Tel Aviv, MINA – Dua tahun setelah perang Gaza dimulai, gelombang kecaman terhadap agresi Israel terus meningkat, tidak hanya dari dunia internasional, tetapi juga dari kalangan aktivis di dalam negeri Israel.
Pada Jumat pagi di bulan September, puluhan aktivis Israel mendatangi pagar perbatasan Gaza untuk menuntut diakhirinya pengepungan. Mereka menyerukan sanksi internasional terhadap Israel dan menuding rezim Zionis melakukan genosida serta praktik apartheid.
“Kami tahu pemerintah tidak akan berhenti, maka kami meminta dunia memboikot kami, sesederhana itu,” ujar aktivis Israel, Sapir Sluzker Amran, dikutip Haaretz, Ahad (5/10).
Namun, hanya beberapa kilometer dari lokasi aksi, suasana berlawanan terlihat di kota perbatasan Sderot. Sejumlah warga bahkan menjadikan kehancuran Gaza sebagai tontonan dari menara pandang.
Baca Juga: Pemukim Yahudi Lancarkan Serangan Besar-besaran di Tepi Barat
“Saat melihat bangunan di Gaza masih berdiri, saya marah. Saya ingin Israel melanjutkan sampai semuanya rata,” kata Rafael Hemo, warga Sderot.
Tragedi 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang masih dianggap sebagai luka nasional Israel. Ratusan ribu warga memang turun ke jalan setiap Sabtu untuk menuntut diakhirinya perang, namun fokus utama mereka adalah pembebasan 48 sandera yang tersisa di Gaza, sementara isu kemanusiaan rakyat Palestina jarang menjadi perhatian.
Peneliti media Ayala Panievsky menegaskan, media arus utama Israel turut memperkuat narasi tersebut dengan menutup-nutupi penderitaan rakyat Palestina. Ia menemukan hanya tiga persen liputan perang yang menampilkan kondisi kemanusiaan warga Gaza.
“Yang ditayangkan hanyalah tentara kita. Penderitaan warga Gaza disensor,” ujarnya.
Baca Juga: Khalil Al-Hayya Tiba di Kairo untuk Pimpin Perundingan dengan Israel
Sementara itu, wartawan yang mencoba menyuarakan sisi lain menghadapi tekanan serius. Nir Hasson, jurnalis harian Haaretz, mengaku sering mendapat ancaman pembunuhan karena menulis laporan tentang pelanggaran yang dilakukan tentara Israel di Gaza. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dalam Dua Tahun, Israel Jatuhkan 200.000 Ton Bahan Peledak di Gaza