Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adi bin Hatim at-Thai, Sahabat yang Cerdas, Bijaksana dan Kaya

Bahron Ansori Editor : Ali Farkhan Tsani - Rabu, 24 Juli 2024 - 04:57 WIB

Rabu, 24 Juli 2024 - 04:57 WIB

26 Views

Ilustrasi

Adi bin Hatim at-Tha’i adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang terkenal. Ia lahir sekitar tahun 568 Masehi di wilayah Yaman. Ayahnya bernama Hatim at-Tha’i, seorang tokoh yang sangat terkenal dengan kedermawanannya di kalangan bangsa Arab. Adi tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan dan kemurahan hati.

Sebelum memeluk Islam, Adi bin Hatim adalah seorang pemimpin suku Tha’i dan penganut agama Nasrani. Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas, bijaksana, dan memiliki pengaruh besar di kalangan kaumnya. Kedudukannya yang tinggi dan kekayaannya yang melimpah membuatnya menjadi salah satu tokoh yang disegani di jazirah Arab.

Perjalanan Adi menuju Islam dimulai ketika ia mendengar kabar tentang munculnya seorang Nabi di Madinah. Awalnya, ia merasa khawatir dan memutuskan untuk melarikan diri ke Syam. Namun, setelah mendengar lebih banyak tentang ajaran dan karakter Nabi Muhammad SAW, rasa penasarannya tumbuh.

Hidayah Islam Menghampirinya

Baca Juga: Buya Hamka, Ulama Produktif Penulis Lebih dari 100 Buku

Pada tahun ke-9 Hijriah, Adi memutuskan untuk mengunjungi Madinah dan bertemu langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Pertemuan ini menjadi titik balik dalam hidupnya. Ia terkesima dengan kerendahan hati, kebijaksanaan, dan keluhuran akhlak Nabi. Percakapan mereka yang mendalam tentang agama dan kehidupan membuka mata Adi terhadap kebenaran Islam.

Setelah pertemuan tersebut, Adi bin Hatim dengan mantap menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad SAW. Keputusannya ini membawa dampak besar bagi kaumnya, dimana banyak dari mereka yang kemudian juga memeluk Islam. Adi menjadi jembatan dakwah yang efektif antara Nabi Muhammad SAW dan suku Tha’i.

Sebagai seorang sahabat, Adi bin Hatim dikenal dengan kecerdasannya dalam memahami ajaran Islam. Ia sering menjadi tempat bertanya bagi para sahabat lain dan umat Islam dalam berbagai persoalan agama. Pengetahuannya yang luas tentang kitab-kitab terdahulu, terutama Injil, membuatnya mampu berdialog dengan baik dengan penganut agama lain.

Cerdas dan Dermawan

Baca Juga: Teuku Muhammad Hasan, Pejuang Kemerdekaan Asal Aceh

Adi bin Hatim juga dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, mengikuti jejak ayahnya. Ia sering memberikan hartanya untuk membantu kaum muslimin yang membutuhkan dan untuk kepentingan dakwah Islam. Kedermawanannya ini sangat dihargai oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat lainnya.

Dalam bidang politik dan militer, Adi bin Hatim memiliki peran yang signifikan. Ia ikut serta dalam berbagai ekspedisi militer untuk memperluas wilayah Islam dan menjaga keamanan umat. Keberaniannya dalam medan perang dan strateginya yang brilian membuatnya menjadi salah satu panglima yang disegani.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Adi bin Hatim tetap menjadi tokoh penting dalam perkembangan Islam. Ia berperan aktif dalam pemerintahan Khulafaur Rasyidin, memberikan nasihat dan dukungan kepada para khalifah. Dalam masa-masa sulit seperti fitnah dan perpecahan umat, Adi selalu berusaha menjadi penengah dan penyatu.

Adi bin Hatim hidup cukup lama dan menyaksikan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam awal. Ia menjadi saksi hidup atas perkembangan Islam dari masa kenabian hingga masa Dinasti Umayyah. Pengalamannya yang panjang membuatnya menjadi sumber informasi yang berharga tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW dan masa-masa awal Islam.

