Agar Hidup Tidak Rugi

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Dalam Qur’an surat al ‘Ashr, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣

Artinya, “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling nasihat-menasihati untuk menetapi kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (Qs. Al ‘Ashr: 1-3)

Dalam ayat di atas, ada lima penjelasan yang bisa dipetik hikmahnya oleh setiap Muslim, antara lain sebagai berikut.  Pertama, kata ‘Ashr’ dalam ayat di atas bisa juga diartikan waktu ‘Ashr atau shalat Ashar. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan masa yang mencakup malam dan siang; yang merupakan tempat terjadinya perbuatan hamba dan amal mereka, bahwa setiap manusia akan rugi, yakni tidak beruntung sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. Kerugian ada beberapa macam; ada kerugian yang mutlak dan ada kerugian yang hanya sebagiannya saja.

Kerugian yang mutlak adalah kerugian di dunia dan akhirat; di dunia mendapatkan kesengsaraan, kebingungan dan tidak mendapatkan petunjuk, sedangkan di akhirat mendapatkan neraka jahannam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala meratakan kerugian kepada semua manusia kecuali orang yang memiliki empat sifat; , amal saleh, saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Kedua, beriman kepada apa yang diperintahkan Allah untuk diimani, dan iman tidak dapat terwujud kecuali dengan ilmu (belajar), sehingga ia merupakan bagian yang menyempurnakannya. Dalam ayat ini terdapat dalil untuk mendahulukan ilmu sebelum beramal.

Ketiga, yaitu amal saleh mencakup semua perbuatan yang baik yang tampak maupun yang tersembunyi; yang terkait dengan hak Allah maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunah.

Keempat, yaitu iman dan amal saleh, yakni saling menasihati untuk melakukan hal itu dan mendorongnya.

Kelima, yakni bersabar untuk tetap menaati Allah, bersabar untuk tetap menjauhi larangan Allah dan bersabar terhadap taqdir Allah yang pedih. Kedua hal yang sebelumnya, yaitu iman dan amal saleh dapat menyempurnakan diri seseorang, sedangkan kedua hal yang setelahnya dapat menyempurnakan orang lain. Dengan keempat perkara itulah seseorang akan selamat dari kerugian dan memperoleh keberuntungan.

Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dalam Al Ushul Ats Tsalaatsah berdalih dengan surah ini untuk menerangkan kewajiban seorang muslim, yaitu ilmu, amal, dakwah dan sabar. Ini artinya setiap Muslim harus benar dalam memanfaatkan waktu yang ia miliki dan mengisinya dengan semua aktivitas bermanfaat mulai dari mencari ilmu, beramal shaleh dengan ilmu itu lalu melakukan dakwah dengan penuh kesabaran.

Surat Al ‘Ashr adalah surat yang pendek dan hanya terdiri dari 3 ayat. Namun surat ini memiliki kandungan yang sangat agung, yaitu menjelaskan prinsip kehidupan seorang Muslim.

Imam Syafi’i rahimahullahu mengatakan, “Seandainya Allah tidak menurunkan surat kepada makhluk-Nya, kecuali hanya surat Al ‘Ashr, niscaya sudah mencukupi mereka”.

Syaikh ‘Utsaimin rahimahullahu menjelaskan, “Maksud perkataan Imam Syafi’i bahwa surat ini telah cukup bagi manusia, karena berisi dorongan agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup dengan surat ini tanpa syari’at yang lain.  Seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat sifat yang disebutkan dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam mentaati kebenaran (berdakwah), dan saling menasehati untuk bersabar”. (Lihat Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah, hal 22)

Imam Ath Thabrani rahimahullahu menyebutkan dalam kitabnya Mu’jam Al Ausath, dari ‘Ubaidillah bin Hisn, ia berkata, “Dulu para shahabat Rasulullah jika bertemu, tidaklah mereka berpisah kecuali salah satu dari mereka membacakan surat Al ‘Ashr kepada yang lain (karena kandungannya yang sangat penting), kemudian mengucapkan salam”. (Sanadnya shahih, Lihat Tafsir Ibnu Katsir IV/685).

Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya. Wallahua’lam. (R02/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.