London, MINA – Pusat Pengembalian Palestina (Al-Awda Center), sebuah organisasi masyarakat sipil di Inggris mengadakan simposium virtual tentang dampak berkelanjutan Naksa Day Juni 1967.
Seperti dilaporkan Quds Press, Senin (6/6), Tawfiq Haddad, penulis buku “Palestine: Neoliberalism and Nationalism in the Occupied Territories,” menekankan pentingnya menghidupkan kembali diskusi tentang apa yang terjadi pada tahun 1967.
Haddad mengingatkan episode sejarah Palestina ini adalah “agresi yang direncanakan sebelumnya.”
Menurutnya, perincian penting yang sering dilupakan adalah fakta bahwa perang 1967 dikoordinasikan dengan kekuatan Barat, terutama Amerika Serikat.
Baca Juga: Sektor Pariwisata Israel Hancur, 90 Hotel Tutup Sejak Perang
Dia menyebutkan, hampir 500 ribu pengungsi Palestina tumbuh setelah perang 1967, setelah kekuatan Zionis mempraktikkan pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
Pendiri Inside Our Lives, Neridin Kiswani, sebuah organisasi masyarakat di New York, mengatakan, pendudukan Israel telah menyebabkan para pengungsi di negara-negara tetangga seperti Yordania, Suriah dan Lebanon.
Dia menunjukkan bahwa banyak dari mereka menjadi pengungsi untuk kedua kalinya dalam 20 tahun, setelah mereka mengungsi dalam tragedi Nakba Day tahun 1948.
Pada kesempatan sama, Kepala Kampanye Solidaritas dengan Rakyat Palestina di Inggris, Kamel Hawash, mengkritik sikap diam komunitas internasional terhadap kejahatan dan serangan pendudukan Israel di depa mata dunia, seperti serangan Israel terhadap Sheikh Jarrah dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya
Mi’raj News Agency (MINA)