Yaoundé, MINA – Para ahli mengatakan, beberapa negara di benua Afrika mengalami banjir yang disebabkan oleh perubahan iklim dan urbanisasi.
Seperti dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (12/8), sedikitnya ada satu orang yang tewas di Senegal, lalu di Pantai Gading, 19 orang meninggal dan beberapa lainnya terluka serta 20 orang kehilangan nyawanya di Uganda akibat bencana tersebut.
“Dari tahu 2020 hingga 2022, sudah ada 189 orang yang tewas akibat banjir di Niger. Selain itu, negara kami juga mengalami kerugian jutaan dolar per tahun akibat musibah ini” kata Katiellou Gaptia Lawan, Direktur Kantor Meteorologi Nasional Niger.
Katiellou juga menerangkan, curah hujan ekstrem yang meningkat berdampak juga ke kota-kota yang sebelumnya tidak terkena banjir yang disebabkan oleh pemanasan global.
Baca Juga: Universitas AS dan Kanada Sewa Perusahaan Keamanan Israel untuk Redam Aksi Pro-Palestina
Armel Yobo, seorang pemerhati lingkungan Kamerun berpendapat, selain perubahan iklim, kelebihan penduduk, kurangnya pembangunan perkotaan, tidak adanya infrastruktur yang memadai, dan pengelolaan sampah yang buruk juga merupakan faktor penyebab banjir.
Sementara Beaugrain Doumongue, insinyur konstruksi Togo dan kepala Building for Tomorrow berpendapat, banjir ini juga disebabkan kombinasi faktor negatif yang berasal dari kondisi tanah, defisit infrastruktur, urbanisasi yang merajalela, dan perencanaan kota yang tidak memadai.
Menurut Beaugrain, urbanisasi dilakukan masyarakat karena kemiskinan. Mereka mencari cara untuk bertahan hidup, salah satunya dengan mengeksploitasi hutan dan menebang pohon agar kayunya dapat dijual, sehingga menyebabkan tidak adanya resapan air.
Untuk mengatasi bencana tersebut, para ahli menyerukan untuk segera membangun kota yang berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim dan dampaknya. (T/ri/RE1/RS2)
Baca Juga: Qatar Komitmen Lanjutkan Mediasi Gencatan Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)