Pretoria, MINA – Pemerintah Afrika Selatan menyesalkan pengusiran utusannya untuk AS, Ebrahim Rasool, tetapi mengatakan tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Washington guna menjaga hubungan diplomatik.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan, Rasool persona non grata (orang yang tidak disukai) dalam sebuah unggahan di X pada Jumat (14/3), dengan mengatakan bahwa ia tidak lagi diterima di negara tersebut.
Dilansir dari rt.com, Senin (17/3), Rubio menuduh Rasool sebagai “politisi yang menghasut tentang ras” yang membenci Amerika dan presidennya, Donald Trump.
Sebagai tanggapan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, ia telah memerhatikan keputusan pemerintahan Trump tersebut.
Baca Juga: Update Gempa Myanmar, 3.564 Kematian, 5.000 lebih Luka-luka
“Presiden mendesak semua pemangku kepentingan yang relevan dan terdampak untuk menjaga kesopanan diplomatik yang telah ditetapkan dalam keterlibatan mereka dengan masalah ini. Afrika Selatan tetap berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat,” kata kantor Ramaphosa dalam sebuah pernyataan pada Sabtu.
Tindakan terhadap Rasool dilakukan tak lama setelah ia menuduh Trump memimpin “serangan supremasi terhadap petahana” melalui kampanye ‘Make America Great Again’.
Ketegangan antara Pretoria dan Washington meningkat sejak Trump menjabat pada bulan Januari. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Balasan Tiongkok: AS Akan Jadi Pecundang Perang Dagang Internasional