Lilongwe, 13 Dzulqa’dah 1436/ 28 Agustus 2015 (MINA) – Satu tahun setelah menjadi satu-satunya anggota parlemen muslim di Malawi, Afrika Selatan, yang didominasi Kristen Majelis Nasional, Aisha Mambo bertekad akan menggunakan peran barunya untuk melakukan advokasi yang lebih besar bagi perempuan Muslim di negara sub-Sahara itu.
“Selama ini, saya bercita-cita menjadi anggota parlemen. Oleh karena itu, untuk bisa sampai ke Majelis Nasional adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya,” Mambo kepada On Islam.
“Saya ingin menjadi orang di antara mereka yang membuat undang-undang negara, saya harus bisa mengadvokasi hukum yang ramah atas perempuan dan pada saat yang sama membantu memberdayakan perempuan Muslim sesama melalui undang-undang yang dibuat,” tambahnya.
Awalnya, Mambo adalah seorang wartawati yang bekerja untuk Radio Islam, kemudian memenangkan kursi parlemen distrik Mangochi Mkungulu pada Juni 2014. Dia merupakan salah satu di antara 20 Muslim lainnya yang berhasil sampai ke Majelis Nasional.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Memenangkan kursi di parlemen adalah misi pertamanya untuk meningkatkan partisipasi perempuan Muslim dalam politik.
“Saya ke parlemen dengan misi membebaskan sesama perempuan dari kemiskinan dan keterbelakangan. Sakit rasaya melihat setelah 51 tahun merdeka, jumlah wanita Muslim secara aktif berpartisipasi dalam politik sangat rendah,” ujar Mambo.
“Saya datang ke sini untuk mengadvokasi hukum yang dapat membantu untuk membalikkan tren ini, sehingga perempuan bisa sepenuhnya diberdayakan untuk berdiri dan memimpin di antara manusia,” tambahnya.
Legislator berusi 40 tahun itu mengamati bahwa beberapa kendala utama yang menahan perempuan Muslim aktif berpartisipasi dalam politik termasuk kurangnya pendidikan dan tingkat kemiskinan yang ada.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
“Karena faktor budaya, sebagian besar wanita Muslim belum mencapai pendidikan dasar. Hal ini menyulitkan mereka untuk berpartisipasi dalam politik, dan pada saat yang sama, banyak wanita di Komunitas Muslim tidak sepenuhnya diberdayakan secara ekonomi untuk berdiri di atas mereka sendiri dan mencoba peruntungan di dunia politik. Politik membutuhkan banyak uang, karena itu sebagian besar dari mereka tidak bisa berani melibatkan diri di dalamnya, “katanya. (T/nda/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini