MASJIDIL AQSA bukanlah sekadar salah satu tempat dan letak geografis di muka bumi ini. Jauh lebih penting lagi, Masjidil Aqsa adalah episentrum sejarah, spiritualitas, dan peradaban Islam. Al-Aqsa adalah episentrum peradaban umat Islam
Di atas tanah suci Al-Aqsa, jejak kaki para nabi terpahat dalam debu dan bebatuan. Dari Nabi Adam Alaihis Salam yang meletakkan awal fondasinya. Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang meninggikan bangunannya. Nabi Ishaq Alaihis Salam dan Nabi Ya’qub yang menjaga keberlangsungannya.
Juga Nabi Dawud Alaihis Salam dan Nabi Sulaiman Alaihis Salam yang menyempurnakan bangunannya. Hingga Nabi Zakaria Alaihis Salam, Nabi Yahya Alaihis Salam dan Nabi Isa Alaihis Salam yang memakmurkan ibadah di dalamnya.
Allah merangkumnya di dalam ayat-Nya:
Baca Juga: 3 Warisan Nabi Adam untuk Menghidupkan Iman dan Perjuangan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra [17]: 1).
Di sinilah di Masjidil Aqsa sebagai episentrum peradaban umat Islam berdiri, yang merupakan masjid suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Di sinilah kiblat pertama umat Islam sebelum berpindah ke Ka’bah,Masjidil Haram. Dan di sinilah pula peristiwa agung Isra’ Mi’raj terjadi, saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diangkat ke langit dari Kubah Ash-Shakhrah.
Di sinilah pusat keberkahan alam, seperti Allah sebutkan di dalam ayat-Nya:
Baca Juga: Sam’i wa Thaat: Kultur Mulia dalam Kehidupan Al-Jama’ah
وَنَجَّيْنٰهُ وَلُوْطًا اِلَى الْاَرْضِ الَّتِيْ بٰرَكْناَ فِيْهَا لِلْعٰلَمِيْنَ
“Kami menyelamatkannya (Ibrahim) dan Luth ke tanah (Syam) yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 107).
Sejarah membuktikan, kejayaan umat Islam pernah berpijar dari sana. Ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab membebaskan wilayah Baitul Maqdis dengan penuh keadilan, peradaban Islam tumbuh subur, damai bagi Muslim, Nasrani dan Yahudi sekalipun.
Juga ketika Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi mengembalikannya dari tangan tentara salib, dunia melihat kembali bahwa kekuatan Islam tak hanya di medan perang, tapi juga dalam nilai kasih sayang, keadilan, dan kesejahteraan.
Baca Juga: Menemukan Makna Hidup di Usia Senja
Kini, saat kawasan Al-Aqsa sedang dalam keadaan terjajah oleh Zionis Yahudi, dan tangisan Palestina pun tak kunjung reda, kita diingatkan bahwa perjuangan membebaskan Al-Aqsa bukan sekadar isu politik, tapi amanah peradaban. Kita bukan hanya membela tanah, tapi mempertahankan pusaka langit.
Mari kita jadikan diri kita bagian dari perjuangan pembebasan Al-Aqsa, dengan doa, karya, suara, tulisan, media massa, media sosial, ilmu, donasi, relawan dan solidaritas. Karena ketika Al-Aqsa kembali dalam pelukan umat Islam, insya Allah, peradaban Islam akan bangkit dan dunia kembali bersinar dengan cahaya petunjuk.
Al-Aqsa bukan hanya milik Palestina. Ia milik setiap hati yang rindu pada keadilan, kedamaian, dan ridha Ilahi. Karena itu, Al-Aqsa adalah episentrum peradaban umat Islam
Tak berlebihan kalau ada rumusan, “Siapa yang menguasai wilayah Al-Aqsa, Palestina ia menguasai jantung dunia Islam.” Sehingga mereka bisa menciptakan, “Damai di Palestina, damai di dunia.” []
Baca Juga: Khutbah Gerhana Bulan: Memperkuat Kesatuan Umat dan Bangsa, serta Doakan Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)