Akibat Perubahan Iklim, Terumbu Karang di Dunia Mulai Berubah Warna

[ilustrasi] Terumbu karang mulai mengalami pemutihan di Perairan Sumbar pada 2016. (Foto: National Geographic)

Jakarta, MINA – Di sepanjang garis pantai dari Australia, Kenya, hingga Meksiko, banyak berwarna-warni di dunia telah berubah menjadi putih pucat. Peristiwa ini menurut para ilmuwan merupakan peristiwa pemutihan global keempat dalam tiga dekade terakhir.

Setidaknya 54 negara dan wilayah telah mengalami pemutihan massal di sepanjang terumbu karang mereka sejak Februari 2023 akibat yang menghangatkan permukaan air laut, menurut Coral Reef Watch milik Badan Kelautan Nasional AS (NOAA), yang merupakan badan pemantau terumbu karang terbesar di dunia, Senin (15/4), melansir Al Jazeera.

“Dari Februari 2023 hingga April 2024, pemutihan karang yang signifikan telah tercatat terjadi di belahan bumi utara dan selatan di setiap cekungan laut utama,” kata Derek Manzello, koordinator Coral Reef Watch, kepada wartawan.

Karang merupakan hewan invertebrata yang hidup berkoloni. Sekresi kalsium karbonatnya membentuk perancah keras dan protektif yang berfungsi sebagai rumah bagi banyak spesies ganggang bersel tunggal yang berwarna-warni.

Pemutihan karang dipicu oleh anomali suhu air yang menyebabkan karang mengeluarkan alga berwarna-warni yang hidup di jaringannya. Tanpa bantuan alga dalam memberikan nutrisi pada karang, maka karang tidak dapat bertahan hidup.

“Lebih dari 54 persen kawasan terumbu karang di lautan global mengalami tekanan panas yang mencapai tingkat pemutihan,” kata Manzello.

Seperti peristiwa pemutihan tahun ini, tiga peristiwa pemutihan terakhir – pada tahun 1998, 2010 dan 2014-2017 – juga terjadi bersamaan dengan pola iklim , yang biasanya menyebabkan suhu laut menjadi lebih hangat.

Suhu permukaan laut selama setahun terakhir telah memecahkan rekor yang tercatat sejak tahun 1979, seiring dengan dampak El Nino yang diperburuk oleh perubahan iklim.

Sebaliknya, Great Barrier Reef di Australia, sistem terumbu karang terbesar di dunia dan satu-satunya yang terlihat dari luar angkasa, terkena dampak yang sangat parah, begitu pula sebagian besar wilayah Pasifik Selatan, Laut Merah, dan Teluk.

“Kami tahu ancaman terbesar terhadap terumbu karang di seluruh dunia adalah perubahan iklim. Tidak terkecuali Great Barrier Reef,” kata Menteri Lingkungan Hidup Australia Tanya Plibersek bulan lalu.

Terumbu karang Karibia mengalami pemutihan yang meluas pada bulan Agustus lalu karena suhu permukaan laut pesisir berkisar antara 1-3 derajat Celcius (1,8-5,4 derajat Fahrenheit) di atas normal.

Para ilmuwan yang bekerja di wilayah tersebut kemudian mulai mendokumentasikan kematian massal di seluruh wilayah tersebut. Dari staghorn hingga karang otak, “semua yang Anda lihat saat menyelam di beberapa terumbu berwarna putih,” kata ahli ekologi kelautan Lorenzo Alvarez-Filip dari National Autonomous University of Mexico.

“Saya belum pernah menyaksikan pemutihan sebesar ini,” kata Alvarez-Filip.

Pada akhir musim panas belahan bumi selatan pada bulan Maret, terumbu tropis di Samudera Pasifik dan Hindia juga mulai menderita.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa banyak terumbu karang di dunia mungkin tidak pulih dari tekanan panas yang berkepanjangan. (T/Ai/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Arina Islami

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.