Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Salah satu poin utama dalam Bandung Message 2015, sebagai hasil dari peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) 2015 adalah Deklarasi Palestina.
Deklarasi yang digodok bersama oleh ratusan pemimpin dari dua benua itu berisi delapan poin yakni; menyampaikan dukungan kepada rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan, rasa salut atas perjuangan dan ketabahan bangsa Palestina, mendorong solusi dua negara, mengutuk serangkaian perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan mengutuk serangan Israel di Gaza.
Tiga poin selanjutnya adalah; mendorong rekonstruksi Gaza, mendorong realisasi Palestina sebagai anggota PBB, dan mendorong semua negara-negara di Asia-Afrika untuk secara resmi mengakui kedaulatan Palestina.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Semangat membara juga datang dari negeri tetangga Palestina yang selama ini banyak membantu memediasi perdamaian. Adalah Menteri Luar Negeri Mesir, Ibrahim Mahlab sampai berkata, bahwa para pemimpin Asia-Afrika tidak akan dapat beristirahat dengan tenang sebelum Palestina mendapatkan kedaulatan dan kemerdekaan seperti negara-negara lainnya di Asia dan Afrika.
“Kita tidak akan pernah melupakan Palestina, dan pemimpin kita tidak akan bisa tenang hingga penderitaan bangsa Palestina yang dijajah oleh bangsa lain berakhir,” katanya di hadapan 21 kepala negara/pemerintahan negara Asia-Afrika, saat acara puncak sekaligus penutupan Peringatan 60 Tahun KAA di Gedung Merdeka, Bandung, 24 April lalu.
Solidaritas Dukung Palestina
Ibrahim Mahlab yang menjadi wakil Afrika untuk memberikan pidato dalam acara itu menilai, bangsa Asia-Afrika memiliki hak sama atas kemerdekaan dan berdaulat seperti telah diserukan para pendiri KAA pada 1955 lalu dalam Dasasila Bandung.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Sementara itu, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang mewakili Uni Afrika menyuarakan perlunya meningkatkan interaksi antar Asia-Afrika yang tidak hanya terbatas pada urusan ekonomi dan perdagangan, namun juga membantu bangsa yang belum mendapatkan kemerdekaan, yaitu Palestina.
Presiden Jokowi sendiri kembali menegaskan agar semangat KAA terus diperjuangkan bersama-sama, di masing-masing negara.
“Kini, saatnya menunggu dokumen-dokumen berisi cita-cita, semangat dan peta jalan untuk merdeka, sejajar, makmur, sejahtera dan damai itu direalisasikan,” tegas Jokowi.
Pada Maret 2014 lalu, Konferensi kejasama negara-negara Asia Timur untuk pembangunan Palestina (CEAPAD II) yang digelar di Jakarta juga selaras dengan semangat KAA 1955 lalu.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Pertemuan CEAPAD II merupakan pertemuan setingkat Menteri Negara-negara Asia Timur (ASEAN plus Jepang, China, Korea) dan mitra lainnya yang merupakan penegasan dukungan dan bantuan pemerintah serta memperjelas posisi Indonesia diantara negara-negara Asia Timur sebagai salah satu aktor utama yang konsisten menyuarakan perjuangan Palestina.
Dengan CEAPAD, Palestina akan semakin kuat secara politik maupun ekonomi dan penjajah Israel harus segera mengakhiri penjajahannya di tanah Paletina.
Kontribusi Nyata Rakyat Indonesia
Perdana Menteri Palestina, Rami Hamdallah, mengucapkan rasa terima kasihnya atas dukungan dari pemerintah Indonesia berupa pembangunan kapasitas bagi ribuan warga Palestina. Total, dalam satu tahun (2014), mereka telah mengirimkan sekitar 1.300 pegawai untuk dilatih di Indonesia.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Hal itu diungkap Hamdallah ketika memberikan keterangan pers di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta Selatan, Selasa, 21 April 2015. Bahkan, Palestina berniat untuk melipatgandakan jumlah warganya yang akan dilatih di Indonesia pada masa yang akan datang.
Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga berjanji, produk-produk Palestina yang akan dipasarkan di Indonesia diberlakukan bebas pajak. Hal ini dimaksudkan untuk membantu rakyat Palestin meningkatkan kesejahteraan memalui perdagangan.
“Kami telah mendiskusikan masalah tersebut dengan Presiden Indonesia, mengenai bagaimana memasarkan produk ke Indonesia dan memperoleh keringanan pajak,” papar Hamdallah.
