Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Ilmu adalah cahaya yang bisa menerangi kehidupan seseorang, terlebih lagi jika dia adalah seorang muslim. Karena itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Banyak sekali dalil dari Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan penuntut ilmu serta yang mengamalkan ilmu.
Dalam Kitabul Ilmi Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin disebutkan setidaknya ada beberapa adab yang bisa dijadikan panduan dan pegangan oleh para penuntut ilmu. Adab-adab yang harus diketahui oleh setiap muslim itu antara lain sebagai berikut.
Pertama, ikhlas karena Allah semata. Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerena Allah I dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah SAW telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya,“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah I sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Abu, Daud dan Ibnu Majah).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kedua, untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain. Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi mamfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi mamfa’at pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat.” (HR. Bukhari)
Imam Ahmad berkata, “Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu?” Beliau menjawab, “Ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”
Ketiga, berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at. Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at. Karena kedudukan syari’at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama (bid’ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah e. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Keempat, lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat. Bila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf.
Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah e masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
Kelima, mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
Keenam, menghormati para ulama dan memuliakan mereka. Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Ketujuh, mencari kebenaran dan sabar. Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut.
Dalam mencari kebenaran ini seorang muslim harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai mempelajari satu pelajaran setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu maka seorang penuntut ilmu tidak akan mendapatkan apa dari yang ia tuntut.
Semoga Allah memudahkan setiap langkah kita untuk selalu bersemangat dalam menuntut ilmu, wallahua’lam. [A/RS3/RS2]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh