Rangoon, 28 Dzulqadah 1435/23 September 2014 (MINA) – Para aktivis perempuan di Myanmar melakukan aksi pawai menyerukan agar pemerintah Myanmar mengakui hak-hak etnis dan medesak pembentukan serikat federal.
Para aktivis dari Generasi Perdamaian dan Masyarakat Terbuka 88 dan organisasi hak-hak perempuan lainnya, telah memimpin pawai melalui Rangoon untuk menandai Hari Perdamaian Internasional, Irraweddy yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Selasa.
Para aktivis berkumpul lebih awal di lapangan sepakbola dekat Mya Yeik Nyo Hotel pada Ahad kemarin. Dengan mengenakan kemeja biru langit, warna penjaga perdamaian PBB, dan memakai bandana dan spanduk bertuliskan slogan-slogan seperti “No War” dan “Equal Rights for Women!”
Dalam melakukan aksinya para demonstran meneriakkan slogan-slogan dan melambaikan spanduk serta plakat, pada ratusan orang dari berbagai latar belakang di jalan menuju pusat kota Rangoon di Kandawgyi Lake. Tidak ada penangkapan atau insiden kekerasan yang dilaporkan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Sementara kelompok lain dari aktivis sipil, mengadakan pawai perdamaian di jembatan layang Hledan Rangoon dan satu lagi di Jalan Pagoda Kyeikkasan.
Peringatan Hari Perdamaian yang dipimpin oleh kelompok-kelompok perempuan juga diadakan di kota-kota lain di seluruh negeri. Dalam Bassein (Pathein) minimal 100 orang, sementara sekitar 700 demonstran turun ke jalan di Sittwe, ibukota negara bagian Arakan.
Hari Perdamaian Internasional diperingati pada 21 September sejak 1981, ketika tanggal itu ditandai dengan resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Acara tahunan ini dimaksudkan untuk menghormati penghentian permusuhan dan untuk memperingatinya melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang terkait dengan perdamaian. (T/P004/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)