Aktivis Etnis Myanmar Kritik Penghargaan Kemanusiaan Suu Kyi

Rangoon, 20 Dzulhijjah 1434/22 September 2016 (MINA) – Aktivis etnis di Rangoon, , mengkritik pemberian penghargaan kemanusiaan (Humanitarian Award) dari Yayasan Kemanusiaan Havard Amerika Serikat (AS) kepada Penasihat Negara Daw Aung San di Boston, Sabtu (17/9) lalu.

Menurut aktivis, Suu Kyi tidak layak mendapatkan penghargaan itu karena pemenang Nobel itu telah diam terhadap nasib kelompok etnis di negaranya yang menjadi korban.

Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) dari sumber lokal The Irrawaddy menyebutkan, Mary Tawn, seorang aktivis yang membantu pengungsi di Kachin, Rangoon, Myanmar menambahkan, Suu Kyi telah diam atas gangguan tentara Myanmar terhadap bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh masyarakat internasional untuk pengungsi internal di kamp, sementara dia hampir tidak terlibat dalam karya kesejahteraan sosial di negaranya.

“Suu Kyi tidak mengatakan apa-apa tentang pengungsi Kachin sejak bentrokan pecah di Negara Bagian Kachin pada tahun 2011, sementara militer mengganggu pasokan bantuan kemanusiaan. Sebagai seorang yang membantu pengungsi, saya tidak percaya bahwa dia menerima penghargaan ini dalam situasi seperti ini,” ujar Mary Tawn.

Jumlah pengungsi di berbagai kamp di Negara Bagian Kachin meningkat tahun lalu. Namun, persediaan bantuan internasional telah menurun dan kamp-kamp kekurangan makanan, imbuhnya.

Ko Sai Aung Myint Oo, Ketua Organisasi Pemuda Shan yang berbasis di Rangoon juga mengatakan, Suu Kyi secara lisan pun tidak menghibur pengungsi di Kachin dan Shan.

“Ada sekitar 150.000 pengungsi di Shan dan Kachin. Mereka sangat ingin mendengar pernyataan Suu Kyi. Namun, dia belum mengatakan apa-apa. Saya tidak tahu apa tolok ukur yang mereka gunakan untuk memberikan penghargaan. Seharusnya tidak diberikan kepada dia,” kata Myint Oo.

Namun, Saw Alex dari lembaga kemanusiaan lokal KESAN (Karen Environmental and Social Action Network) mengatakan, mungkin dengan penghargaan akan mendorong Suu Kyi untuk mengerahkan usaha yang lebih besar dalam memperjuangkan kemanusiaan di negaranya.

“Daw Aung San Suu Kyi lemah dalam hal kemanusiaan, tetapi ini tidak berarti dia tidak ingin meningkatkannya. Dia telah sibuk terlibat banyak masalah. Kita harus melihat penghargaan itu sebagai dorongan baginya dan pemerintah baru untuk menempatkan usaha yang lebih besar menjadi karya kemanusiaan,” kata Saw Alex.

Daw Aung San Suu Kyi menerima Harvard Humanitarian of the Year 2016 pada 17 September di Amerika Serikat, setelah dia melakukan kunjungan resmi ke Gedung Putih. (T/P4/P001)

Mi’raj Islamic Nerws Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.