Florence, MINA – Peringatan 81 tahun pembebasan Kota Florence dari cengkeraman Nazifasis pada awal pekan ini tidak hanya menjadi momen mengenang sejarah Italia, tetapi juga ajang solidaritas untuk Palestina. Sejumlah aktivis yang tergabung dalam kelompok “Florence for Palestine” memanfaatkan momentum perayaan itu untuk menyerukan kebebasan Palestina, mengaitkannya dengan nilai-nilai perlawanan yang menjadi dasar lahirnya republik modern Italia.
Dalam keterangan tertulis diterima MINA, Ahad (17/8), prosesi resmi dimulai dari Piazza dell’Unità hingga Piazza della Signoria, dengan partisipasi warga, veteran perang, dan pejabat pemerintahan lokal. Bendera Italia dan spanduk perlawanan antifasis berkibar di jalanan, sementara aparat keamanan memperketat penjagaan guna memastikan jalannya acara.
Namun, di tengah suasana khidmat itu, puluhan aktivis pro-Palestina muncul membawa bendera dan poster, menyuarakan dukungan terhadap perjuangan rakyat Gaza dan Tepi Barat.
Aksi mereka mencapai puncaknya ketika sebuah spanduk besar bertuliskan “Free Palestine from the river to the sea (Bebaskan Palestina dari sungai hingga ke laut)” dibentangkan dari jendela Palazzo Vecchio, balai kota Florence. Aksi spontan itu mengejutkan warga dan wisatawan yang memadati alun-alun bersejarah tersebut.
Baca Juga: Puncak Sumud Nusantara Tembus Blokade Gaza Digelar di Malaysia 24 Agustus
Kritik pada Wali Kota Florence
Momen simbolik itu terjadi saat Wali Kota Sara Funaro menyampaikan pidatonya pada Senin (11/8). Funaro sendiri telah berulang kali dikritik oleh aktivis lokal karena dianggap enggan memberikan kecaman tegas terhadap serangan Israel dalam dua tahun terakhir.
“Tidak bisa ada pembebasan yang dirayakan di sini tanpa mengingat bahwa ada bangsa lain yang masih terjajah,” kata Angela Mori, seorang aktivis Florence for Palestine yang juga salah seorang warga yang ikut hadir di lapangan dalam pernyataan tertulis yang disebarkan usai aksi.
Menurut mereka, peringatan 11 Agustus, hari resmi pembebasan Florence tahun 1944, seharusnya menjadi ruang untuk menegaskan kembali prinsip keadilan universal, bukan sekadar upacara seremonial.
Baca Juga: Uruguay Tangguhkan Kerja Sama dengan Universitas Ibrani Israel
Florence memiliki sejarah panjang sebagai simbol perlawanan rakyat Italia melawan penjajahan dan fasisme. Pada 11 Agustus 1944, pasukan perlawanan lokal yang dikenal sebagai partigiani bersama sekutu berhasil mengusir tentara Nazi-Jerman dari kota itu. Sejak saat itu, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Pembebasan Florence.
Aktivis Florence for Palestine menyatakan bahwa perlawanan antifasis yang membebaskan Italia tidak boleh dipisahkan dari perjuangan global melawan kolonialisme dan penindasan masa kini. “Perlawanan terus berlanjut hingga Palestina merdeka,” tulis mereka dalam selebaran.
Pesan itu disambut oleh sebagian peserta peringatan yang menilai ada kesamaan moral antara perjuangan antifasis di Italia dengan aspirasi rakyat Palestina untuk merdeka.
Polarisasi Politik di Italia
Baca Juga: China Keluarkan Peringatan Badai Hujan di Sejumlah Provinsi
Aksi solidaritas tersebut juga mencerminkan polarisasi yang semakin tajam di Italia terkait isu Palestina. Pemerintahan sayap kanan di Roma cenderung mengambil posisi dekat dengan Israel, sementara banyak komunitas lokal, organisasi sipil, dan kelompok pemuda memilih menyuarakan dukungan bagi Palestina.
Florence, yang dikenal sebagai kota budaya dan pusat intelektual, telah beberapa kali menjadi lokasi demonstrasi menentang agresi Israel, terutama sejak eskalasi militer di Gaza pada Oktober 2023.
Menurut pengamat politik Universitas Florence, Dr. Andrea Russo, aksi pada peringatan tahun ini memperlihatkan bagaimana memori kolektif sejarah antifasis digunakan untuk menyoroti isu kemanusiaan kontemporer.
“Bagi sebagian warga, mengenang pembebasan tidak cukup dengan ritual. Mereka ingin menghidupkan kembali semangat antifasis dalam konteks modern, yaitu solidaritas untuk Palestina,” ujarnya.
Baca Juga: PM Denmark: Netanyahu Biang Masalah Gaza
Meski aparat keamanan berusaha menjaga jarak antara aktivis dan perwakilan pemerintah, suasana tetap kondusif. Warga dan turis yang hadir merekam momen pembentangan spanduk Palestina, dan beberapa bahkan memberikan tepuk tangan spontan.
“Florence selalu menjadi kota simbol kebebasan. Hari ini, kami menyaksikan bagaimana sejarah digunakan untuk menyerukan kebebasan bagi Palestina,” kata Angela Mori.
Dengan pesan “Free Palestine from the river to the sea” terpampang di jantung kota bersejarah, aksi itu menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan dan perlawanan terhadap penindasan tetap menjadi isu global. Dari Florence yang pernah meraih kebebasan 81 tahun lalu, suara solidaritas kini diarahkan ke Gaza dan seluruh Palestina.[]
Baca Juga: AS Hentikan Visa Kunjungan bagi Warga Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)