Adakah Istri Pembawa Sial

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Seorang pemuda atau seorang lelaki yang hendak menikah, maka jangan memilih sembarang wanita untuk dijadikan istri. Waspadalah terhadap wanita-wanita yang memiliki tiga ciri kesialan. Istri pembawa sial, maka jelas akan menyengsarakan suaminya kelak. Karena itu, jika anda adalah pemuda yang shalih dan sukses, lalu memilih wanita pembawa sial, maka yakinlah hidup Anda pun akan gagal total di tengah jalan.

Inilah beberapa sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang selalu melekatkan kesialan wanita dalam kehidupan seorang lelaki. Wanita pembawa sial bisa dikatakan ia adalah wanita yang tidak shalihah, wanita yang bodoh dalam pemahaman diennya. Ia lebih banyak menuntut daripada bersyukur atas segala pemberian suaminya. Karena itu wahai wanita muslimah, introspeksi dirilah selalu agar engkau tidak menjadi wanita pembawa sial kelak bagi suamimu.

Pertama, dari Abdullah bin Umar diceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Kesialan terdapat pada istri, rumah, dan kuda.” (HR. Bukhari).

Kedua, dari Ibnu Umar juga diriwayatkan bahwa dia berkata, Mereka (para sahabat) pernah membicarakan masalah kesialan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam lalu beliau bersabda, “Jika kesialan terdapat pada sesuatu, maka ia terdapat pada rumah, istri, dan kuda.” (HR. Bukhari)

Ketiga, dan dari Sahal bin Saad juga diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika (kesialan itu) terdapat pada sesuatu, maka ia terdapat pada kuda, istri, dan tempat tinggal.” (HR. Bukhari) 

Imam Bukhari mencatat hadits-hadits di atas setelah menyebut firman Allah ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.” (QS. At Taghabun:14)

Hal ini mengisyaratkan bahwa kesialan itu secara khusus muncul dari istri yang menjadi biang permusuhan dan fitnah. Berbeda dengan persepsi sebagian orang yang menganggap bahwa kesialan itu muncul dari jenis kelamin wanita secara umum, atau sebagian darinya.

Di dalam kitab Fathul Bari (9/ 138) Ibnu Hajar mengutip apa yang dikatakan oleh Syaikh Taqiyuddin As-Subki tentang persepsi yang tidak benar ini, “Itu adalah pendapat yang tidak diutarakan oleh ulama mana pun. Orang yang berpendapat bahwa istri adalah penyebab (kesialan) itu adalah orang bodoh. Agama menyebut orang yang menisbatkan hujan kepada bintang dengan label kufur. Lalu bagaimana dengan orang yang menisbatkan (menyadarkan) keburukan kepada istri yang tidak memiliki peluang untuk itu?”

Jadi,  kesialan itu sebenarnya hanya muncul dari istri yang suka melawan, tidak taat, rakus terhadap dunia, merepotkan suami dan merusak keharmonisan rumah tangga. Sebab, hal itu semua berada di tangannya, dan dia memiliki kemampuan untuk mengubah diri menjadi istri yang penyayang, taat, tidak suka membebani suaminya dengan hal-hal yang di luar kemam­puannya, dan selalu memberikan kedamaian yang menyenangkan dan membahagiakan.

Ibnu Hajar mengatakan, “Wanita memiliki kekurangan dalam hal akal dan agamanya, ia mendorong laki-laki untuk melakukan sesuatu yang menunjukkan kurangnya akal dan agama. Misalnya, membuat suaminya kehilangan kesempatan untuk mempelajari masalah agama dan mendorongnya menjadi orang yang rakus terhadap dunia. Hal itu jelas merupakan kerusakan yang paling parah.”

Itulah mengapa, istri shalehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Istri shalehah adalah sebaik-baik pendamping yang bisa menyejukkan pandangan, hati dan pikiran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara (sumber) kebahagiaan anak Adam ialah tiga hal: istri yang shalehah, tempat tinggal yang baik, dan kenda­raan yang bagus. Dan di antara (sumber) kesengsaraan anak Adam ialah: istri yang jahat, tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang jelek.” (HR. Ahmad. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Di dalam riwayat lain disebutkan, “Dan ada tiga hal dari kesengsaraan: istri yang ketika engkau melihatnya, maka ia bersikap buruk kepadamu dan lidah (ucapan)nya menyerangmu, kendaraan yang lambat jalannya, jika engkau memukulnya, maka ia akan membuatmu kelelahan, dan jika engkau membiarkannya, maka engkau tidak bisa menyusul teman-temanmu, dan rumah yang sempit dan sedikit fasilitas.” (HR. Hakim).

Jadi kesimpulannya, jika seorang wanita setelah menjadi istri justeru malah membuat suaminya jauh dari Allah, Rasul dan mengamalkan syariat-syariat Islam yang lain, maka bisa jadi ia adalah wanita pembawa kesialan. Namun, jangan dulu memvonis wanita menjadi pembawa sial, sebab jika seorang wanita sudah menikah, maka ia sangat tergantung bagaimana didikan dan arahan sang suami. Jika suaminya shaleh, berilmu dan berakhlak mulia, bisa jadi predikat istri pembawa sial itu tak pernah ada, apalagi jika wanita itu malah mampu mendampingin suaminya untuk terus ada dalam ketaatan kepada Allah dan Nabinya hingga akhir hayat, wallahu a’lam. (A/RS3/RS2)

(dari berbagai sumber)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.