Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Akhiri Perang di Gaza”, Desakan Saudi di KTT Teluk-AS

sajadi Editor : Widi Kusnadi - 25 detik yang lalu

25 detik yang lalu

0 Views

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (foto: Arab News)
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (foto: Arab News)

Riyadh, MINA – Dalam momentum diplomatik yang menjadi sorotan dunia, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyerukan kerja sama regional dan internasional untuk mengakhiri perang di Gaza dan mewujudkan solusi menyeluruh bagi persoalan Palestina.

Pernyataan ini disampaikannya saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan Amerika Serikat yang digelar di ibu kota Riyadh, Rabu (14/5). Pertemuan ini turut dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang melakukan kunjungan pertamanya ke kawasan sejak kembali menjabat awal tahun ini.

Dalam pidatonya, bin Salman menekankan bahwa konflik di Gaza dan situasi politik Palestina merupakan tantangan besar yang perlu direspons bersama. Ia menyatakan kesiapan Riyadh untuk bekerja sama dengan Washington serta negara-negara Teluk lainnya guna menurunkan eskalasi, mengakhiri kekerasan di Gaza, dan menemukan solusi yang permanen serta komprehensif atas persoalan Palestina.

MBS menyebut forum tersebut sebagai kelanjutan dari hubungan strategis antara Saudi dan AS, serta sebagai wujud komitmen kolektif untuk membangun masa depan yang stabil di kawasan.

Baca Juga: Trump dan al-Sharaa Bertemu di Riyadh, Bahas Kerja Sama Kontraterorisme

Sementara itu, Presiden Trump dalam pidatonya menyatakan harapan pemerintahannya terhadap masa depan rakyat Palestina yang lebih aman dan bermartabat. Ia juga menyinggung keberhasilan negosiasi dengan gerakan perlawanan Hamas yang menghasilkan pembebasan sandera asal Amerika, Edan Alexander.

Trump menyampaikan apresiasinya atas peran para pemimpin Teluk dalam mendukung proses perdamaian, dan menyatakan bahwa pembebasan semua sandera dari berbagai kewarganegaraan adalah langkah penting menuju perdamaian. Ia menambahkan bahwa berbagai hal positif tengah berlangsung di berbagai lini, berkat kerja sama erat dengan para pemimpin kawasan.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan, menegaskan kembali keprihatinan negaranya atas penderitaan rakyat Gaza. Dalam konferensi pers usai KTT, ia menyebut bahwa situasi kemanusiaan di Gaza sangat memprihatinkan.

Namun ia juga melihat peluang baru, dengan menyatakan bahwa pemerintahan AS saat ini berani mengambil keputusan besar yang bisa mempercepat gencatan senjata dan membuka jalur menuju penyelesaian masalah Palestina secara menyeluruh, termasuk kemungkinan pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Baca Juga: Jamaah Haji Hadapi Cuaca Ekstrem dalam Perjalanan ke Makkah

Bin Farhan menambahkan bahwa Riyadh menegaskan kepada Trump pentingnya menghentikan serangan militer Israel, membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan menempatkan tanggung jawab utama pada Israel atas terhambatnya distribusi bantuan.

Dalam forum ini, isu Suriah dan Lebanon juga mengemuka. Presiden Trump mengadakan pertemuan dengan Presiden sementara Suriah Ahmad al-Sharaa, didampingi Putra Mahkota bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang bergabung melalui sambungan telepon.

Trump menyebut pertemuan tersebut produktif dan mengumumkan rencana pencabutan sanksi ekonomi terhadap Suriah untuk memberi negara itu peluang pembangunan kembali. Ia juga mengisyaratkan sedang menjajaki normalisasi hubungan diplomatik dengan pemerintahan baru Suriah.

Terkait Lebanon, Trump menyatakan bahwa negara tersebut memiliki kesempatan baru untuk keluar dari pengaruh kelompok Hezbollah, dengan syarat bahwa presiden dan perdana menteri baru mampu membangun kembali negara yang efektif dan berdaulat.

Baca Juga: Kelompok HAM Desak India Hentikan Penangkapan terhadap Warga Rohingya

Pernyataan itu disampaikan dalam konteks harapan baru terhadap perubahan politik dan tata kelola pemerintahan di Lebanon.

KTT ini merupakan pertemuan kelima antara negara-negara Teluk dan Amerika Serikat sejak pertama kali digelar pada 2015. Pertemuan tahun ini menjadi salah satu yang paling krusial, mengingat intensitas konflik di Gaza serta meningkatnya tekanan global untuk segera menghentikan kekerasan di kawasan.

Setelah menyelesaikan kunjungan dua harinya di Arab Saudi, Presiden Trump melanjutkan perjalanan diplomatiknya ke Qatar dan dijadwalkan mengunjungi Uni Emirat Arab dalam beberapa hari mendatang. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: UU Wakaf India yang Kontroversial Picu Kekhawatiran Marjinalisasi Muslim

Rekomendasi untuk Anda