LAGOS, MINA – Wanita Muslim di seluruh Afrika pada Jumat (1/2) bergabung memperingati Hari Hijab Dunia di tengah meningkatnya diskriminasi atau pelanggaran resmi terhadap hak-hak agama (Islam) mereka, termasuk hak untuk memakai penutup kepala (jilbab).
Peringatan itu dilakukan melalui aksi protes yang menyerukan penghormatan terhadap hak perempuan Muslim untuk mengenakan jilbab diadakan di kota-kota besar di benua Afrika, terutama di Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan, seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Nigeria
Di Nigeria, negara Afrika Barat berbagai masyarakat Muslim mengatakan hak anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan sedang dibatasi, karena pejabat menutup sekolah mereka disebabkan mereka mengenakan jilbab dan menghukum mereka karena kepercayaan mereka terhadap agama Islam.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Ketua organisasi perempuan Al-Mu’minaat, Nimatullah Abdul-Quadri mengatakan pada sebuah konferensi di ibukota komersial Lagos bahwa tahun lalu telah terjadi peningkatan diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan yang mengenakan jilbab.
“Diskriminasi itu tetap ada meskipun ada keputusan pengadilan banding tahun 2016 yang menjatuhkan kebijakan resmi untuk membatasi kepala sekolah di sekolah umum atau di mana saja,” kata Abdul-Quadri.
Sebagai tantangan terhadap peninggalan kolonial Inggris, Nigeria telah melihat lonjakan krisis terkait jilbab di wilayah barat daya yang bercampur agama dalam tiga tahun terakhir, terutama di Lagos, Ogun, dan Oyo, di mana umat Islam telah memprotes untuk mengakhiri hukum “konspirasi” yang melarang wanita-wanita menggunakan jilbab ke sekolah.
“Kami menyerukan pemerintah Nigeria di semua tingkatan untuk bertindak cepat dan mengarahkan semua agensinya untuk menghentikan diskriminasi yang tidak beralasan terhadap gadis-gadis Muslim dalam menggunakan jilbab,” ujar Abdul-Quadri.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Selain itu, Ketua Inisiatif Advokasi Hak Jilbab, Mutiat Orolu-Balogun mengatakan pada jumpa pers Jumat (1/2) bahwa diskriminasi tersebut berlaku pada semua sektor di negara itu, mengutip kasus-kasus pekerja medis perempuan Muslim yang menghadapi diskriminasi karena menggunakan jilbab.
Menurutnya, Nigeria berada di peringkat lima negara teratas di mana wanita Muslim distereotipkan karena keyakinan mereka.
“Kami bermaksud melakukan protes (pro-jilbab) selama sebulan untuk menjangkau sebanyak mungkin anggota masyarakat,” katanya, menyerukan perwakilan yang adil dan menghormati wanita Muslim di setiap sektor masyarakat.
Sementara itu, Basheerah Majekodunmi, Ketua Sayap Perempuan Masyarakat Siswa Muslim di Lagos, mengatakan mereka sedang mempertimbangkan penutupan negara jika pemerintah tidak mengakhiri pelecehan terhadap gadis-gadis Muslim di sekolah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Lakin Akintola, kepala Kepedulian Hak-Hak Muslim yang berpengaruh, mengumumkan pembentukan Satuan Tugas Hijab (HITAF) dan Ruang Kontrol Hijab (HICOR) di mana para korban diskriminasi akan melaporkan kasus-kasus diskriminasi. Dia mengatakan dalam jumpa pers bahwa gugus tugas itu akan mengunjungi sekolah-sekolah untuk memastikan anak perempuan Muslim diberikan hak untuk mengenakan jilbab, mengingat putusan banding pengadilan.
“Semua anggota gugus tugas harus damai dan tertib,” kata Akintola, memperingatkan terhadap kekerasan.
Kenya
Di Kenya, Afrika Timur, umat Islam di media sosial telah marah atas putusan pengadilan baru-baru ini yang menegakkan larangan jilbab.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Banyak pemimpin Muslim mengadakan protes yang menyerukan penghormatan terhadap hak-hak agama Islam terutama kepada perempuan dan anak perempuan.
“Banyak siswa yang tinggal jauh dari sekolah, kehilangan pendidikan karena putusan itu,” kata Abu Ayman, seorang pemimpin Muslim di Masjid Jamia di ibukota Kenya, Nairobi.
“Akan lebih baik jika kita memiliki lebih banyak sekolah Muslim untuk mendukung anak-anak ini. Kami tidak pernah melakukan diskriminasi, dan sekolah-sekolah Muslim di Kenya mengakui orang-orang Kristen dan kelompok agama lain. Yang terpenting, kami menghormati agama mereka,” katanya.
Mariem Halima, 21, mengatakan bahwa dia tidak bisa keluar rumah, apalagi pergi ke sekolah tanpa jilbabnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Hari ini adalah hari yang menyedihkan bagi kami para gadis Muslim. Ketika kami berbicara, ada seorang gadis di suatu tempat (rumah) yang kehilangan pendidikan karena diskriminasi oleh pengadilan kami dan masyarakat,” kata Halima.
Putusan banding yang diberlakukan, beberapa pemimpin Kristen di Kenya mengutuk larangan menggunakan jilbab di negara tersebut.
Afrika Selatan
Pada Ahad di Johannesburg, Afrika Selatan, sebuah pembicaraan besar yang berpusat pada peringatan hari jilbab akan diadakan.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Hari Jilbab Sedunia, sebuah inisiatif aktivis Nazma Khan yang pertama kali memperingati pada tahun 2013 untuk mendorong wanita dari semua agama dan latar belakang yang berbeda untuk memakai jilbab sebagai upaya untuk mengakhiri steoratip negatif tentang wanita Muslim yang mengenakan pakaian agama.
Hari Jilbab diperingati setiap 1 Februari di 140 negara di seluruh dunia. Tema peringatan Hari Jilbab Sedunia tahun 2019 adalah “Breaking Stereotypes; Shattering Boundaries.”
Ketua Eksekutif Muslim Public Affairs Center Nigeria, Disu Kamor mengatakan, hari jilbab adalah ide bagus untuk saling menguatkan, mencerahkan dan memberi pemahaman.
“Banyak wanita Muslim Nigeria memperingati kesempatan Hari Jilbab Sedunia untuk merefleksikan situasi yang ada bagi mereka: permusuhan dan diskriminasi yang tidak beralasan yang mereka dan putri mereka harus derita karena membuat pilihan bebas untuk meletakkan selembar kain di kepala mereka. Penyelenggara telah berhasil menempatkan jilbab di tempat yang tepat di wacana publik dan kesadaran publik,” katanya. (AT/ R10/P1)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj News Agency (MINA)