MASJID Al-Aqsa merupakan salah satu situs paling sakral dalam Islam. Terletak di Kota Tua Yerusalem, masjid ini menjadi bagian dari kompleks yang dikenal sebagai Al-Haram Asy-Syarif atau Temple Mount. Dalam sejarah Islam, Al-Aqsa merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi setelah Masjidil Haram di Mekkah, menjadikannya sebagai masjid tertua kedua dalam sejarah Islam.
Pentingnya Masjid Al-Aqsa dapat ditelusuri dari hadis sahih yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Masjid yang pertama kali dibangun di bumi adalah Masjidil Haram, kemudian Masjid Al-Aqsa.” Ketika ditanya berapa jarak waktu antara keduanya, Rasul menjawab, “Empat puluh tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menjadi dalil utama bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun dalam masa awal sejarah umat manusia.
Masjid Al-Aqsa juga merupakan kiblat pertama bagi kaum Muslimin sebelum Allah memerintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memindahkan kiblat ke Ka’bah di Mekkah. Selama sekitar 16 bulan setelah hijrah ke Madinah, umat Islam shalat menghadap ke arah Masjid Al-Aqsa. Ini menunjukkan betapa pentingnya masjid ini dalam sejarah awal Islam.
Secara historis, wilayah Masjid Al-Aqsa telah menjadi tempat ibadah sejak masa para nabi terdahulu. Diketahui bahwa Nabi Daud AS memulai pembangunan tempat suci di wilayah ini dan dilanjutkan oleh putranya, Nabi Sulaiman AS. Dalam keyakinan Islam, para nabi seperti Ibrahim, Yaqub, Musa, dan Isa juga memiliki kaitan erat dengan tempat ini.
Baca Juga: Arah Kehidupan Pernikahan, Menemukan Tujuan Bersama
Selain sejarahnya yang panjang, Masjid Al-Aqsa memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa sebelum naik ke langit bertemu Allah Ta’ala. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 1, “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsa…”
Luas kompleks Masjid Al-Aqsa mencapai sekitar 144.000 meter persegi. Di dalam kompleks ini terdapat berbagai bangunan penting, termasuk Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) yang seringkali disalahpahami sebagai Masjid Al-Aqsa karena bentuknya yang mencolok dengan kubah emas. Sementara itu, bangunan utama Masjid Al-Aqsa berada di sisi selatan dari kompleks tersebut.
Al-Aqsa tidak hanya penting bagi umat Islam, tetapi juga menjadi titik konflik panjang karena lokasinya yang berada di jantung pertarungan geopolitik antara Palestina dan Israel. Sejak pendudukan Yerusalem Timur oleh Israel pada tahun 1967, Masjid Al-Aqsa terus menjadi pusat ketegangan dan perlawanan rakyat Palestina terhadap penjajahan.
Meskipun berada di bawah ancaman dan pembatasan, umat Islam tetap menjaga dan memakmurkan Masjid Al-Aqsa. Setiap hari, terutama di bulan Ramadhan, ribuan umat Islam Palestina dan dari berbagai penjuru dunia mendatangi masjid ini untuk beribadah dan menunjukkan solidaritas mereka terhadap situs suci ketiga dalam Islam ini.
Baca Juga: Yahudi, Seburuk-buruk Teman
Masjid Al-Aqsa juga disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai salah satu dari tiga masjid yang sangat dianjurkan untuk diziarahi. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak diperbolehkan melakukan perjalanan (dengan niat ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid Al-Aqsa.”
Dalam sejarah peradaban Islam, Masjid Al-Aqsa telah menjadi pusat pendidikan, keilmuan, dan dakwah Islam. Banyak ulama dan cendekiawan besar yang pernah mengajar atau belajar di tempat ini. Keberadaan Al-Aqsa menjadi bukti kontribusi Islam terhadap ilmu pengetahuan dan budaya di masa lalu.
Situs ini juga menjadi saksi sejarah penaklukan dan pembebasan. Salah satu momen paling monumental adalah saat Panglima Salahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut kembali Al-Aqsa dari tangan pasukan Salib pada tahun 1187 M, sebuah peristiwa yang selalu dikenang sebagai simbol kejayaan umat Islam dalam mempertahankan tempat sucinya.
Dari sisi arsitektur, Masjid Al-Aqsa mengalami berbagai renovasi dan pemugaran sejak era Khilafah Umayyah hingga Ottoman. Setiap renovasi mencerminkan gaya dan keindahan seni Islam dari berbagai periode sejarah. Meski begitu, esensi spiritual dan nilai sejarah masjid ini tetap terjaga hingga kini.
Baca Juga: Tangan-Tangan Kecil untuk Palestina, Ketika Murid SD di Brebes Menolak Diam Melihat Derita Gaza
Dengan segala fakta sejarah dan spiritualitasnya, Masjid Al-Aqsa bukan hanya bangunan tua, tapi simbol penting identitas dan perjuangan umat Islam. Ia bukan hanya milik rakyat Palestina, tetapi menjadi amanah bagi seluruh umat Islam di dunia untuk dilindungi, dijaga, dan diperjuangkan keberadaannya.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap pentingnya Masjid Al-Aqsa tidak hanya berdasarkan narasi politik, tetapi lebih jauh sebagai bagian dari warisan keimanan yang menghubungkan para nabi, umat terdahulu, dan kita saat ini. Menjaga Al-Aqsa adalah menjaga sejarah Islam, aqidah, dan ikatan ukhuwah yang telah dibangun sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagai masjid tertua kedua dalam sejarah Islam, Masjid Al-Aqsa menjadi saksi abadi perjalanan umat manusia menuju tauhid. Dari sinilah jejak para nabi, langkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan harapan umat Islam bersatu dalam satu arah sujud: kepada Allah yang Maha Esa.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Yahudi Memusuhi Semua Umat Manusia