Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ain Fara’a, Wisata Alam Palestina Yang Terancam Permukiman Ilegal

sajadi - Ahad, 20 September 2020 - 23:11 WIB

Ahad, 20 September 2020 - 23:11 WIB

2 Views

Hebron, MINA – Ain Fara’a, sebuah obyek wisata alam yang terletak di antara Desa Adhna dan Tafouh, Selatan Kota Hebron menjadi tempat tujuan rekreasi dan bergantungnya penduduk asli Arab Badui untuk menghidupi ternak dan tanaman mereka.

Ain Fara’a merupakan nama sebuah mata air indah yang mengalir dari puncak bukit, berjalan berkelok-kelok di antara bebatuan kemudian mengalir ke sebuah kolam kuno yang merupakan salah satu sumber kehidupan suku Badui dan para petani di daerah itu. Demikian dikutip dari Wafa, Ahad (20/9).

Ain Fara’a serta wilayah sekitarnya juga diklasifikasikan dalam Area C dan dianggap sebagai salah satu kawasan penting arkeologi dan wisata di Palestina.

Namun, “hantu” pemukiman ilegal Israel mencoba untuk terus merebut tempat indah tersebut dan mengusir penduduk asli dan hewan gembalanya.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Pemukim ilegal dengan dukungan pasukan pendudukan terus berusaha untuk menguasainya dengan memperluas proyek pemukiman di tempat itu.

Mereka mengkalim bahwa daerah tersebut sebagai cabang dari ekspansi alami dan perluasan dari pemukiman “Adura”.

Pemukim bersenjata sering terlihat memanfaatkan liburan dengan berkumpul di sekitar mata air itu. Mereka berjalan-jalan, berenang, mendirikan tenda dan bahkan mengadakan doa Talmud serta pesta dengan perlindungan pasukan pendudukan.

Nasser Hajjah adalah salah satu penduduk yang selama lebih dari 20 tahun masih teguh menjaga tanahnya dari ambisi pemukim ilegal Israel.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Ia mengajak semua warga untuk memperkuat kehadiran mereka di Ain Fara’a.

“Kami lahir di wilayah ini dan kami akan tetap tinggal di sini sama seperti kakek nenek dan kerabat saya sudah hampir lima dekade,” kata Muhammad al-Azazma, salah seorang pemuda yang tinggal di wilayah Far’a.

“Mereka telah tinggal di tenda-tenda dan gubuk-gubuk, dan mereka memelihara domba dan bergantung pada mata air yang memperkuat kehadiran mereka dan menguatkan mereka terlepas dari semua gangguan yang mereka hadapi dari pasukan pendudukan dan para pemukim,” tambahnya. (AT/RE1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Khadijah