Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AL-IRSYAD SOSIALISASIKAN PSR, TINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PRIBADI

Admin - Senin, 7 Desember 2015 - 13:08 WIB

Senin, 7 Desember 2015 - 13:08 WIB

316 Views ㅤ

Foto: Farhanah/MINA

 

Foto: Farhanah/MINA

Foto: Farhanah/MINA

Oleh: Farhana, mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

Khoirunnas anfauhum linnas (Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermamfaat bagi manusia), itulah pesan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Inilah konsep yang digunakan dalam menyosialisasikan Personal Social Responsibility (PSR) atau tanggung jawab sosial seseorang.

PSR merupakan tanggung jawab seseorang atau pribadi terhadap lingkungan terdekat yang dapat dijangkau dengan mudah, sederhana, dan segera. Pada dasarnya PSR adalah kegiatan alami yang sudah melekat pada diri seseorang atau tiap individu.

Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta

“Tujuannya untuk menyatukan hati, menyatukan langkah supaya kita sama-sama punya kemauan yang kuat untuk melakukan PSR. Seharusnya, setiap orang punya cara berpikir, berperasaan, bertindak, dan punya tanggung jawab sosial. Sehingga dapat menjadi gaya hidup dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata pakar komunikasi Leila Mona Ganiem, salah satu pembicara seminar bertema “Aku, Kamu, Kita Bisa” yang diadakan oleh Organisasi Masyarakat (Ormas) Al-Irsyad, Ahad 6 Desember 2015.

Qarinah Thalib, ketua panitia seminar mengatakan, tidak hanya materi yang disampaikan, tapi juga ada sharing, renungan, serta diskusi kelompok yang diikuti antusias oleh para pesertanya.

Selain menghadirkan Leila Mona Ganiem, pembicara yang lain adalah penulis dan pengusaha Jackie Ambadar serta Chichi Sukardjo, seorang konsultan psikologi.

Ada beberapa sebab, orang malas melakukan PSR, misalnya tidak ada ide, tidak punya waktu, padahal setiap orang punya waktu sama banyaknya dengan orang sukses lain. Atau, takut dibilang sok baik, sok peduli.

Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa

“Padahal itu keren banget kalau kita mau lakukan. Jadi sebenarnya masalah-masalah personallah yang membatasi dirinya untuk berbuat sesuatu yang lebih baik,” ujar Mona.

Menurutnya, diperlukan acara semacam ini untuk mengajak dan mengajarkan kepada masyarakat bahwa PSR sejatinya sudah mengalir dalam darah pda tiap individu. Orang Indonesia adalah masyarakat yang peduli dan suka bergotong royong. Apalagi, Islam adalah agama yang sangat mendukung program kepedulian pada masyarakat seperti yang tertera dalam hadits di atas.

Menurut Chichi dan Jackie, indikator acara ini dikatakan berhasil  jika PSR sudah menjadi semakin populer, diadopsi semua orang, dan mereka mau take action (mengambil tindakan) serta menularkan manfaaf bagi lingkungannya.

Belajar dari Orang Tua

Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini

Budaya saling menolong. (Foto: Mirifica.net)

Budaya saling menolong. (Foto: Mirifica.net)

Ada sebuah kisah unik dari Fahimah Abdul Kadir Askar, Ketua Umum Pengurus Besar Wanita Al-Irsyad, saat ditemui dalam sesi wawancara pada acara tersebut. Ayahnya adalah pengusaha properti yang di mobilnya selalu ada banyak barang, mulai dari kran air, solatip, karpet, sajadah, sandal jepit sampi bakiak juga ada. Bahkan benda-benda seperti alat pertukangan, semacam engsel kunci pintu ada. Hingga Fahimah mengatakan, “Buat apa mobil, bagus-bagus kok diisi begituan?”

Namun, sang ayah tidak pernah menjawab, dia hanya menjawab dengan tingkah laku.

Jika Fahimah berpergian dengan ayahnya, orang tuanya tersebut akan masuk ke dalam masjid. Ayahnya akan cek kran airnya, apakah ada yang rusak atau tidak. Jika ada, maka supir akan diminta mengambil kran di mobil untuk mengganti yang rusak saat itu juga.

“Jika memang dia tidak mampu, misalnya pintu masjid yang rusak atau lainnya. Selalu dia panggil orang yang bertanggung jawab di masjid. Diberi uang, panggil tukang, suruh kerjakan, nanti berapa hari kemudian dia lihat, apakah sudah dikerjakan atau belum. Memeriksa apakah amanah itu ditunaikan atau tidak. Dengan pemantauan tersebut, jadi ada semacam pegawasan juga,” kisah Fahimah.

Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina

Contoh lain, lanjut Fahimah, sandal yang berlawanan arah di masjid ayahnya akan rapikan agar orang lain bisa mudah dan langsung pakai.

“Itu adalah contoh PSR yang paling kecil dan semua orang bisa melakukan sebagi teladan,” tambahnya.

Semua kisah ini termuat juga di dalam buku PSR Aku, Kamu, Kita Bisa, karya tiga pembicara seminar tersebut.

Al-Irsyad Bina Remaja

Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas

Atika, Ketua Divisi Keputrian Al-Irsyad berpesan agar kita bisa memberikan dampak positif kepada orang lain dan menebar bibit-bibit kebaikan. Ibarat cahaya, kalau kita buka pintu itu maka akan menyebar ke segala penjuru. Jadi, kita ingin cahayanya juga berdampak bagi mereka. Sehingga menjadi lebih baik dan berilmu.

Tidak hanya itu, Al-Irsyad melalui divisi keputriannya setiap bulan pada pekan keempat secara rutin selalu mengadakan pengajian remaja yang terbuka untuk umum. Kegiatannya pun beragam. mulai dari belajar agama, sharing, demo masak, konsultasi psikologi sampai sharing tentang wanita dan kecantikan.

Peserta yang hadir pun cukup banyak. Semua ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian sosial dan pembinaan berkelanjutan dari ormas Al-Irsyad.

Dengan adanya seminar ini diharapkan kita dapat menularkan butterfly effect dan mau berbagi dengan sesama. (L/M02/P001)

Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh

Miraj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda