Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahlul Qur’an, Pelita Umat dalam Cahaya Ilahi

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 5 jam yang lalu

5 jam yang lalu

6 Views

DI TENGAH gelombang zaman yang penuh dengan kegaduhan informasi dan krisis akhlak, kehadiran Ahlul Qur’an—mereka yang menghafal, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an—menjadi lentera yang menuntun umat kepada jalan kebenaran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan peran vital Ahlul Qur’an dalam membimbing umat, bukan hanya melalui hafalan, tetapi juga lewat akhlak dan dakwahnya.

Ahlul Qur’an bukan hanya sekadar penghafal ayat-ayat suci, melainkan penjaga risalah Ilahi di bumi. Menurut data Kementerian Agama RI tahun 2023, jumlah hafiz Al-Qur’an di Indonesia terus meningkat, dengan lebih dari 400.000 orang yang sudah menghafal minimal 30 juz, didukung oleh ribuan tahfiz/">pesantren tahfiz yang tersebar di seluruh provinsi.

Kehadiran mereka menjadi pilar peradaban Islam yang kokoh. Di berbagai pelosok Nusantara, para penghafal Al-Qur’an menjadi ujung tombak dakwah di tengah masyarakat. Mereka mengajarkan anak-anak untuk mencintai Al-Qur’an sejak dini, mendirikan majelis taklim, dan menjadi teladan dalam akhlak Islami.

Penelitian dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UIN Jakarta tahun 2021 menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan tahfiz memiliki kecerdasan spiritual, emosional, dan sosial yang lebih stabil dibandingkan anak-anak lain. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an mampu membentuk kepribadian yang kokoh dan terarah.

Baca Juga: Menikah Itu Ibadah, Bukan Ajang Pamer Mahar

Tidak hanya dalam aspek akhlak, Al-Qur’an juga menjadi cahaya dalam membangun peradaban ilmu. Sejarah mencatat bahwa para ulama besar seperti Imam Syafi’i dan Imam Nawawi adalah para hafiz Qur’an sejak kecil. Dengan kekuatan Al-Qur’an, mereka menjadi tokoh pembaharu dalam bidang fikih, tafsir, dan akhlak.

Fenomena meningkatnya minat menghafal Al-Qur’an juga menjadi bagian dari kebangkitan spiritual di kalangan generasi muda. Gerakan “Satu Desa Satu Hafiz” yang digagas oleh beberapa lembaga dakwah telah membuahkan hasil luar biasa, di mana desa-desa binaan menjadi lebih religius, tertib, dan produktif secara sosial.

Ahlul Qur’an juga menjadi penenang di tengah kekacauan sosial. Dalam banyak kasus, kehadiran para penghafal Qur’an di zona konflik seperti Palestina, Suriah, dan Rohingya menjadi penyemangat spiritual masyarakat muslim. Mereka melantunkan ayat-ayat Allah sebagai penguat jiwa dan pembawa harapan dalam kehancuran.

Dunia pendidikan juga mulai menyesuaikan diri dengan gerakan Qur’ani. Di Indonesia, ratusan sekolah formal telah mengintegrasikan program tahfiz dalam kurikulumnya. Menurut data Kemendikbud 2022, lebih dari 1.000 sekolah negeri dan swasta memiliki program penghafalan Qur’an yang terstruktur.

Baca Juga: Korupsi, Dosa dan Bahayanya dalam Islam

Namun, menjadi Ahlul Qur’an bukan sekadar kebanggaan, tapi juga amanah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an kelak akan bersama para malaikat yang mulia dan taat…” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, Ahlul Qur’an dituntut untuk hidup sesuai dengan kandungan Al-Qur’an, tidak hanya membacanya dengan lidah, tetapi menghayatinya dengan hati dan mengamalkannya dalam perbuatan.

Ironisnya, masih banyak umat Islam yang menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai bacaan musiman atau sekadar hiasan di lemari. Padahal, Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus…” (QS. Al-Isra: 9). Di sinilah peran Ahlul Qur’an menjadi strategis: mengajak umat kembali kepada petunjuk yang lurus itu.

Menariknya, penelitian dari Universitas Al-Azhar tahun 2020 menunjukkan bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an memiliki ketahanan mental yang lebih tinggi terhadap stres dan depresi. Ini memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk ibadah, tetapi juga terapi ruhani.

Banyak pula kisah inspiratif dari para Ahlul Qur’an yang berasal dari keluarga miskin, tetapi karena keistiqamahan mereka dalam menghafal Al-Qur’an, mereka mendapatkan jalan keluar yang tak terduga. Beberapa di antaranya mendapatkan beasiswa penuh, bekerja di lembaga keislaman bergengsi, bahkan menjadi penggerak perubahan di komunitasnya.

Baca Juga: Doa, Usaha, dan Keajaiban: Rahasia Hidup Berkah

Oleh karena itu, mendukung gerakan Ahlul Qur’an berarti membangun masa depan umat. Masyarakat perlu lebih aktif dalam mendukung program-program tahfiz, baik melalui infak, waqaf, maupun dukungan moral kepada para santri dan guru Qur’an di pelosok negeri.

Pemerintah dan lembaga pendidikan pun perlu terus memperkuat kolaborasi dalam menyiapkan generasi Qur’ani. Di era digital ini, inovasi dalam metode hafalan, aplikasi belajar Qur’an, dan teknologi pembinaan tahfiz menjadi kunci keberhasilan dalam mencetak lebih banyak pelita umat.

Ahlul Qur’an bukan sekadar julukan, melainkan sebuah misi peradaban. Mereka adalah pelita yang membawa umat dari kegelapan menuju cahaya. Mereka hidup bersama wahyu, menjaga kemurnian agama, dan menjadi rahmat bagi semesta. Dalam setiap lantunan ayat yang mereka baca, terdapat harapan umat akan masa depan yang cerah dalam cahaya Ilahi.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Mengapa Islam Menekankan Hidup Berjama’ah?

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Kolom
MINA Preneur
Kolom