PASUKAN pendudukan Zionis menutup gerbang Masjid Al-Aqsa untuk hari ketiga berturut-turut, sejak Jumat (13/6/2025) dini hari, bertepatan dengan agresi Israel tehadap Iran.
Pasukan Zionis juga mencegah jamaah umat Islam Yerusalem dan sekitarnya memasuki Masjid Al-Aqsa, dengan alasan situasi keamanan yang menegangkan di kawasan sekitar Palestina.
Pendudukan juga menutup sepenuhnya gerbang Masjid Ibrahimi di Hebron, dan mencegah warga Palestina melakukan shalat di sana.
Tentu tidak kebetulan begitu saja, saat pendudukan menutup gerbang Al-Aqsa, bertepatan dengan serangan Israel ke Teheran. Sebab, peristiwa penting di kawasan tersebut, dampak dan akibatnya meluas hingga ke perjuangan Palestina pada umumnya, dan Al-Aqsa pada khususnya.
Baca Juga: Alasan di Balik Serangan Israel ke Iran
Semua indikator menunjukkan bahwa Al-Aqsa di tengah agresi Israel terhadap Iran, tidak bisa lepas dari rencana jahat Zionis yang hendak menguasai lebih dalam lagi Jalur Gaza, Tai Barat, dan tentu saa kawasan Al-Aqsa di Kota Al-Quds (Yerusalem).
Serangan Israel ke Iran juga bertepatan dengan hampir 20 bulan genosida terbuka Israel terhadap warga Gaza dan rencana pengusiran besar-besaran warga Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyanhu tentu saja ingin memperkokoh kekuatan Israel dan menjadikannya pemain utama dalam membangun Timur Tengah baru menurut visi dan standar Israel.
Dr. Ibrahim Rabaya, seorang peneliti dalam transformasi politik, menyampaikan pendapatnya bahwa serangan yang agak mengejutkan itu terkoordinasi antara Israel dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Semesta Bergerak untuk Gaza
Walaupun Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa Israel bertindak secara sepihak dan bahwa Washington “tidak terlibat” dalam serangan Israel ke Iran. Akan tetapi fakta mengungkapkan, AS ternyata diam-diam telah mengirimkan ratusan rudal Hellfire ke Israel sebelum serangan itu.
AS mengirim sekitar 300 rudal Hellfire ke Israel pada Selasa (10/6/2025) dalam persediaan besar-besaran sebelum serangannya.
Pola yang sama tercermin dalam pandangan AS tentang situasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Serangan Israel ke Iran, dan ke Gaza, Tepi Barat maupun ke wilayah Lebanon dan Suriah, mencerminkan kedalaman hubungan antara Netanyahu dan Trump dan menunjukkan bahwa Amerika menganggap Israel sebagai sekutu organik. Kebijakan Israel adalah kebijakan Amerika, dan semua tindakan Israel terhubung dengan konsep dasar keamanan nasional Amerika.
Baca Juga: Berikut Daftar 12 Aktivis Kemanusiaan di Atas Kapal Madleen
Terlebih, AS sejak masa jabatan pertama Trump, telah berupaya mendefinisikan ulang Timur Tengah dalam hal keamanan nasional dan kebijakan luar negerinya.
Karenanya, serangan Israel ke Iran merupakan uji coba bagi kemampuan Israel untuk melaksanakan misi AS guna melengkapi perannya dalam proses pengendalian keamanan regional. Dan Israel bebas melakukannya tanpa takut kecaman dunia. Sebab kalaupun sampai ke meja PBB, maka Israel akan berlindung di balik veto AS.
Jika tidak ada respon berarti dari negeri-negeri Muslim lainnya, dalam mendukung Iran, maka bisa saja Israel akan meningkatkan operasinya di Jalur Gaza dan Tepi Barat setelah perang melawan Iran. Israel akan memanfaatkan kesibukan regional dan internasional terhadap Iran. Sementara Israel dan Amerika dapat menerapkan rencana yang lebih cepat, agresif, dan berdampak di lapangan untuk mengendalikan kembali situasi di Palestina.
Dan, bisa diprediksi rencana pengusiran penduduk secara luas di Jalur Gaza atau operasi yang lebih luas dan berdarah di Tepi Barat, dan perluasan permukiman Yahudi di Yerusalem, dekat Masjid Al-Aqsa, akan semakin masif.
Baca Juga: Teladan Adalah Dakwah Terbesar, Tanpa Itu Dakwahmu Hampa
Sehingga rencana tentang konferensi internasional di New York, yang sedang dikerjakan oleh Prancis dan Arab Saudi dan yang terkait dengan dukungan solusi dua negara, akan menjadi sia-sia.
Dari perspektif lain, pakar urusan Israel Shadi Al-Shorafa mengatakan bahwa bagaimana Israel memandang agresinya terhadap Iran, itu sekaligus terkait dengan masalah Hamas.
Al-Shorafa mengatakan, melemahkan Iran akan melemahkan pihak Palestina, dan hal ini akan mempercepat penyelesaian kesepakatan pertukaran senjata. Oleh karena itu, serangan terhadap Iran juga dianggap pukulan sangat keras bagi gerakan perlawanan Hamas.
Karena itu, bagi dunia Islam, bagaimanapun dan apapun, Al-Aqsa di Tengah agresi Israel terhadap Iran, jangan menggeser titik fokus kondisi Masjid Al-Aqsa sebagai garis merah dalam perjuangan, jangan sampai terpinggirkan apalagi terabaikan oleh berbagai aksi dan atraksi Zionis Israel.
Baca Juga: Kapal Kemanusiaan Madleen Aksi Menembus Blokade Gaza
Tanda-tandanya sudah ada, penutupan gerbang Al-Aqsa, pelarangan jamaah Muslim memasukinya dan pencegatan di berbagai titik di Kota Tua Al-Quds (Yerusalem) menuju Al-Aqsa.
Karena Al-Aqsa Haqquna, Al-Aqsa adalah hak milik kita semua, umat Islam seluruhnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiada Perayaan Idul Adha di Gaza, Ketika Pengorbanan Terputus dari Keadilan