Dublin, 2 Syawwal 1438/26 Juni 2017 (MINA) – Kapal Angkatan Laut Irlandia menyelamatkan 712 orang migran di lepas pantai ibu kota Libya, Tripoli, termasuk wanita hamil dan bayi.
Pasukan Pertahanan Irlandia mengatakan bahwa operasi kapal angkatan laut itu adalah bagian dari upaya penyelamatan migran internasional.
Kapal Le Eithne memimpin penyelamatan beberapa kapal yang dalam kesulitan, 40km barat laut dari Tripoli sepanjang hari Ahad (25/6), kata Komandan Brian Fitzgerald kepada media nasional Irlandia, RTE. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Enam migran, termasuk satu bayi, berhasil dibangunkan kembali dari kondisi tidak sadarkan diri.
Kapal kemudian membawa para migran ke pelabuhan yang telah ditunjuk untuk diserahkan ke pihak berwenang di Italia.
“Saya sangat bangga untuk mengatakan bahwa semua nyawa telah diselamatkan, tidak ada nyawa yang hilang,” kata Fitzgerald.
Awal bulan ini, setidaknya 126 pencari suaka yang menuju Eropa, tenggelam di Laut Mediterania.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Geng di Libya telah membangun perdagangan yang menguntungkan dengan menjual kapal-kapal reyot kepada migran menuju Italia. Tahun ini, lebih dari 65.000 migran telah tiba.
Negara-negara Uni Eropa melakukan tindakan keras terhadap kegiatan penyelundupan manusia di Libya
Menurut Organisasi Internasional Migrasi (IOM), pada 14 Juni, sebanyak 1.828 orang diyakini telah meninggal dunia di laut karena mencoba mencapai Eropa.
IOM baru-baru ini mengatakan bahwa ratusan pengungsi Afrika dan pendatang yang melewati Libya telah dibeli dan dijual di pasar budak modern, sebelum ditahan untuk meminta uang tebusan atau digunakan sebagai kerja paksa dan eksploitasi seksual.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Kepala IOM untuk Libya Othman Belbeisi baru-baru ini mengatakan di Jenewa, orang-orang dibeli dengan harga antara AS$ 200 hingga AS$ 500 dan rata-rata bertahan selama dua sampai tiga bulan.
“Menjual manusia menjadi tren di kalangan penyelundup, karena jaringan penyelundupan di Libya semakin kuat dan kuat,” katanya. (T/RI/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka