London, MINA – Pemerintah Inggris mengonfirmasi pada Ahad (14/9) bahwa mereka melarang mahasiswa dari Israel bergabung dengan salah satu akademi pertahanan paling bergengsi di negara itu, Royal College of Defence Studies.
Larangan tersebut akan berlaku mulai tahun depan, kata pemerintah dan diberlakukan di tengah perang brutal Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina dan menghancurkan wilayah tersebut sejak Oktober 2023.
Menurut The Telegraph, langkah ini menandai pertama kalinya lembaga tersebut melarang warga Israel sejak didirikan pada tahun 1927.
Laporan tersebut menambahkan, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa program pendidikan militer Inggris secara historis terbuka untuk orang-orang dari “berbagai negara, dengan semua program militer Inggris menekankan kepatuhan terhadap hukum humaniter internasional”.
Baca Juga: 9 Kapal Global Sumud Flotilla Bertolak dari Tunisia Menuju Gaza
“Namun, keputusan pemerintah Israel untuk lebih meningkatkan operasi militernya di Gaza adalah salah,” ujar jubir tersebut.
Keputusan ini muncul di tengah kecaman dan pengawasan global atas kejahatan perang yang dilakukan di Gaza, termasuk membuat penduduk kelaparan dan memicu bencana kelaparan dengan menghalangi bantuan darurat dan memutus pasokan penting ke wilayah kantong tersebut.
Tentara Israel telah mengungsi lebih jauh, menargetkan sekolah, tempat penampungan, rumah sakit, dan tempat ibadah, serta menewaskan lebih dari 200 jurnalis sejak awal perang.
Meskipun ada proposal gencatan senjata yang diajukan oleh para mediator dan peringatan dari kelompok hak asasi manusia global dan PBB, Israel terus menggempur Jalur Gaza tanpa henti.
Baca Juga: Kapal Aladdin Mulai Berlayar dari Tunisia Menuju Gaza
Pengecualian Israel dari akademi ini menyusul keputusan pemerintah Inggris untuk juga melarang pejabat Israel berpartisipasi dalam pameran senjata terbesar di negara itu. Tahun lalu, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menangguhkan 30 dari 350 izin ekspor senjata Inggris ke Israel di tengah meningkatnya tekanan internasional.
Keputusan untuk melarang warga Israel dari akademi tersebut telah membuat marah Amir Baram, Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Tel Aviv, yang sebelumnya belajar di perguruan tinggi yang sama.
Baram mengecam keputusan tersebut sebagai “tindakan ketidaksetiaan yang sangat tidak terhormat kepada sekutu yang sedang berperang”.
The Telegraph lebih lanjut melaporkan Baram juga menulis surat kepada Kementerian Pertahanan, di mana ia menyebutnya sebagai “tindakan diskriminatif” yang juga menandai “pelanggaran yang memalukan terhadap tradisi toleransi dan kesopanan Britania yang dibanggakan”. []
Baca Juga: PM Interim Nepal Sushila Karki Janji Akhiri Korupsi Usai Gelombang Protes Gen Z
Mi’raj News Agency (MINA)