwah menuntut keteguhan dalam prinsip Islam, meskipun harus menghadapi tantangan yang berat. Rasulullah SAW sendiri tetap istiqamah menyampaikan Islam meskipun ditentang oleh kaumnya.
Kesimpulannya, adab dalam dakwah adalah kunci keberkahan dalam menyebarkan Islam. Ilmu yang tinggi tanpa adab hanya akan menjadi kesombongan yang merusak dakwah itu sendiri. Seorang dai harus selalu mengutamakan akhlak yang baik, rendah hati, sabar, menjaga lisan, menghormati ulama, dan tetap istiqamah dalam menyampaikan kebenaran. Dengan menjunjung tinggi adab, dakwah akan lebih mudah diterima dan membawa manfaat yang besar bagi umat.[]
Baca Juga: Kewajiban Berbakti kepada Orangtua
Mi’raj News Agency (MINA)