Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AKTIVIS ISLAM BERIKAN DOA TERBAIKNYA KE JOKOWI

Rudi Hendrik - Ahad, 26 Oktober 2014 - 18:58 WIB

Ahad, 26 Oktober 2014 - 18:58 WIB

983 Views

Salim A. Fillah, penulis buku Islam produktif asal Yogyakarta.
<a href=

Salim A. Fillah, penulis buku Islam produktif asal Yogyakarta. " width="300" height="218" /> Salim A. Fillah, penulis buku Islam produktif asal Yogyakarta.

Jakarta, 2 Muharram 1436/26 Oktober 2014 (MINA) – Aktivis sekaligus penulis buku Islam ternama asal Yogyakarta, Salim A. Fillah, menyatakan doa terbaiknya dia peruntukkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

“Karena beliau (Jokowi) sudah dipilih oleh masyarakat menjadi pemimpin kita, tidak ada yang bisa saya lakukan selain saya akan memohon kepada Allah agar memperbaiki beliau, menjadikan beliau seorang mukmin yang hanif, berakhlak mulia, jujur, adil dan amanah,” ujar Salim kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad , di Jakarta ketika ditanya tentang presiden baru.

Menurut ustadz muda ini, dengan diperbaikinya seorang pemimpin, mudah-mudahan Allah memperbaiki bangsa Indonesia, karenanya dia berdoa kepada Tuhan untuk Jokowi dengan doa terbaiknya.

Mengenai maraknya pemberitaan di media sosial terkait adanya hubungan Jokowi dengan makhluk gaib, Salim menyimpulkan, tugas dakwah para ulama masih besar dan berat.

Baca Juga: Pengumpulan ZIS Capai RP 1,1T, BAZNAS Raih Opini WTP

“Kita harus masih sering menjelaskan kepada masyarakat, terutama kepada pemimpin kita, hal-hal yang terkait dengan bahayanya kesyirikan dan kurafat di tengah masyarakat. Sebab tauhid dan akidah yang lurus menjadi pondasi paling awal dalam hidup kita,” ujar penulis buku “Agar Bidadari Cemburu Padamu” itu.

Menurutnya, perlu upaya-upaya besar untuk menyampaikan kepada masyarakat melalui cara dan media apa pun untuk memahamkan masyarakat mengenai kesyirikan.

“Yang aneh dari masyarakat kita adalah, kita mulai meninggalkan era tradisional kita, tapi yang lestari bukan nilai pendidikan dan akhlak, tapi justeru yang berbau kurafat,” katanya. “Adapun kita menyambut era modern, yang kita sambut bukan ilmu dan teknologi, tapi justeru kebebasan-kebebasannya dan nilai-nilai kemaksiatannya.”

Dia menegaskan, budaya itu harus segera dibalik.

Baca Juga: Festival Indonesia di Melbourne, Warga Australia Nikmati Pesona “Gemilang Sriwijaya”

“Yang harus kita lestarikan adalah nilai pendidikan aqidah dan akhlak.” (L/P001/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Ketua BAZNAS RI: Konsep Green Zakat Sejalan Dengan Al-Qur’an

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
MINA Preneur
Artikel
Tausiyah
Artikel