Persahabatan antara Indonesia dengan Palestina sudah terjalin sejak lama, yakni sejak Presiden Soekarno. Dalam kesempatan itu, Hamdallah kembali menyerukan kepada negara anggota Asia Afrika agar mendukung perjuangan rakyat Palestina merdeka seutuhnya.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi, mengatakan kendati mengakui deklarasi mengenai Palestina di KAA berdampak signifikan, namun tidak tiba-tiba usai diumumkan, lalu negaranya langsung merdeka. Dia menyadari untuk meraih kemerdekaan bukan perkara mudah.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Dukungan Indonesia bukan hanya dari pemerintah, rakyatnya pun turut membantunya. di antaranya dengan adanya Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, yang merupakan sumbangsih dan ikatan persaudaraan rakyat Indonesia untuk Palestina.
Kini harapan segera terwujudnya RS Indonesia tersebut semakin terasa diperlukan. Seperti dikatakan Pejabat Kementerian Kesehatan Palestina yang juga menjabat sebagai Direktur Umum Rumah Sakit se-Jalur Gaza, Abdullatif Al-Haj, bahwa kondisi Gaza saat ini sangat memerlukan Rumah Sakit (RS) Indonesia untuk bisa segera beroperasi.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Menurut dia, kebutuhan mendesak tersebut dikarenakan semakin parahnya krisis kesehatan yang mendera Jalur Gaza, terutama setelah agresi militer pendudukan Israel atas Jalur Gaza selama 51 hari pada Juli-Agustus 2014 lalu.
Krisis medis yang dialami oleh seluruh rumah sakit sudah parah karena blokade yang diterapkan entitas Zionis itu selama lebih dari delapan tahun.
“Setelah agresi militer Zionis, krisisnya semakin parah. Apa lagi selama agresi berlangung seluruh sumber daya medis di Gaza terkuras habis,” ujarnya.
“Sedikitnya dibutuhkan dana sebesar 25 juta shekel (80 miliar rupiah) per bulan untuk seluruh rumah sakit di Jalur Gaza agar bisa beroperasi. Namun, kenyataannya hanya sekitar 1,5 shekel (lima Miliar rupiah) dana yang masuk dalam satu bulannya. Hal tersebut menyebabkan lebih dari 60 persen petugas medis Gaza harus bekerja tanpa gaji dalam beberapa bulan terakhir,” ungkap Abdullatif.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Rumah Sakit Indonesia yang terletak di Bayt Lahiya, utara Gaza, merupakan sebuah bangunan berbentuk segi delapan yang didirikan atas sumbangan dari rakyat Indonesia dengan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai inisiator pendirian bangunan tersebut.
Bangunan yang cukup unik tersebut merupakan sebuah hadiah dari rakyat Indonesia kepada rakyat Palestina, dan akan menjadi sebuah sejarah tersendiri. Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke bahu membahu memberikan yang terbaik untuk saudara-saudara mereka di Palestina.
Pekerjaan pembangunan fisik RS Indonesia itu juga dikerjakan sendiri oleh anak-anak bangsa Indonesia, yang datang langsung ke Jalur Gaza, termasuk para insinyur antara lain Ir. Nur Ikhwan Abadi dan Ir. Edi Wahyudi, keduanya dari Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
Pembangunan RS Indonesia dimulai sejak 14 Mei 2011. Pada akhir April 2012, pembangunan tahap 1 untuk struktur RS Indonesia selesai. Pada 1 November 2012, pembangunan tahap 2 RS Indonesia untuk pekerjaan Arsitektur dan ME (Mechanical Elctrical) dimulai dan selesai pada akhir 2014.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Rombongan relawan terakhir yang ada sekarang juga mengawal proses pengadaan alat-alat kesehatan bernilai Rp. 65,1 miliar lebih.
Rumah Sakit itu dibangun di atas areal seluas 16.261 m2 yang merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza, berlantai dua tambah basement, dengan tipe rumahsakit traumatologi dan rehabilitasi, kapasitas 100 tempat tidur.
Proses pembangunan yang cukup sulit, karena terbatasnya material di daerah terblokade tersebut akhirnya bisa terealisasi, meskipun para relawan sempat menghadapi dua peperangan besar pada 2012 dan 2014 saat proses pengerjaan berlangsung, namun demikian para relawan tetap tegar dan terus melanjutkan pembangunan.
Adanya Rumah Sakit, statement, rencana pembukaan perwakilan Indonesia di Palestina, dan pelaksanaan KAA yang baru saja usai, merupakan aksi nyata dukungan Indonesia untuk Palestina. (R03/P4)
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud