Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adab Sebelum Berdakwah, Membangun Pengaruh dengan Keindahan Akhlak

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 34 detik yang lalu

34 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DAKWAH adalah tugas mulia yang diemban oleh setiap Muslim untuk menyebarkan pesan kebaikan dan kebenaran Islam. Dalam menjalankan dakwah, tidak hanya ilmu yang perlu dimiliki, tetapi juga adab yang luhur. Adab ini menjadi dasar agar dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan memiliki pengaruh yang mendalam di hati orang yang mendengarnya. Sebelum berdakwah, penting bagi seorang da’i (pendakwah) untuk memperbaiki dan menjaga akhlaknya, karena akhlak yang baik adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan kebaikan.

Salah satu hal yang paling ditekankan dalam dakwah adalah akhlak. Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam mencontohkan kepada kita bagaimana keindahan akhlak menjadi bagian integral dari dakwah yang berhasil. Aisyah ra. pernah berkata, “Akhlak Nabi adalah Al-Qur’an.” Ini menunjukkan bahwa akhlak Nabi Shallallah ‘alaihi wasallam merupakan gambaran dari ajaran Al-Qur’an yang dijalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum menyampaikan dakwah dengan kata-kata, seorang da’i harus memastikan bahwa perilaku mereka mencerminkan apa yang mereka sampaikan. Seorang pendakwah yang tidak mempraktikkan ajaran yang disampaikan akan kehilangan kredibilitasnya. Sebagai contoh, Nabi Muhammad Shallallah ‘alaihi wasallam selalu menunjukkan keteladanan dalam segala aspek kehidupan, baik itu dalam berbicara, bersikap, maupun berinteraksi dengan orang lain.

Adab pertama yang harus dimiliki seorang pendakwah adalah keikhlasan. Berdakwah bukanlah untuk mencari pujian atau popularitas, melainkan semata-mata untuk mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ikhlas dalam berdakwah akan menumbuhkan keberkahan pada setiap kata dan tindakan yang dilakukan.

Baca Juga: Menggapai Keberkahan Hidup dengan Berjama’ah

Kesabaran adalah salah satu ciri khas dakwah yang sukses. Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan dalam dakwahnya. Dari penolakan, hinaan, hingga penganiayaan, beliau tetap sabar dan terus berusaha menyampaikan wahyu Allah dengan penuh kesungguhan.

Seorang pendakwah harus menjaga dirinya dari sifat ria (pamer) dan ujub (merasa bangga dengan dirinya sendiri). Semua tindakan dakwah yang dilakukan harus didorong oleh niat untuk mendapatkan keridhaan Allah, bukan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Jika dakwah dilakukan dengan niat yang salah, maka semua amal yang dilakukan bisa sia-sia.

Sebagai seorang pendakwah, menjaga kehormatan diri sangat penting. Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk selalu menjaga diri dari perbuatan yang merendahkan martabat dan kehormatan diri. Hal ini sangat berpengaruh dalam dakwah, karena perilaku buruk akan membuat orang lain enggan untuk menerima pesan dakwah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…” (QS. An-Nahl: 125). Dalam berdakwah, seorang da’i harus bijaksana dalam memilih kata-kata dan cara menyampaikan pesan. Dakwah yang penuh dengan kelembutan dan kebijaksanaan akan lebih mudah diterima oleh hati orang yang mendengarnya.

Baca Juga: Menikah Itu Ibadah, Bukan Ajang Pamer Mahar

Dakwah tidak hanya berbicara tentang memberi nasihat, tetapi juga mendengarkan. Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam selalu menjadi pendengar yang baik bagi umatnya. Dengan mendengarkan keluhan dan pertanyaan, seorang pendakwah dapat memahami kondisi dan kebutuhan orang yang didakwahi, sehingga dapat memberikan solusi yang tepat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu bertengkar dengan ahli kitab, kecuali dengan cara yang lebih baik…” (QS. Al-Ankabut: 46). Dalam berdakwah, seorang pendakwah harus menghindari pertengkaran dan perdebatan yang tidak bermanfaat. Dakwah yang penuh dengan perdebatan hanya akan menciptakan kebencian, bukan kedamaian dan pemahaman.

Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam adalah sosok yang penuh kasih sayang. Beliau menunjukkan bahwa dakwah yang efektif adalah dakwah yang dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada umat. Pendakwah yang penuh kasih akan lebih mudah diterima dan dipercaya oleh orang lain.

Sebelum menyampaikan dakwah kepada orang lain, seorang pendakwah harus terlebih dahulu memperbaiki dirinya. Perbaikan diri ini termasuk dalam aspek ibadah, akhlak, dan hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan menjadi pribadi yang lebih baik, dakwah yang disampaikan akan lebih berpengaruh.

Baca Juga: Bukan Soal Harga, Tapi Barakah, Mengapa Mahar Tak Perlu Mahal

Dalam berdakwah, seorang pendakwah tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama…” (QS. Al-Baqarah: 256). Setiap orang memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak dakwah yang disampaikan. Pendakwah yang baik akan menghargai keputusan orang lain tanpa memaksakan kehendaknya.

Doa adalah senjata yang sangat ampuh dalam dakwah. Seorang pendakwah harus senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan kekuatan, kemudahan, dan keberkahan dalam setiap langkah dakwah yang diambil. Doa juga menjadi sarana untuk meminta petunjuk agar dakwah yang dilakukan tidak menyimpang dari jalan yang benar.

Dakwah bukanlah usaha individu semata, tetapi usaha bersama dalam sebuah jamaah. Oleh karena itu, seorang pendakwah harus menjaga keharmonisan dalam jamaah dakwah. Dalam dakwah, kerjasama dan ukhuwah sangat penting. Seorang pendakwah harus mampu menjaga hubungan baik dengan sesama rekan dakwah agar tujuan dakwah dapat tercapai.

Dakwah adalah upaya untuk meraih keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang pendakwah harus selalu mengingat tujuan utama dakwah, yaitu mengajak umat kepada kebaikan dan kebenaran. Semua amal dakwah yang dilakukan harus dilandasi dengan tujuan untuk mencapai surga dan ridha Allah, bukan untuk kepentingan pribadi atau duniawi.

Baca Juga: Menikah di Bulan Syawal: Tradisi, Sejarah dan Maknanya dalam Islam

Dengan adab yang baik, dakwah yang disampaikan akan lebih diterima oleh hati manusia. Rasulullah Shallallah ‘alaihi wasallam telah memberikan teladan yang sempurna dalam hal ini. Jika kita mampu meneladani akhlak beliau, maka dakwah yang kita lakukan akan membawa manfaat yang besar bagi umat Islam dan masyarakat luas.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Hancurnya Ukhuwah Akibat Meninggalkan Jama’ah

Rekomendasi untuk Anda