Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aktivis Rohingya di PBB: Genosida Belum Berakhir, Kami Masih Dijadikan Target Pembantaian

Rudi Hendrik Editor : Widi Kusnadi - 39 detik yang lalu

39 detik yang lalu

0 Views

Wafiq Hassan, pendiri Jaringan Perdamaian Pemuda Arakan berbicara di KTT PBB, New York pada Selasa, 30 September 2025 tentang genosida Rohingya di Myanmar tahun 2017. (Foto UN)

New York, MINA – Konferensi Tingkat Tinggi PBB tentang Krisis Rohingya pada Selasa (30/9) mendengarkan kesaksian yang kuat dari para aktivis Rohingya, yang merinci pelanggaran sistematis dan penderitaan manusia yang masih berlangsung di Negara Bagian Arakan di Myanmar barat.

Dilansir dari Arakan News Agency (ANA), para pembicara menekankan bahwa genosida terhadap Rohingya pada 2017 belum berakhir dan mereka terus dijadikan perisai manusia di tengah meningkatnya kekerasan.

Wafiq Hassan, pendiri Jaringan Perdamaian Pemuda Arakan, mengatakan bahwa ia secara pribadi menghadapi diskriminasi sistematis di Myanmar, termasuk penolakan pendidikan tinggi karena ia adalah seorang Rohingya.

Ia mencatat bahwa sejak kudeta 2021, 3,6 juta orang telah mengungsi, 1,5 juta orang telah menjadi pengungsi, dan 22 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Perusahaan Telekomunikasi Afghanistan Akui Pemutusan Internet Perintah Pemimpin Tertinggi Negara

Ia menekankan bahwa Rohingya adalah korban genosida sistematis yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Ia menunjukkan bahwa pertempuran terbaru sejak 2023 antara myanmar/">militer Myanmar dan milisi Buddha Arakan telah memperburuk penderitaan mereka, karena bantuan terputus untuk sekitar 200.000 warga Rohingya yang terjebak di kamp-kamp di Sittwe, yang rumah dan tanahnya disita, membuat mereka sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Hassan mengatakan ia menyaksikan perekrutan paksa pemuda dan anak-anak Rohingya, yang digunakan sebagai tameng manusia dalam pertempuran di Buthidaung dan Rathedaung, di mana setidaknya 400 orang tewas dalam satu pekan.

Ia menambahkan bahwa pengeboman udara oleh Dewan Militer, termasuk penggunaan bom seberat 500 pon, menewaskan 20 mahasiswa di Kyauktaw, sementara milisi melakukan pelanggaran termasuk penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, dan perekrutan paksa.

Ia pun mengenang pembantaian Buthidaung, yang merenggut nyawa 600 warga Rohingya, diikuti oleh pembakaran luas wilayah Rohingya dan pengungsian massal sekitar 200.000 orang dalam satu hari. []

Baca Juga: Turkiye Kirimkan Makanan dan Pasokan Medis ke Armada Global Sumud Flotilla

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda