New York, MINA – Aktivis hak asasi manusia mengkritik keputusan Israel yang tengah mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk pekerjaan intelijen, karena model AI, termasuk model bahasa besar (LLM), rentan terhadap kesalahan, bias, dan salah tafsir.
Zach Campbell, seorang peneliti senior di Human Rights Watch (HRW), menyatakan kekhawatirannya mengenai keberadaan alat semacam itu yang akan dimanfaatkan untuk mengawasi aktivitas warga Palestina, rentan terhadap kesalahan.
“Ini adalah mesin tebak-tebakan, dan pada akhirnya, tebakan-tebakan ini dapat digunakan untuk memberatkan orang,” kata Campbell mengomentari hasil investigasi The Guardian, +972 Magazine, dan Local Call.
Menurut Al-Mayadeen, ketiga media tersebut mengungkapkan sebuah laporan investigasi terkait unit intelijen militer elit Israel yang telah mengembangkan sistem AI canggih untuk mengawasi aktivitas warga Palestina.
Baca Juga: [POPULER MINA] Israel Sembunyikan Bukti Kejahatan dan Gunakan Makanan Sebagai Senjata di Gaza
Model AI yang kembangkan militer Israel dirancang untuk memproses dan menganalisis bahasa Arab lisan, yang diambil dari sejumlah besar data yang dikumpulkan melalui jaringan pengawasan yang ada.
Petugas intelijen dilaporkan menggunakan sistem tersebut seperti chatbot, mengajukan pertanyaan tentang individu yang diawasi dan menerima wawasan yang dihasilkan AI berdasarkan komunikasi yang disadap.
Chaked Roger Joseph Sayedoff, mantan teknolog intelijen militer Israel, secara terbuka mengakui proyek tersebut selama konferensi AI 2023, dengan menyatakan bahwa proyek tersebut membutuhkan “jumlah data bahasa Arab yang sangat banyak”, seperti yang dilaporkan oleh media yang disebutkan di atas.
Mantan pejabat intelijen itu juga telah mengonfirmasi inisiatif tersebut, dengan menjelaskan bahwa model pembelajaran mesin sebelumnya membuka jalan bagi sistem AI yang lebih canggih ini.
Baca Juga: Beredar Rekaman Video Detik-Detik Israel Bunuh Paramedis di Gaza
Pengawasan bertenaga AI bukanlah hal baru bagi Unit 8200. Badan tersebut sebelumnya telah mengembangkan alat-alat seperti The Gospel dan Lavender, yang memainkan peran penting dalam operasi militer pendudukan Israel di Gaza.
Sistem-sistem itu membantu mengidentifikasi target serangan udara, baik individu maupun bangunan, yang menunjukkan semakin besarnya peran AI dalam pengambilan keputusan militer. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Protes Netanyahu, Ribuan Orang di Tel Aviv Turun ke Jalan