Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AFGHANISTAN PERLU 500.000 LAPANGAN PEKERJAAN

Admin - Ahad, 14 April 2013 - 15:59 WIB

Ahad, 14 April 2013 - 15:59 WIB

618 Views ㅤ

Kabul, 5 Jumadil Akhir 1434/15 April 2013 (MINA) – Pemerintah Afghanistan menyatakan, setidaknya 500.000 lapangan pekerjaan diperlukan negara itu untuk mengatasi tingginya tingkat pengangguran.

Menurut laporan Khaama Press yang dipantau Mi’raj News Agency (MINA), Ahad (14/4), Pemerintah menyatakan keprihatinannya tentang masalah pengangguran yang dianggap sebagai salah satu motif utama di balik meningkatnya gerakan perlawanan.

Menurut pejabat, setidaknya 500.000 lapangan kerja akan diperlukan di tengah penarikan pasukan NATO dari negara itu. Berangsur-angsurnya bantuan asing berkurang, akan memiliki dampak langsung terhadap ekonomi Afghanistan.

Para pejabat juga menambahkan, lapangan pekerjaan perlu dibuat dalam waktu satu tahun untuk mengatasi pengangguran yang terus meningkat.

Baca Juga: IKAPI Gelar Islamic Book Fair 2025, Catat Agendanya

Pada pertemuan donor internasional yang dilaksnakan 7 Juli 2012 lalu, komitmen masyarakat internasional menurunkan dana US $ 2 miliar per tahun, sebagaimana pengajuan Bank Sentral Afghanistan.

Ketidakpastian ekonomi Afghanistan menyuntikkan kekhawatiran di negara itu pada saat generasi  muda serius membutuhkan kepastian pekerjaan.

Namun, karena jumlah calon pekerja yang memenuhi syarat meningkat, sebagian warga Afghanistan sedang mengatur cara untuk meperoleh pekerjaan tanpa bantuan pemerintah.

Berangsur pulih

Baca Juga: Semangat dan Haru Iringi Pemberangkatan Kloter Pertama Haji dari Surabaya

Perekonomian Afghanistan sudah mulai pulih dari konflik. Ekonomi telah meningkat secara signifikan sejak jatuhnya rezim Taliban pada tahun 2001 terutama karena suntikan bantuan internasional, pemulihan sektor pertanian, dan pertumbuhan sektor jasa. Meskipun kemajuan beberapa tahun terakhir, Afghanistan sangat miskin, terbelakang, dan sangat tergantung pada bantuan asing.

Sebagian besar penduduk terus menderita kekurangan perumahan, air bersih, listrik, perawatan medis, dan pekerjaan. Kriminalitas, ketidakamanan, pemerintahan yang lemah, kurangnya infrastruktur, dan kesulitan pemerintah Afghanistan dalam memperluas aturan hukum ke seluruh bagian negara menimbulkan tantangan terhadap pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Standar hidup Afghanistan termasuk yang paling rendah di dunia. Masyarakat internasional tetap berkomitmen untuk pembangunan Afghanistan, berjanji mengucurkan dana bantuan lebih dari US $ 67 milyar pada Konferensi Donor Sembilan, antara 2003-2010.

Pada bulan Juli 2012, para donor di konferensi Tokyo menjanjikan tambahan US $ 16 miliar untuk bantuan sipil sampai 2016.

Baca Juga: Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia Hadapi Tarif Tinggi dari AS

Namun pemerintah Afghanistan harus mengatasi sejumlah tantangan, termasuk rendahnya pendapatan perkapita, kurangnya penciptaan lapangan kerja, tingginya tingkat korupsi, kapasitas pemerintah yang lemah, dan infrastruktur publik yang buruk. (T/P09/R2).

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Airlangga: Tarif Impor AS ke Produk Indonesia Bisa Tembus 47 Persen

 

Rekomendasi untuk Anda