Jakarta, MINA – Ratusan orang massa aksi dari Humanity United Project Indonesia (HUPI) memperagakan tindak diskriminasi yang terjadi pada etnis Uyghur, Xinjiang, China, melalui aksi teaterikal pada demo di Kedutaan Besar China di Jalan Mega Kuningan No 2, Jakarta Selatan, pada Selasa (4/4).
Ahmad Muhadi salah seorang peserta aksi menyampaikan orasinya mengatakan telah terjadi persekusi, penindasan, pemasungan hingga genosida budaya secara sistematis dan sangat serius.
Di Xinjiang, setidaknya sekira hampir 200 masjid diluluhlantakkan dan diratakan atau dialihfungsikan atau tidak difungsikan. Aktivitas ibadah keagamaan dilarang, atribusi dan identitas “muslim” tidak disenangi.
“Mata dunia harus melihat telah terjadi persekusi, penindasan, pemasungan hingga genosida budaya secara sistematis dan sangat serius di Xinjiang, hampir 16.000 masjid diluluhlantakkan, diratakan atau dialihfungsikan atau hanya dimuseumkan. Aktivitas ibadah keagamaan juga dilarang, atribusi dan identitas sebagai “muslim” pun tidak disenangi,” tutur Muhadi.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Lebih lanjut Muhadi mengatakan tidak kurang dari (diperkirakan) 1 juta muslim Uyghur ditahan paksa dan dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi.
“Tidak kurang dari 1 juta muslim Uyghur ditahan paksa dan dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi karna hanya menunjukkan identitas muslimnya, di tuduh teroris , dituduh radikal oleh Pemerintahnya,” lanjutya.
Askan Nor selaku koordinator lapangan menyampaikan dalam orasinya bahwa mereka merasa semakin tersakiti ketika mendengar kondisi terkini bahwa masyarakat minoritas muslim Uyghur di paksa untuk tidak berpuasa.
“Sebagai ummat Islam kita merasakan betul bahwa satu muslim dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara. Dan bangunan umat Islam laksana satu batang tubuh, yang jika satu bagiannya sakit, maka bagian yang lain ikut merasakan sakit tersebut. Saat ini diskriminasi bermodus deradikalisasi menuntut agar ummat muslim Uyghur tidak berpuasa,” tutur Askan mengawali orasi.
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Lebih lanjut pemuda yang akrab disapa Askan putra daerah yang bersal dari Pasaman Barat ini menyatakan penderitaan muslim uyghur bukan hanya penderitaan ummat muslim, tapi juga penderitaan semua ummat manusia, Karena untuk merasakan penderitaan Uyghur tidak harus menjadi muslim tapi cukup menjadi manusia.
“Kawan-kawan penderitaan muslim Uyghur bukan hanya penderitaan kita ummat muslim, tapi juga penderitaan setiap manusia yang masih punya hati Nurani dan pikiran yang sehat”, pungkasnya.
Unjuk rasa yang digelar ratusan aktivis pemuda memuat empat point tuntutan yaitu ;
Pertama, menuntut Pemerintah China berikan kebebasan dalam melaksanakan Ibadah dan Puasa Ramadhan.
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Kedua, menuntut pemerintah China menghentikan genosida dan diskriminasi etnis Uighur.
Ketiga, menuntut keterbukaan informasi dan akses investigasi lembaga independen.
Keempat, mendesak pemerintah China menjamin kebebasan beragama dan penghentian penghancuran (alih fungsi rumah ibadah/masjid).
Aksi berlangsung damai yang di mulai pukul 14.00 s/d 16.00 WIB, meskipun dalam keadaan berpuasa peserta tidak patah semangat untuk mengikuti aksi tersebut dan bubar dalam keadaan damai dan tertib.(R/R1/P2)
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Enam Pejabat Senior Hamas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Diveto AS, DK PBB Gagal Setujui Resolusi Gencatan Senjata Segera di Gaza