Aksi Bela Palestina Meluas di Universitas-universitas AS

Aksi Bela Palestina Meluas di Universitas-universitas AS.(Foto: Anadolu Agency)

Setelah aktivis dan masyarakat sipil, kini aksi bela dilakukan oleh akademisi, seperti dosen serta mahasiswa yang semakin meluas di seluruh universitas-universitas di (AS) sejak pekan lalu.

Gerakan tersebut dimulai dari Columbia University di Manhattan, New York, Rabu (17/4) ketika para mahasiswa mendirikan perkemahan di lapangan rumput tengah kampus bernama Buttler Lawn, sebagai bentuk aksi demonstrasi yang menuntut gencatan senjata permanen di Jalur .

Namun, aksi tersebut direspon oleh pihak kampus dengan mendatangkan pasukan anti huru-hara kepolisian New York untuk membubarkan paksa kampung tenda yang didirikan demonstran. Buntutnya, polisi menahan lebih dari 100 mahasiswa.

Protes Meluas

Tindakan tersebut kemudian membangkitkan gerakan serupa di universitas-universitas lain di Amerika Serikat, seperti Universitas New York, Universitas Harvard di Boston, Universitas Yale di Connecticut dan lainnya.

Di Universitas Yale, setidaknya 47 orang ditangkap pada Senin (22/4) setelah menolak permintaan untuk membubarkan diri.

“Universitas mengambil keputusan untuk menangkap orang-orang yang tidak mau meninggalkan alun-alun dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan seluruh komunitas Yale dan mengizinkan semua anggota komunitas kami mengakses fasilitas universitas,” kata Yale, yang merupakan bagian dari kampus Ivy League, dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:  Dukungan Mahasiswa AS untuk Palestina Menginspirasi Dunia

“Siswa yang ditangkap juga akan dirujuk untuk tindakan disipliner Yale, yang mencakup serangkaian sanksi, seperti teguran, masa percobaan, atau skorsing,” tambahnya.

Apa yang menggerakkan para mahasiswa?

Aksi protes yang terjadi di beberapa kampus AS tersebut merupakan salah satu upaya penegakan hak asasi manusia di Gaza, Palestina.

Banyak dari demonstran yang mengaku kecewa terhadap AS yang tetap membiayai Israel untuk menggempur Palestina dalam beberapa waktu terakhir.

Terlebih, terdapat sikap dari pemerintah AS yang dinilai tak menjamin kebebasan berpendapat di lingkungan akademik.

Para mahasiswa menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, yang hingga saat ini jumlah korban meninggal akibat agresi militer Israel di wilayah kantong tersebut telah mencapai 34.200 orang.

Baca Juga:  Renungan Hardiknas 2024: Pendidikan Bermutu untuk Memperkuat Daya Saing Bangsa

Columbia University dan universitas-universitas lain diminta agar melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.

Mahasiswa mengecam perusahaan yang mengambil keuntungan dari perang di Gaza dan menuntut amnesti bagi mahasiswa dan dosen yang diskors karena melakukan protes.

Catherine Elias, 26 tahun, Mahasiswa Universitas California kembali ke kamp protes setelah pembebasannya.

“Kami berada di negara yang tidak hanya mendanai namun juga memproduksi dan menciptakan banyak bom yang dijatuhkan di Gaza,” kata Elias, mengacu pada dukungan AS terhadap Israel selama perang.

Presiden AS Joe Biden bahkan telah menandatangani undang-undang paket bantuan senilai $95 miliar yang mencakup $26 miliar untuk Israel.

“Setiap persenjataan yang memungkinkan ini terus berlanjut didanai secara aktif oleh universitas-universitas seperti Columbia melalui dana abadi mereka,” tambahnya.

Bagaimana Respon Biden?

Presiden AS Joe Biden segera mengeluarkan pernyataan. Melalui Gedung Putih ia mengaku mendukung kebebasan berekspresi di kampus-kampus AS.

Baca Juga:  Muhammad Ibrahim: Serangan Israel ke Rafah Potensi Timbulkan Perang dengan Mesir

“Presiden percaya bahwa kebebasan berpendapat, berdebat dan non-diskriminasi di kampus adalah hal yang penting,” kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pengarahan, Rabu (24/4) malam.

“Kami percaya bahwa setiap orang bisa mengekspresikan diri mereka dengan cara yang damai. Namun ketika kita berbicara tentang retorika kebencian, ketika kita berbicara tentang kekerasan, kita harus menghentikannya,” tambahnya.

AS sendiri kini memasuki musim pemilu. Biden dilaporkan telah kehilangan suara kelompok Muslim seiring dukungannya ke israel.

Beberapa bulan terakhir, sikap AS juga mengalami perubahan dalam menanggapi Israel. Sejumlah laporan menyebut bagaimana Biden mencoba menekan Netanyahu untuk menyudahi korban sipil.

Protes Mahasiswa Pernah Terjadi

Turunnya mahasiswa di AS bukan hal baru dalam melawan kebijakan perang Paman Sam.

Dalam insiden penting pada 1970, Garda Nasional di Kent State University di Ohio menembaki mahasiswa selama protes anti-Perang Vietnam, menewaskan empat orang.

Jatuhnya korban jiwa tersebut tentu akan masih terus diingat, baik oleh masyarakat maupun pemerintah Amerika Serikat.

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.