Washington DC, MINA – Aktivis di berbagai wilayah Amerika Serikat (AS) menyerukan boikot terhadap “Black Friday” tahun ini sebagai bentuk protes atas dukungan militer dan keuangan pemerintah AS kepada Israel.
Seruan ini mencuat menyusul kesepakatan senjata senilai 680 juta dolar AS yang disetujui baru-baru ini.
Menurut laporan kantor berita Wafa, kampanye ini bertujuan menekan pemerintah AS untuk mengakhiri keterlibatannya dalam dugaan genosida Israel terhadap Palestina.
Aktivis juga mendesak pelaku usaha di sektor ritel untuk mengambil sikap dengan mendukung gencatan senjata, menghentikan pengiriman senjata, dan mendorong pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, khususnya bagi warga di wilayah utara yang terdampak parah.
Baca Juga: Menlu Inggris: Israel Punya Kewajiban Hukum Intenasional
Seruan boikot ini muncul di tengah langkah pemerintahan Biden yang terus mendorong implementasi paket senjata tersebut.
Middle East Monitor pada Kamis (28/11) melaporkan bahwa paket senjata itu mencakup ribuan Joint Direct Attack Munitions (JDAM) dan ratusan bom berdiameter kecil. Informasi ini dikonfirmasi oleh sumber anonim kepada Financial Times.
Dalam sejarahnya, istilah “Black Friday” tidak selalu berkaitan dengan tradisi belanja. Pada 1869, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kegagalan dua pebisnis Wall Street, Jay Gould dan Jim Fisk, yang mencoba memonopoli pasar emas AS. Rencana mereka berujung pada kejatuhan harga emas yang menyebabkan krisis ekonomi.
Istilah ini muncul kembali pada 1950-an di Philadelphia, menggambarkan kekacauan yang terjadi sehari setelah Thanksgiving. Kota dipadati pembeli dan wisatawan yang menghadiri pertandingan sepak bola Army-Navy, menyebabkan kemacetan dan tekanan bagi polisi.
Baca Juga: Ekspor Minyak Mentah Turkiye ke Israel Tetap Lanjut Meski Ada Seruan Embargo
Seiring waktu, “Black Friday” menjadi istilah dalam dunia ritel, merujuk pada momen ketika penjualan besar-besaran pasca-Thanksgiving membantu toko mencatat keuntungan, dari “merugi” (merah) menjadi “untung” (hitam) dalam pembukuan. Kini, Black Friday menjadi tradisi belanja besar-besaran yang dirayakan secara luas. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Demo di Depan Parlemen Eropa, Stop Genosida Gaza