IBARAT sebuah jalan, hidup di dunia ini tidaklah selalu mudah dan mulus, namun penuh dengan lika-liku, dihiasi dengan tanjakan terjal dan turunan yang curam. Ada kalanya berada di jalan toll yang lurus dan mulus, tetapi sering juga menghadapi jalan rusak, berdebu dan banyak lubang, yang membuat pengguna jalan tergelincir jika tidak berhati-hati.
Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti. Suatu saat merasakan kemudahan dan kenyamanan, tetapi pada saat lain menghadapi kesulitan, berupa ujian, cobaan dan gangguan yang terus-menerus harus dijalani.
Sebagai seorang Muslim, menyikapi takdir secara benar adalah tanda kedewasaan iman dan keikhlasan hati. Ketika kita mampu menerima setiap ketetapan-Nya, maka jiwa kita akan merasakan kedamaian, apa pun yang terjadi.
Ada empat prinsip yang dapat membantu kita agar tenang dalam menghadapi segala takdir Allah.
Baca Juga: Ahlul Qur’an, Pelita Umat dalam Cahaya Ilahi
Menyadari bahwa Bumi dan Alam Semesta Ini Milik Allah
Allah adalah Sang Pencipta, Penguasa, dan Pemilik segala sesuatu. Bumi ini ciptaan-Nya, semua manusia berada dalam genggaman-Nya, demikian pula keberadaan kita, tidak luput dari ketetapan yang telah dibuat-Nya.
Jika Allah pemilik, pemelihara dan penentu segala yang ada di alam raya, maka, terserah kepada Allah untuk mengatur dan menentukan apa yang terjadi di bumi ini, termasuk kepada diri kita.
Sebagai makhluk-Nya, kita tidak layak memprotes atau mempertanyakan ketetapan-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur’an menyebutkan:
Baca Juga: Menikah Itu Ibadah, Bukan Ajang Pamer Mahar
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّار (ص : ٢٧)
“Tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia…” (QS. Sad: 27)
Oleh karena itu, ketika menghadapi ujian, katakanlah kepada diri sendiri bahwa Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Dengan pemahaman ini, hati kita akan lebih mudah menerima dan berserah diri kepada-Nya.
Takdir Ditentukan Berdasarkan Kasih Sayang Allah
Baca Juga: Korupsi, Dosa dan Bahayanya dalam Islam
Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Semua ketetapan-Nya didasarkan pada kasih sayang-Nya. Bahkan ketika kita merasa takdir yang menimpa begitu berat, ketahuilah bahwa Allah tidak memiliki sedikit pun niat untuk menyakiti atau mendzalimi kita.
Allah berfirman:
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (فصللت : ٤٦)
“Dan Tuhanmu tidaklah mendzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Fussilat: 46)
Baca Juga: Doa, Usaha, dan Keajaiban: Rahasia Hidup Berkah
Ketika kita meyakini bahwa setiap takdir Allah didasari oleh kasih sayang, kita akan lebih mampu bersyukur dalam setiap keadaan. Hati kita akan terhindar dari perasaan putus asa atau buruk sangka kepada-Nya.
- Setiap Ujian Mengandung Hikmah yang Besar
Tidak ada takdir yang Allah tetapkan tanpa hikmah. Bahkan musibah terbesar pun pasti mengandung pelajaran berharga yang mungkin tidak langsung kita sadari. Hikmah ini sering kali baru terungkap seiring berjalannya waktu.
Sebagai contoh, banyak orang yang menderita kehilangan pekerjaan justru akhirnya menemukan jalan untuk memulai usaha sendiri, yang kemudian lebih sukses dan membawa kebahagiaan.
Atau, seseorang yang mengalami kegagalan dalam sebuah hubungan menuju pernikahan, akhirnya dipertemukan dengan jodoh yang jauh lebih baik. Begitulah cara Allah bekerja, memberikan ujian sebagai jalan menuju kebaikan yang lebih besar.
Baca Juga: Mengapa Islam Menekankan Hidup Berjama’ah?
Ketika kita menghadapi takdir yang terasa berat, cobalah untuk menjalaninya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Nikmati prosesnya sambil terus berdoa dan berusaha mencari hikmah di baliknya. Dengan cara ini, hati kita akan merasa lebih ringan, dan kesulitan yang kita alami tidak akan terasa sia-sia.
- Keadilan dalam Balasan bagi Setiap Amal
Allah adalah Maha Adil. Bagi hamba-Nya yang sabar dan ridha menerima takdir, Allah menjanjikan balasan yang luar biasa indah, yaitu surga. Sebaliknya, bagi mereka yang kufur, putus asa, atau bahkan berburuk sangka kepada Allah, akan ada balasan berupa siksa yang setimpal.
Firman Allah:
…، وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ (البقرة : ١٥٦ـــ١٥٥)
Baca Juga: Yahudi Memusuhi Semua Umat Manusia
“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).” (QS. Al-Baqarah: 155-156)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita alami, baik atau buruk, adalah bagian dari ujian hidup yang harus kita hadapi dengan sabar. Ketika kita berhasil melewati ujian tersebut dengan ridha, itu adalah bentuk kemenangan yang sebenarnya.
Maka, berbahagialah dan bergembiralah dalam menjalani takdir saat ini. Perasaan ridha kepada takdir adalah tanda keimanan yang tinggi. Dengan ridha, kita menunjukkan bahwa kita percaya sepenuhnya kepada Allah dan yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita.
Menghadapi takdir Allah dengan tenang adalah tantangan sekaligus peluang untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan menyadari bahwa bumi ini milik Allah, memahami kasih sayang-Nya, mencari hikmah di balik setiap ujian, dan meyakini keadilan balasan dari-Nya, kita akan mampu menjalani hidup dengan hati yang lapang.
Baca Juga: Doa-Doa Mustajab dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Ingatlah, segala takdir yang Allah tetapkan adalah bentuk perhatian dan cinta-Nya kepada kita. Maka, bersyukurlah dan tetaplah berusaha menjadi hamba yang ridha.
Ketenangan hati adalah anugerah yang akan kita rasakan ketika kita benar-benar berserah diri kepada-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang sabar dan ridha atas segala ketetapan Allah. Aamiin. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tausiyah Pernikahan, Keluarga Sakinah Cermin Kehidupan Berjamaah