MASJID Al-Aqsa bukan sekadar tempat ibadah, melainkan simbol keberadaan umat Islam dan lambang keteguhan rakyat Palestina. Sebagai kiblat pertama dan tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan Isra’ Mi’raj, Al-Aqsa memiliki kedudukan spiritual yang sangat tinggi dalam hati kaum Muslimin. Namun, hari ini, tempat suci itu menghadapi penodaan demi penodaan yang melukai nurani dunia Islam.
Dalam beberapa tahun terakhir, penyerbuan oleh pemukim Israel ke kompleks Al-Aqsa meningkat tajam. Tahun 2023 mencatat rekor mengerikan: lebih dari 55.000 pemukim Yahudi, dikawal pasukan bersenjata, menyerbu area suci tersebut. Di tahun 2024, angka ini kembali mendekati jumlah yang sama. Ritual keagamaan Yahudi yang dilakukan secara terang-terangan di dalam kompleks semakin menodai kesucian tempat tersebut, padahal aturan status quo telah tegas melarang hal itu.
Keadaan semakin memanas ketika tokoh ekstremis, Itamar Ben-Gvir, yang kini menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional Israel, beberapa kali memasuki kompleks masjid. Kunjungannya bukan sekadar kunjungan simbolik, tetapi menjadi pesan provokatif bahwa “Yerusalem adalah milik Israel sepenuhnya.” Sikap ini memantik kemarahan, tidak hanya di Palestina, tapi juga di seluruh penjuru dunia Islam.
Lebih menyakitkan lagi, kekerasan kerap terjadi pada momen-momen sakral seperti bulan Ramadan. Ribuan jamaah Muslim yang hendak beribadah justru dihadang pasukan Israel, diusir, bahkan diserang dengan gas air mata dan peluru karet. Setiap tahun, luka itu terbuka lagi dan lagi, seolah tidak ada kemanusiaan yang tersisa di hadapan kekuasaan militer.
Baca Juga: Menangkap Pesan Kuat Hamas di Balik Pembebasan Sandera AS
Sayangnya, meskipun gelombang kecaman mengalir dari berbagai negara Islam, sebagian besar hanya berupa pernyataan diplomatik. Nyaris tak ada tekanan ekonomi, politik, atau hukum yang sungguh-sungguh dijalankan untuk menghentikan pelanggaran terhadap tempat suci ini. Dunia Islam seperti kehilangan kekuatan kolektifnya dalam menjaga marwah Al-Aqsa.
Sementara itu, framing media global sering kali bias. Konflik yang jelas antara pelaku dan korban sering disamarkan dalam istilah “bentrokan” atau “kerusuhan,” seolah dua pihak berada dalam posisi setara. Padahal yang terjadi adalah penyerangan terhadap warga sipil dan rumah ibadah mereka. Ketidakadilan ini harus dilawan dengan edukasi dan narasi yang benar.
Namun di balik segala duka, ada harapan yang terus tumbuh. Gelombang solidaritas dari masyarakat sipil dunia, baik Muslim maupun non-Muslim, semakin menggema. Aksi-aksi damai, kampanye digital, hingga gerakan boikot menjadi wujud nyata perlawanan dari generasi muda yang sadar akan pentingnya keadilan dan hak asasi manusia.
Para ulama dan cendekiawan Muslim pun memiliki peran penting dalam membangkitkan kesadaran umat. Mimbar masjid, majelis taklim, serta media sosial dapat menjadi saluran dakwah yang mengingatkan kita bahwa Al-Aqsa adalah amanah yang tidak boleh dilupakan. Begitu pula, para pendidik dan penulis dapat membentuk narasi kuat untuk menyemai kecintaan pada Al-Aqsa dalam hati anak-anak kita sejak dini.
Baca Juga: Air Haji: Benarkah Air Zamzam yang Dibawa Pulang dari Tanah Suci? Ini Penjelasan Lengkapnya
Pemerintah-pemerintah Muslim pun harus mengambil peran lebih aktif dan tegas. Mereka dapat membentuk blok diplomatik yang bersatu, mengajukan protes resmi ke forum internasional, serta menyuarakan hak-hak rakyat Palestina secara lebih lantang dan konsisten.
Kita pun sebagai umat Islam memiliki kekuatan doa dan solidaritas. Doa bukanlah senjata lemah; ia adalah bentuk ikatan spiritual yang menguatkan perjuangan. Dari setiap sudut dunia, mari kita sisipkan doa-doa untuk kemuliaan Al-Aqsa, agar ia tetap tegak sebagai simbol kemuliaan Islam.
Yakinlah, sejarah menunjukkan bahwa kezaliman tidak pernah kekal. Janji Allah pasti datang. Al-Aqsa akan kembali dalam kejayaan. Tugas kita sebagai umat adalah terus istiqamah, bersatu, dan berjuang—baik dengan pena, lisan, harta, maupun doa—agar luka di Tanah Suci itu dapat pulih, dan cahaya Islam kembali memancar dari sana.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Haji Maqbul dan Mabrur