Oleh Bahron Ansori, Wartawan MINA
Sebagian kita mungkin menduga rezeki itu hanya berupa uang dan harta benda. Padahal, rezeki berupa harta benda dan uang itu hanyalah level rezeki terendah dalam pandangan Allah Ta’ala. Perlu diketahui rezeki tertinggi yang dimiliki oleh seorang hamba jika dia muslim; adalah iman dan islamnya.
Kembali ke topik pandangan rezeki secara umum yakni berupa uang dan harta benda. Bicara rezeki, maka bicara takdir. Maksudnya, harus diyakini sejatinya setiap rezeki anak Adam semuanya sudah ada dalam catatan takdir Allah Ta’ala.
Jika setiap manusia terutama seorang muslim, meyakini dengan benar bahwa setiap rezekinya sudah ditakdirkan Allah, maka tak perlu lagi merasa risau apalagi sampai stress. Namun, menumbuhkan keyakinan bahwa setiap rezeki itu sudah diatur oleh Tuhannya, bagi sebagian kita tentu tidak mudah.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ibnu Qayim ra pernah berkata tentang rezeki, katanya, “Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Allah kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Allah -dengan hikmah-Nya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti -dengan rahmat-Nya- membuka jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar. Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Allah membuka untuknya dua jalan rezeki yang lain (yakni dua puting susu ibunya), dan Allah mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.
Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Allah membuka empat jalan rezeki lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan; dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman; dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.
Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, tapi Allah SWT membuka baginya jika dia hamba yang beruntung; delapan jalan rezeki, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Dan begitulah Rabb SWT, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhal dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.”[Kitab Al-Fawaid, hal: 57]
Rezeki memang sudah ditakdirkan, sejak 50.000 tahun untuk masing-masing manusia sudah ada jatahnya, bahkan sebelum penciptaan langit dan bumi, rezeki manusia sudah tercatat.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra, Nabi SAW bersabda, “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim, no. 2653)
Namun, bukan berarti kalau rezeki setiap manusia sudah ditakdirkan, dia tidak perlu lagi kerja dan berusaha. Seorang muslim tetap wajib melakukan sebab untuk menjemput rezekinya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Perhatikan perintah Allah yang memerintahkan setiap muslim setelah menunaikan shalat Jumat untuk menyebar ke muka bumi mencari nafkah dari karunia Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Bila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Qs. Al-Jumu’ah: 10)
Berikut ini beberapa amalan yang bisa menjadi jalan membuka pintu rezeki.
Pertama, takwa. Kedua, tawakal. Ketiga istiqomah. Ini adalah tiga amalan pokok yang harus dilakukan setiap muslim untuk membuka pintu rezeki dari Allah Ta’ala.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dan diberikan rezeki dari jalan yang tidak disang-sangka. Faedah dari tawakal adalah akan diberikan kecukupan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs. Ath Thalaq: 2-3)
Takwa itu bisa diperbaiki dengan melihat apakah seseorang itu sudah menjalankan kewajiban dan melengkapi dengan amalan sunnah, misalnya memperhatikan shalat lima waktu dan melengkapinya dengan shalat rawatib, tahajud, dan shalat Dhuha.
Dalam ayat lain disebutkan keutamaan istiqamah akan dibukakan pintu rezeki berupa hujan dari langit.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
وَأَن لَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُم مَّاءً غَدَقًا
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap istiqamah (berjalan lurus di atas jalan itu, pada jalan agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Qs. Al-Jin: 16-17)
Keempat, memperbanyak istighfar (banyak memohon ampun kepada Allah). Allah Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu (beristighfarlah), sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh: 10-12)
Ulama tabiin, Al-Hasan Al-Bashri rh pernah didatangi oleh orang-orang untuk mendapatkan saran darinya terhadap masalah yang mereka alami. Ada yang datang mengalami kesusahan karena paceklik, ada yang susah karena miskin, ada yang gagal panen, hingga yang tidak punya keturunan, Al-Hasan Al-Bashri mengatakan pada orang-orang yang punya masalah tadi dengan nasihat yang sama,
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
اِسْتَغْفِرْ اللَّه
“Mohon ampunlah kepada Allah.” Maksudnya, Al-Hasan Al-Bashri meminta mereka yang mengadukan masalah-masalahnya tadi untuk memperbanyak istighfar. Lalu dibacakanlah surah Nuh ayat 10-12 kepada mereka. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar di Fath Al-Bari, 11:98)
Kelima, menyambung silaturahim, terutama kepada orang tua, kerabat yang sudah lama terputus. Dari Anas bin Malik ra, Nabi SAW bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka untuk dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan jalinlah hubungan dengan kerabatnya (silaturahim).” (HR. Ahmad, 3:229; 3:266. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih, sanad hadits ini hasan dari jalur Maimun bin Sayah dan di bawahnya tsiqah).
Keenam, memperbanyak sedekah. Ini seperti disampaikan Allah Ta’ala dalam al Qur’an,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Qs. Saba’: 39)
Dalam hadits dikatakan, Rasulullah SAW bersabda,
« إِنَّ اللَّهَ قَالَ لِى أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ » »
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’” (HR. Bukhari, no. 4684; Muslim, no. 993)
Ketujuh, menikah juga akan menjadi jalan pembuka pintu rezeki. Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. An-Nuur: 32).
Tentang ayat di atas, Ibnu Mas’ud ra berkomentar,
اِلْتَمِسُوا الغِنَى فِي النِّكَاحِ
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Diriwayatkan dari Ibnu Jarir). Imam Al-Baghawi menyatakan pula bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu pula. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:533.
Kedelapan, shalat Dhuha membuka pintu rezeki. Dari Nu’aim bin Hammar Al-Ghathafaniy ra. ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat rakaat shalat pada awal siang (pada waktu Dhuha) supaya engkau tercukupi pada akhir siang.” (HR. Ahmad, 5:286, Abu Daud, no. 1289, Tirmidzi, no. 475, Ad-Darimi, no. 1451. Syaikh Al-Albani dan Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Kesembilan, melakukan haji dan umrah sebagaimana disebutkan dalam hadits akan menghilangkan kefakiran (kemiskinan). Rasulullah SAW bersabda,
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. Tirmidzi no. 810, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Silsilah As-Shahihah no. 1200)
Syaikh Abul ‘Ula Al-Mubarakfuri rh menjelaskan bahwa maksud menghilangkan kemiskinan di sini bisa bermakna dzahir atau makna batin. Ia berkata, “Haji dan umrah menghilangkan kefakiran, bisa bermakna kefakiran secara dzahir, dengan terwujudnya kecukupan harta. Bisa juga bermakna batin yaitu terwujudnya kekayaan dalam hati (qona’ah).” (Tuhfatul Ahwazi 3/635)
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Qana’ah adalah kekayaan terbesar dalam hidup manusia, merasa bahagia dengan apa yang Allah berikan walaupun orang lain (orang kaya) menganggapnya kurang.
Kesepuluh, perbanyak berdoa agar dibukakan pintu rezeki. Di antara doa yang bisa dipanjatkan adalah doa yang disebut dalam hadits Nabi SAW. Doa dari hadits ‘Ali, Nabi SAW pernah mengajarkan doa berikut, yang juga masuk dalam doa untuk melunasi hutang.
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak.
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi, no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Itulah di antara 10 amalan pembuka pintu rezeki yang bisa dicoba. Semoga Allah Ta’ala selalu membimbing setiap muslim untuk mendapatkan rezeki yang diberkahi, wallahua’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)