Oleh Zaenal Muttaqin, wartawan Kantor Berita MINA, Biro Jawa Tengah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al Mujadalah:11)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Disebutkan dalam riwayat, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa memberikan tempat khusus kepada para sahabat ahli badar. Suatu hari ketika majlis sedang berlangsung, datang beberapa sahabat ahli Badar. Mereka mengucapkan salam kepada Rasulullah dan orang-orang di majlis itu dan mereka menjawabnya pula. Namun, tidak ada yang beranjak dari tempat duduknya sehingga para ahli Badar itu berdiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya yang lain, yang ada di majelis tersebut untuk bergeser tempat lain agar para ahli badar bisa duduk di dekat beliau.
Orang-orang munafik menanggapi itu dengan menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak adil. “Katanya Muhammad berlaku adil, ternyata tidak.” Mereka bermaksud memprofokasi dan memecah belah para sahabat.
Ketika anggapan itu sampai di telinga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beliau menjelaskan, bahwa siapa yang memberi kelapangan untuk saudaranya, ia akan mendapatkan rahmat Allah. Para sahabat pun menyambut seruan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu dan Allah menurunkan surat Al Mujadalah ayat 11 ini.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Adab Menghadiri Majelis dan Keutamaannya
Surat Al Mujadalah ayat 11 ini mengajarkan tentang adab dalam majleis dan keutamaannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,”
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Kata tafassahuu (تفسحوا) dan ifsahuu (إفسحوا) berasal dari kata fasaha (فسح) yang artinya lapang. Sedangkan kata unsyuzu (أنشزوا) berasal dari kata nusyuuz (نشوز) yang artinya tempat yang tinggi. Yaitu beralih ke tempat yang tinggi. Perintah itu berarti, berdirilah untuk pindah ke tempat lain guna memberikan kesempatan kepada orang lain agar duduk di situ.
Ayat tersebut memberikan tuntunan adab atau etika bermajlis. Yakni hendaklah berlapang-lapang dalam majelis. Tidak mengambil tempat duduk kecuali seperlunya dan memberikan kesempatan orang lain untuk dapat duduk di majlis jika memungkinkan.
Ayat ini mengajarkan pula untuk memberikan tempat yang wajar serta menghormati orang berjasa dan orang-orang yang lemah. Pada konteks asbabun nuzul, para sahabat ahli badar adalah orang-orang yang memiliki keutamaan dan kedudukan mulia dalam Islam karena jasa besar mereka dalam perjuangan. Karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan tempat khusus kepada mereka.
Imam Qurthubi memberikan penjelasan, boleh bagi seseorang mengutus pembantunya untuk mengambilkan tempat duduk baginya di majelis. Dengan catatan, pembantunya itu berdiri untuk pindah ke tempat lain ketika yang mengutusnya datang dan duduk.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Namun secara umum, dilarang menyuruh seseorang untuk pindah dari tempat duduknya untuk ia tempati, sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ يُقِمِ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَقْعُدْ فِيهِ
“Janganlah seseorang menyuruh berdiri orang lain dari majlisnya lalu ia duduk menggantikannya.” (HR. Ahmad)
Orang yang memberi kelapangan kepada orang lain, ia akan diberi kelapangan oleh Allah. Orang yang memberikan tempat duduk kepada orang lain, ia juga mendapat kebaikan dari Allah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Maka termasuk hal yang baik pula apa yang sering terjadi pada setiap kegiatan majelia ilmu, di mana disiapkan atau disediakan tempat khusus bagi orang yang dianggap layak diutamakan, baik di bagian depan majelis.
Allah Meninggikan Derajat Orang Berilmu
Surat Al Mujadalah ayat 11 ini juga menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu. Bahwa Allah akan meninggikan derajat mereka.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ibnu Katsir mengomentari ayat ini, janganlah beranggapan bahwa apabila seseorang memberikan kelapangan untuk tempat duduk saudaranya yang baru tiba atau ia disuruh bangkit untuk saudaranya itu merendahkan diri sendiri. Tidak, bahkan itu merupakan suatu derajat ketinggian baginya di sisi Allah.
Orang yang memberikan kelapangan kepada saudaranya dan bersegera saat disuruh bangkit, mereka adalah orang-orang berilmu yang tahu adab majelis. Maka Allah meninggikan derajat mereka.
Firman Allah ini bersifat umum, siapa pun yang beriman dan berilmu, Allah akan meninggikan derajatnya. Tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Disebutkan dalam riwayat amirul Mukmini Umar bin Khathab pernah bertemu Nafi’ bin Abdul Haris di Asfan. Sebelumnya, Umar menunjuk Nafi’ menjadi amilnya di Makkah. Maka Umar bertanya kepada Nafi’, “Siapakah yang menggantikanmu untuk mengurus di Makkah?”
“Aku menunjuk Ibnu Abza sebagai penggantiku,” jawab Nafi’.
“Engkau menunjuk seorang bekas budak untuk menggantikanmu mengurus Makkah?” kata Umar.
“Wahai amirul mukminin, sesungguhnya dia seorang ahli qiraat dan hafal Al Quran, alim mengenai ilmu faraid,” jawab Nafi’
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Maka Umar pun menyetujuinya, seraya membacakan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam,
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum berkat Kitab (Al Quran) ini dan merendahkan kaum lainnya karenanya.” (HR. Muslim)
Di dalam tafsir Fi Zilalil Quran, Sayyid Qutb menjelaskan, bahwa ayat ini mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa keimananlah yang mendorong mereka berlapang dada dan menaati perintah. Ilmulah yang membina jiwa lalu dia bermurah hati dan taat.
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
“Iman dan ilmu itu mengantarkan seseorang kepada derajat yang tinggi di sisi Allah. Derajat ini merupakan imbalan atas tempat yang diberikannya dengan suka hati dan atas kepatuhan kepada Rasulullah,” tulis Sayyid Qutb.
Selanjutnya surat Al Mujadalah ayat 11 ini merupakan penegasan, bahwa Allah Maha Mengetahui dan Mengabarkan serta memberi balasan berdasarkan ilmu.
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-6] Tentang Halal dan Haram
Allah Maha Mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-hambaNya. Termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Seluruhnya itu akan dikabarkan Allah di akhirat nanti dan akan diberikan balasan.
Bagi yang dengan ikhlas memberi kelapangan kepada saudaranya dan mereka yang mentaati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mereka akan mendapatkan pahala di akhirat. Demikian pula mereka yang tidak enggan memberi kelapangan, bahkan orang munafik yang menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak adil, mereka juga akan mendapatkan balasan di akhirat kelak.
“Allah memberikan balasan berdasarkan ilmu dan pengetahuan akan hakikat perbuatanmu dan atas motivasi yang ada di balik perbuatan itu,” terang Sayyid Qutb.
Sebagai kesimpulan dari kandungan surat Al Mujadilah Ayat 11, setidaknya mengandung ajaran:
1. Di antara adab menghadiri majlis (termasuk majelis ilmu dan majlis dzikir) adalah berlapang-lapang dan memberikan kelapangan kepada orang lain agar bisa duduk di majelis itu.
2. Pemimpin majelis boleh memerintahkan seseorang untuk pindah guna memberikan tempat kepada orang yang dimuliakan atau juga menyiapkan tempat khusus. Hendaknya orang yang diperintah mentaati pemimpin majelis tersebut.
3. Orang yang memberikan kelapangan kepada saudaranya di majelis, Allah akan memberikan kelapangan untuknya.
4. Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
5. Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-hambaNya dan motivasi di balik perbuatan itu. Allah juga akan memberikan balasan berdasarkan hakikat dan motivasi perbuatan itu.
6. Ayat ini memotivasi orang-orang beriman untuk menuntut ilmu dan menjadi orang-orang yang berilmu.
Demikian di antara isi pelajaran dari surat Al Mujadalah ayat 11, semoga bermanfaat dan menjadikan bersemangat menuntut ilmu serta mengamalkan adab dalam menghadiri majelis ilmu. Wallahu a’lam bish showaab. (A/B04/P2)
(Tulisan ini adalah materi ceramah yang disampaikan Zaenal Muttaqin dalam kegiatan Ta’lim Jamaah Muslimin (Hizbullah) Niyabah Brebes pada Ahad (13/11) di Masjid Al Istiqomah Dukuhtengah Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal)
Mi’raj News Agency (MINA)