Rohingya-Refugees-in-Bangladesh-unhcr-300x200.jpg" alt="Rohingya Refugees in Bangladesh unhcr" width="300" height="200" />Ribuan pengungsi mengiringi jenazah sang tokoh pembela etnis minoritas yang terjajah dari kampung halamannya.
Pejabat pemerintah, tokoh dan anggota masyarakat sipil, baik laki-laki ataupun perempuan mengiringi jenazah ahli sejarah dan pengacara yang membela hak-hak etnis minoritas di negara yang sebelumnya dikenal sebagai Burma.
Tokoh itu, Nurul Amin (63), menurut Arakan Watch, diserang secara brutal diserang oleh sekelompok orang yang tak dikenal pada 26 Februari 2016.
Menurut sumber yang dipercaya dan penjelasan dokter, tidak ditemukan tanda identifikasi kecelakaan, namun dalam beberapa anggota tubuhnya terdapat beberapa luka, seperti yang terlihat dalam mulut dan telinganya. Tidak hanya itu, luka parah di kepala dan tusukan di bagian pinggangnya hingga setidaknya berdiameter 3 sampai 4 inci tersebut bisa jadi penyebab kematiannya.
Ahli hukum yang telah mengabdikan diri untuk melayani banyak orang yang membutuhkan perlindungan hukum terutama etnis Rohingya selama beberapa dekade tersebut, dinyatakan meninggal oleh Profesor Dr . Kamal pada Rabu (2/3) lalu di RS swasta di Chittagong.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Bapak tiga anak dan satu istri itu dikebumikan di pemakaman Kutupalong dan dishalatkan setelah melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah.
Jasanya yang tak tergantikan bagi pengungsi dan etnis Rohingya menambah kesedihan, karena kehilangan orang yang selama ini membela hak-hak mereka.
Pria yang memperoleh gelar Sarjana dan Master dalam Sejarah di Universitas Rangoon itu dikenal sebagai orang yang sangat tulus, energik dan memiliki banyak jasa di kalangan masyarakat Rohingya Arakan.
Hingga kini, Rohingya masih belum diakui oleh pemerintahan sebagai bagian dari warga negaranya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Kondisi Terkini
Muslim Rohingya terus menghadapi tekanan mengerikan. Setiap hari, ada anak-anak meninggal akibat kekerasan yang diterima mereka dari kelompok mayoritas Budha Myanmar, pejabat PBB memperingatkan.
John Ging, Direktur Operasi PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), sebelumnya berkunjung ke negara bagian Rakhine Barat, daerah yang telah ditargetkan menjadi daerah serangan kekerasan dan diskriminasi dari kelompok mayoritas yang beragama Buddha.
Lebih dari 100 ribu Muslim Rohingya mendekam di kamp-kamp di barat Myanmar setelah kerusuhan di Rakhine, menyebabkan ratusan desa dibakar dan sejumlah orang tewas pada 2012 lalu.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir, puluhan ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari Rakhine menuju wilayah laut berbahaya, biasanya menuju negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia dan Indonesia.(L/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)