Basra, MINA – Sehari setelah wafatnya seorang aktivis terkemuka Irak, ratusan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Irak selatan pada Rabu (25/12), berbondong-bondong menyerang dan membakar dua markas besar milisi pro-Iran.
Para demonstran menentang para penguasa yang menjalankan negara kaya minyak itu, tetapi dilanda kemiskinan sejak invasi yang dipimpin AS pada 2003 menggulingkan Saddam Hussein. Mereka menuduh para pemimpin memperkaya diri mereka sendiri dan menjadi terikat pada Iran.
Thaer Al-Tayeb, seorang aktivis terkemuka dari kota Diwaniya, pergi ke Lapangan Tahrir di Baghdad, pusat demonstrasi berkepanjangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, ketika demonstrasi sudah berlangsung hampir tiga bulan sejak dimulainya.
Sebuah ledakan mencurigakan melanda mobil Tayeb pada 15 Desember, melukai dia dan sesama aktivis Ali Al-Madani, di kampung halaman Tayeb, 200 kilometer (125 mil) selatan Baghdad.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Setelah kematian Tayeb di rumah sakit diumumkan Selasa (24/12), kerumunan demonstran bergegas menuju dua markas besar milisi pro-Iran dan membakarnya, demikian Nahar Net melaporkan.
Pertama, mereka membakar gedung organisasi bersenjata Badr yang dijalankan oleh kepala paramiliter pro-Iran, Hadi Al-Ameri.
Kemudian mereka membakar markas besar Assaib Ahl Al-Haq, sebuah kelompok pimpinan Qais Al-Khazali, tokoh yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat karena dituduh “penculikan, pembunuhan dan penyiksaan.”
Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan-jalan dengan membakar ban mobil di kota selatan Basra.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Sekitar 460 pengunjuk rasa telah tewas sejak awal demonstrasi pada awal Oktober dan 25.000 lainnya terluka.
Demonstrasi terus berlanjut meskipun ada operasi intimidasi yang mencakup pembunuhan dan penculikan menargetkan aktivis.
PBB menuding milisi melakukan intimidasi dan penculikan tersebut. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan