Kabul, 8 Rabi’ul Awwal 1435/10 Januari 2014(MINA) – Pemerintah Afghanistan akan membebaskan puluhan tahanan pejuang Taliban dalam perkembangan ketegangan hubungan antara Afghanistan dan Amerika Serikat.
Sebuah pernyataan dari istana Presiden Afghanistan yang dikeluarkan Kamis (9/1), mengatakan ada perbedaan pendapat antara Kabul dan Washington tentang status para tahanan yang saat ini ditahan di penjara Bagram.
Setelah pertemuan yang dilakukan oleh Presiden Afghanistan Hamid Karzai, diputuskan 45 dari 88 narapidana akan dibebaskan, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
“Ada perbedaan pendapat antara Amerika dan Afghanistan atas kasus mereka,” kata pernyataan itu.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Direktorat Keamanan Nasional telah meluncurkan sebuah investigasi di setiap provinsi melalui Departemen Intelijen Afghanistan.
Hasilnya, mereka menemukan 45 dari 88 orang tidak memiliki bukti atau saksi untuk membuktikan bahwa mereka telah melakukan kejahatan.
Mengomentari keputusan Pemerintah Afghanistan itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan 72 tahanan adalah penjahat berbahaya.
Jenderal Joseph Dunford, komandan pasukan NATO di Afghanistan, berencana membuat keberatan resmi kepada Afghanistan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Menurutnya, hal itu bertentangan dengan perjanjian yang ditandatangani ketika penjara Bagram diserahkan Maret tahun lalu, yang salah satu poinnya mencakup jaminan bahwa narapidana yang berbahaya bagi Afghanistan dan pasukan internasional akan terus ditahan di bawah hukum Afghanistan.
Keputusan Afghanistan diduga kuat akan melanjutkan kerusakan hubungan antara AS dan Afghanistan. Namun belum ada tanggal pembebasan yang diumumkan.
Berkaitan dengan masalah pembebasan tahanan ini, Asosiasi Hak Asasi Manusia Afghanistan, mengatakan situasinya jauh lebih rumit dan secara hukum AS mungkin memiliki kata akhir yang bisa menentukan ‘apakah orang-orang ini dibebaskan atau tidak’. (T/P09/E1).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam