Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Mengeluh adalah hal yang dianggap lumrah dalam keseharian manusia. Hanya saja, mengeluh menjadi hal yang tidak baik jika sudah menjadi kebiasan dalam hidup seorang muslim, apalagi jika mengeluh itu ditujukan kepada manusia, bukan kepada Allah.
Mengeluh hanya akan memperburuk situasi yang sedang dihadapi seorang muslim. Karena itu, daripada banyak mengeluh dan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, lebih baik diganti dengan belajar memperbanyak rasa syukur kepada Allah atas segala yang dititipkan-Nya.
Mengeluh atas masalah-masalah kecil dan remeh temeh hanya akan menumbuhkan rasa kurang bersyukur kepada Allah. Bahkan, mengeluh hanya akan menjadikan seseorang semakin jauh dari Allah dan mudah dijerumuskan oleh setan dalam limbah kehinaan.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Mengeluh seringkali muncul akibat seseorang sering membandingkan antara nikmat yang diterimanya tidak sama dengan nikmat yang diterima oleh orang lain. Memang, manusia itu sebenarnya diciptakan dalam keadaan keluh kesah, namun bukan berarti ia harus selalu mengeluh dalam menjalani kehidupannya.
Allah SWT berfirman dalam Qs. Al Ma’arij: 19
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”
Tidak baik bagi seorang muslim mengeluh, karena Allah Swt telah memberikan banyak nikmat yang tak terhitung jumlah. Seperti dalam firman Allah Ta’ala berikut ini,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
ن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl : 18)
Berikut 5 ayat dalam Al-Quran yang mengajarkan setiap Muslim untuk tidak mengeluh.
Petama, mengapa seseorang diuji
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Allah Ta’ala telah berfirman dalam al Qur’an surat Al-Ankabut ayat 2-3
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
Jadi, jangan merasa telah beriman jika belum lagi diuji oleh Allah. Jika seorang muslim menyadari konsekuensi iman adalah adaya ujian dari Allah, maka ia akan bersabar dan tidak mengeluh.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Kedua, ujian sesuai kadar keimanan
Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 286,
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡؕ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ اِنۡ نَّسِيۡنَاۤ اَوۡ اَخۡطَاۡنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَاۤ اِصۡرًا كَمَا حَمَلۡتَهٗ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا ۚرَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَاعۡفُ عَنَّا وَاغۡفِرۡ لَنَا وَارۡحَمۡنَا ۚ اَنۡتَ مَوۡلٰٮنَا فَانۡصُرۡنَا عَلَى الۡقَوۡمِ الۡكٰفِرِيۡنَ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.””
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Di awal surat Al-Baqarah dalam ayat 286 di atas sangat jelas bahwa Allah tidak akan pernah sekalipun membebani hamba-Nya jika hamba-Nya itu tidak kuat memikul beban yang diberikan.
Dengan kata lain, Allah sangat sayang kepada hamba-Nya dan tidak ada niat sedikitpun untuk menzalimi hamba-Nya. Lalu, tak perlu mengeluh jika memikul beban dalam hidup ini, sebab yakinlah beban yang diberikan itu sudah sesuai dengan kemampuan seorang hamba.
Ketiga, temukan cara menghadapi masalah
Dalam al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 45, Allah Ta’ala berfirman,
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
وَاسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ وَاِنَّهَا لَكَبِيۡرَةٌ اِلَّا عَلَى الۡخٰشِعِيۡنَۙ
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Jika dalam keseharian seorang muslim masih sering mengeluh, maka cobalah memohon kepada Allah dengan sabar dan shalat. Minta kepada Allah agar diberikan ketengan dalam menghadapi setiap persoalan yang menghampiri.
Keempat, tenangkan hati dengan mengingat Allah
Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 28,
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
Jika kita masih mengeluh, maka cobalah perbanyak zikir untuk mengingat Allah. Ingatlah, segala kenikmatan yang Allah berikan masih jauh lebih besar dan banyak dibanding ujian demi ujian yang datang menghampiri.
Kelima, harus percaya diri dan jangan frustrasi
Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an surat Al-Imran ayat 139
Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama
وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.“
Sebagai orang yang beriman, sejatinya tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk mengeluh, frustasi dan putus asa. Predikat sebagai orang beriman adalah mulia, bahkan lebih mulia dari dunia dan seisinya.
Semoga dengan mentadaburi (menghayati) dan mengamalkan kelima ayat di atas seorang muslim bisa menjalani kehidupan yang singkat ini dengan tidak banyak mengeluh. Kalaulah mengeluh itu jadi kebiasaan, maka bukankah akan lebih baik jika diganti dengan menghidupkan selalau rasa syukur atas semua nikmat yang Allah limpahkan, wallahua’lam.(A/RS3/P2)
Baca Juga: Lima Karakter Orang Jahil
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ternyata Aku Kuat