Baca Juga: Jejak Dakwah Ustaz Wahyudi KS, Merajut Ukhuwah Menyatukan Umat

Dalam bidang ilmu, Adi bin Hatim meriwayatkan banyak hadits dari Nabi Muhammad SAW. Riwayat-riwayatnya dianggap sangat terpercaya dan banyak dimuat dalam kitab-kitab hadits utama. Ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam tafsir Al-Qur’an, fiqih, dan sejarah Islam.

Beberapa Peran Penting

Berdasarkan catatan sejarah Islam, Adi bin Hatim at-Tha’i memiliki beberapa peran penting pada masa Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa peran yang pernah diemban oleh Adi bin Hatim.

Pertama, Pemimpin Suku. Sebelum memeluk Islam, Adi bin Hatim sudah menjadi pemimpin suku Tha’i. Posisi ini tetap ia pegang setelah masuk Islam, yang membantu dalam penyebaran agama Islam di kalangan sukunya.

Baca Juga: Cut Nyak Dien, Ibu Perbu Orang Sumedang

Kedua, Juru Dakwah. Setelah masuk Islam, Adi menjadi jembatan dakwah yang efektif antara Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kaumnya. Ia berperan besar dalam mengislamkan banyak anggota suku Tha’i.

Ketiga, Penasihat. Karena kecerdasannya dan pengetahuannya tentang kitab-kitab terdahulu, Adi sering dimintai pendapat dan nasihat oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai persoalan, terutama yang berkaitan dengan agama-agama sebelum Islam.

Keempat, Panglima Perang. Meskipun masuk Islam relatif terlambat, Adi ikut serta dalam beberapa ekspedisi militer pada masa akhir kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Keahliannya dalam strategi perang sangat dihargai.

Kelima, Perawi Hadits. Adi bin Hatim meriwayatkan sejumlah hadits langsung dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang kemudian dicatat dalam berbagai kitab hadits.

Baca Juga: Sa’ad bin Rabi, Inspirasi Persaudaraan dan Solidaritas Muslim

Keenam, Diplomat. Karena statusnya sebagai mantan pemimpin Kristen dan pemahaman mendalam tentang agama-agama lain, Adi sering berperan dalam dialog antar agama dan negosiasi dengan suku-suku non-Muslim.

Ketujuh, Ahli Zakat. Adi dipercaya oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengumpulkan dan mendistribusikan zakat di kalangan sukunya, menunjukkan kepercayaan Nabi terhadap integritas dan kemampuan manajemennya.

Peran-peran ini menunjukkan bahwa meskipun Adi bin Hatim at-Tha’i masuk Islam relatif terlambat dibandingkan sahabat-sahabat senior lainnya, ia dengan cepat menjadi tokoh penting dalam penyebaran dan pengembangan Islam pada masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Adi bin Hatim wafat pada tahun 68 Hijriah (687 Masehi) di Kufah, Irak, pada usia yang sangat lanjut, yaitu sekitar 120 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi umat Islam, terutama bagi mereka yang telah banyak belajar darinya. Warisan keilmuan dan teladan hidupnya terus menjadi inspirasi bagi generasi-generasi Muslim setelahnya.

Baca Juga: Dua Emas Olimpiade 2024 Persembahan Pemuda Muslim Pontianak dan Serang

Ketokohan Adi bin Hatim at-Tha’i dalam sejarah Islam tidak hanya dikenang karena statusnya sebagai sahabat Nabi, tetapi juga karena kontribusinya yang besar dalam penyebaran dan pengembangan ajaran Islam. Kisah hidupnya menjadi bukti bagaimana seseorang dapat berubah dan memberikan dampak positif yang luar biasa melalui keimanan dan dedikasi terhadap agamanya. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Izzuddin Al-Qassam Ulama Pelopor Perlawanan Bersenjata Palestina

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia
MINA Sport
MINA Health
Asia
Indonesia