Aktivis Swedia Jalan 4.800 KM ke Palestina Protes Pendudukan Israel

Benjamin Ladra (Foto: Facebook)

Stockholm-Swedia, MINA – Seorang rela melakukan perjalanan dengan jarak 4.800 kilometer dari Gothenburg Swedia menuju Al-Quds untuk menunjukkan dukungannya terhadap Palestina.

Pria berusia 24 tahun bernama Benjamin Ladra itu memulai perjalanannya pada 8 Agustus lalu untuk membangkitkan kesadaran dunia akan penderitaan Palestina yang tak kunjung usai.

Selain itu perjalanan tersebut dilakukan untuk memperingati seratus tahun Deklarasi Balfour pada 1917 yang menjanjikan sebuah tanah air untuk Yahudi di Palestina yang dikuasai Inggris saat itu.

Dalam perjalanan itu, sebagaimana dilaporkan oleh Daily Sabah dan dikutip Mi’raj News Agency (MINA), Ahad (20/8), dia membawa bendera Palestina di punggungnya, memakai kopiah, simbol kemerdekaan Palestina di bahunya, sembari menyebarkan informasi kepada negara yang akan dilaluinya tentang yang sudah lama berlangsung.

Perjalanan yang didanai dari uang pribadinya tersebut mengambil rute dimulai di Swedia dan kemudian menuju ke Austria, Jerman, Turki dan Siprus, lalu ke tujuan akhirnya. Dia sengaja mengambil cuti setahun untuk perjalanannya agar sampai tujuan tanpa hambatan.

Ladra sebelumnya pernah melakukan mogok makan di kota Yutbury pada Mei lalu dalam solidaritas dengan tahanan Palestina yang melakukan mogok makan di penjara Israel saat itu, demikian Alray Palestinian Media Agency.

Perjanjian Menyisakan Duka

Sejarah Israel bisa ditarik ke hampir satu abad lalu. Sebuah surat yang dikirim Sekretaris Kementerian Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour kepada Baron Rothschild, seorang pemimpin Yahudi Inggris, menyatakan dukungan Inggris untuk “berdirinya sebuah rumah nasional untuk orang-orang Yahudi di Palestina.”

Rakyat Palestina sejak melihat deklarasi tersebut yang membuka jalan bagi penciptaan negara sepihak Israel dengan mengorbankan warga Palestina sebagao penduduk asli tanah tersebut.

Deklarasi tersebut dibuat sebelum Inggris merebut kendali Palestina dari Kekhalifahan Turki Utsmani, dan tidak dipublikasikan sampai beberapa tahun setelah Perang Dunia I, pada tahun 1920.

Pada saat itu, Inggris telah secara formal memberikan mandat atas Palestina oleh Liga Bangsa-Bangsa (PBB), dan berjuang dengan kewajiban kontradiktifnya untuk “memberi penghargaan” kepada orang Arab atas dukungan mereka selama perang, sementara juga memenuhi janji mereka untuk menciptakan sebuah negara Yahudi.

Setelah Perang Dunia II, pasukan Inggris mengundurkan diri dari Palestina, meninggalkannya di tangan PBB yang baru dibuat, memilih partisi, terbukti perlahan-lahan muncul dari skala luas Holocaust di Eropa.

Keputusan tersebut menyebabkan perang 1935 antara negara-negara Arab, termasuk orang-orang Palestina, dan imigran Yahudi, yang akhirnya menghasilkan negara sepihak Israel dan pengusiran lebih dari 700.000 orang warga Palestina dari rumah mereka di dalam perbatasannya, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Nakbah. (TP3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.