Jakarta, 2 Jumadil Akhir 1436/22 Maret 2015 (MINA) – Banyak guru yang belum memahami tugas dan dan kewajiban seorang guru, misal seorang guru tidak hanya harus memiliki peran pendidik tetapi juga aktivis.
“Peran guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai aktivis yang berguna bagi masyarakat,” kata Direktur Teacher Working Group (TWG), Shanti Hayuningtyas kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (22/3).
Dia mengatakan, guru tidak hanya berperan dalam proses belajar-mengajar di sebuah kelas, namun lebih luas dan mulia.
Tias yang juga menjadi guru SD sejak tahun 90-an menjelaskan, maksud menjadi aktivis adalah seorang guru juga dituntut membina masyarakat.
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.
“Misal pembinaan masyarakat yang dimaksud adalah jika kita melihat penyimpangan di depan kita, melihat remaja pacaran, kita harus on the spot menegurnya,” tegasnya.
Menurut ibu tiga anak ini, guru tidak bisa sendiri dalam melakukan pembinaan dan perubahan penyimpangan di luar sekolah dan butuh trik-trik tertentu.
“Kita harus mencari mitra yang memiliki visi yang sama agar memiliki keberanian dalam menjalankan kegiatan tertentu yang melibatkan masyarakat,” jelasnya.
Guru yang mengajar sejak 1999 itu menegaskan, sebagai guru dan semua orang memiliki kewajiban untuk menghentikan kerusakan yang ada di sekitar kita.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Malaysia, katanya, sudah berhasil melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk menuju kepada kebaikan bersama.
Tiga Fenomena Guru
Dalam kesempatan yang sama, Tias mengatakan ada beberapa fenomena guru yang bertebaran dalam masyarakat.
Pertama, guru sadar. Maksudnya adalah guru yang mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing dan pengajar di sekolah dan di masyarakat.
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung
Kedua, guru bayar. Artinya adalah guru yang melakukan tugas dan kewajibannya hanya mengharapkan bayaran.
“Dia melakukan segala sesuatu berdasarkan uang, ada gaji dia akan bekerja. Dan kerjanya juga spadan dengan apa yang menjadi tugasnya, jika ada tugas tambahan mereka akan mengharap imbalan,” jelasnya.
Ketiga, guru nyasar. Maknanya adalah guru yang mengajar sebagai pelarian, karena tidak memiliki pilihan.
“Biasanya guru seperti ini, terlihat ketika dia mengajar setengah hati, sering terlambat, tidak memahami siswa dan masih banyak lagi,” tambahnya.(L/P004/P006/R05)
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris