Al-Jama’ah Adalah Rahmat dan Perpecahan Adalah Adzab


Oleh: Imaamul Muslimin, K.H. Yakhsyallah Mansur

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد عن النعمان بن بشير حديث حسن)
“Al-Jama’ah adalah dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Ahmad dari Nu’man bin Basyir dengan derajat hadits Hasan)

Dalam riwayat lain disebutkan dengan tambahan:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ. (رواه عبد الله بن أحمد بسند ضعيف)

“Barangsiapa tidak bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia tidak bersyukur atas nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Al-Jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Abdullah bin Ahmad dengan sanad dhaif)

Islam adalah satu-satunya agama yang mengajak kepada persaudaraan dan terwujudnya persatuan serta mengecam perpecahan dan perselisihan. Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai pembawa Risalah Islam selalu mengarahkan umatnya untuk menjaga kesatuan (Al-Jama’ah) dan menjauhi perselisihan dan perpecahan (Al-Firqah).

Secara bahasa Al-Jama’ah berarti Al-Ijtima’ (kesatuan), Al-Jami’ (berkumpul dan bersama-sama) dan Al-Ijma’ (kesepakatan dan persetujuan).

Sedang secara istilah Al-Jama’ah menurut Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam adalah:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى (رواه الترمذي، حديث حسن)

“Orang yang mengikuti aku dan para sahabatku.” (H.R. Tirmidzi, hadits Hasan)

Dalam hadits yang lain beliau bersabda:

إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُ الْإِخْتِلَافَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ –وَفِى رِوَايَةٍ– يَعْنِى الْحَقِ وَأَهْلِهِ (رواه ابن ماجه)

“Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Maka jika kalian melihat perselisihan, berpeganglah pada as-sawadul a’zham. Barangsiapa yang menyelisihinya akan terasing ke neraka –dalam riwayat lain– (as-sawadul a’zham) yaitu Al-Haq dan pengikutnya.” (H.R. Ibnu Majah) Menurut Al-Albani hadits ini Hasan.

As-Sawad adalah bentuk jama’ (plural) dari aswad yang artinya sesuatu yang berwarna hitam. Al-A’zham artinya besar, agung, banyak. Jadi as-sawadul a’zham secara bahasa berarti sesuatu yang berwarna hitam dalam jumlah yang sangat banyak.

Sedang secara istilah as-sawadul a’zham itu semakna dengan Al-Jama’ah. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa sahabat Abu Umamah Al-Bahili berkata, “Berpeganglah pada As-Sawadul A’zham.” Lalu ada orang bertanya, “Apa As-Sawadul A’zham itu?” Maka Abu Umamah Al-Bahili membaca:

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا ۚ وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (النور [٢٤]: ٥٤)

“Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kalian berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul hanya apa yang dibebankan kepadanya dan kewajiban kalian hanyalah apa yang dibebankan kepada kalian. Jika kalian taat kepadanya, niscaya kalian mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.” (Q.S. An-Nur [24]: 54)

Dengan jawaban ini Abu Umamah Al-Bahili mengisyaratkan bahwa as-sawadul a’zham adalah orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan kata lain pengikut kebenaran Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Yang dikehendaki dengan as-sawadul a’zham adalah mereka yang mengikuti sunnah dan Al-Jama’ah walaupun sedikit.”

Ishaq bin Rahawaih berkata, “Jika saya bertanya kepada orang-orang yang bodoh tentang as-sawadul a’zham pasti mereka menjawab, “Kumpulan manusia. Dan mereka tidak mengerti bahwa Al-Jama’ah (dapat saja hanya) seorang alim yang memegang teguh ajaran Nabi dan jalan orang yang bersama beliau dan orang yang mengikutinya.”

Dengan demikian untuk menamakan suatu golongan dengan as-sawadul a’zham tidaklah berdasar kepada jumlah orang tetapi berdasar kepada kesungguhan golongan itu dalam mengikuti kebenaran. Seseorang atau suatu golongan asal sungguh-sungguh dan konsisten mengikuti kebenaran maka itulah yang disebut as-sawadul a’zham dan ini identik dengan Al-Jama’ah. Abdullah bin Mas’ud , ketika menjelaskan pengertian Al-Jama’ah berkata:

الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ولَوْ كُنْتَ وَحْدَكَ

“Al-Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendirian.”

Hikmah Hidup Berjama’ah

Hikmah hidup berjamaah adalah keutamaan dan kemuliaan orang yang hidup berjama’ah mengikuti Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Adapun hikmah hidup berjamaah antara lain:

Pertama, Merealisasikan Ibadah yang Sangat Penting
Firman Allah :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ (ال عمران [٣]: ١٠٣)

“Dan berpegangteguhlah kalian kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kalian berpecah-belah,” (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Ketika menafsirkan ayat ini Asy-Syaikh Dr. Abdullah Al-Muthlaq berkata:

لُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أَهَمِّ الْعِبَادَاتِ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ بِهَا

“Menetapi Jama’ah Muslimin adalah ibadah yang paling penting yang diperintahkan oleh Allah.”

Kedua, Mewujudkan Kasih Sayang dan Persaudaraan

وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا (ال عمران [٣]: ١٠٣)

“Dan ingatlah kalian akan nikmat Allah kepadamu ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah melembutkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmat Allah kalian menjadi bersaudara;” (Q.S. Ali Imran [3]: 103)

Dengan hidup berjama’ah akan terwujud kasih sayang dan persaudaraan antara umat Islam sebagaimana yang dirasakan oleh para sahabat dari suku Aus dan Khazraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku itu selalu bermusuh-musuhan bahkan sering terjadi peperangan di antara mereka. Tetapi setelah masuk Islam jadilah mereka bersaudara dan saling menyayangi.

Ketiga, Menyebabkan Turunnya Rahmat dan Berkah
Sebagaimana yang disebutkan pada hadits di atas. Secara bahasa rahmat berarti:

الرِّقَّةُ وَالتَّعَطُّفُ

“Rasa sayang yang dipadu dengan rasa iba.”

Sedang menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, rahmat berarti:

مَعْنًى يَقُوْمُ بِالْقَلْبِ يُبْعِثُ صَاحِبَهُ عَلَى الْإِحْسَانِ إِلَى سِوَاهُ

“Perasaan jiwa yang mendorong pemiliknya untuk berbuat baik kepada orang lain.”

Keempat, Bertempat Di Tengah-Tengah Surga
Rasulullah bersabda:

مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ (رواه الترمذي والحاكم وصححه)

“Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah surga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah karena setan bersama orang-orang yang sendirian dan dia dari dua orang lebih jauh.” (H.R. At-Tirmidzi dan Hakim menshahihkannya)

Kelima, Menyelamatkan Godaan Setan
Rasulullah bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاذَّةَ وَالْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ وَإِيَّاكُمْ وَالشِّعَابَ وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ (رواه أحمد)

“Sesungguhnya setan adalah serigala terhadap manusia seperti serigala menerkam kambing yang terasing, menjauh dan menyisih. Maka janganlah kalian menempuh jalan sendiri dan hendaklah kalian berjama’ah dan berkumpul dengan orang banyak.” (H.R. Ahmad)

Perpecahan Umat dan Bahayanya

Pada hadits yang kita bicarakan di atas disebutkan bahwa perpecahan (firqah) adalah adzab (siksaan).

Khalifah Ali bin Abi Thalib ketika menjelaskan pengertian Al-Jama’ah dan firqah berkata:

وَالْجَمَاعَةُ وَاللَّهُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ الْحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْا وَالْفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ الْبَاطِلِ وَإِنْ كَثَرُوْا

“Dan Al-Jama’ah –demi Allah– adalah berkumpulnya ahlul haq walaupun sedikit dan firqah adalah berkumpulnya ahlul bathil walaupun banyak.”

Perpecahan terjadi adalah akibat perselisihan (ikhtilaf). Al-Asfahani (w. 502 H) membedakan antara tafarruq (perpecahan) dan ikhtilaf (perselisihan). Tafarruq (perpecahan) akan mengakibatkan perpisahan dan perpecahan sedang ikhtlaf (perselisihan) akan mengakibatkan perbedaan dan ketidaksamaan. Oleh karena itu tafarruq (perpecahan) dalam bentuk apapun dilarang oleh syariat. Sementara itu ikhtilaf (perselisihan) ada yang dilarang dan ada yang ditolerir.

Perpecahan di samping menyebabkan turunnya adzab juga menyebabkan beberapa bahaya antara lain:

Pertama, Menyebabkan Hilangnya Kekuatan
Firman Allah :

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (الأنفال [٨]: ٤٦)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 46)

Kedua, Terlepas Dari Tanggung Jawab Nabi
Firman Allah :

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (الأنعام [٦]: ١٥٩)

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahu-kan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Q.S. Al-An’am [6]: 159)

Ketiga, Menyerupai Orang Musyrik
Firman Allah :

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (الروم [٣٠]: ٣١-٣٢)

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Q.S. Ar-Rum [30]: 31-32)

Keempat, Hilangnya Agama
Sabda Rasulullah :

إِيَّاكُمْ وَسُوْءَ ذَاتِ الْبَيْنِ فَإِنَّهَا الْحَالِقَةُ (رواه الترمذي)

“Jauhkanlah dari merusak hubungan karena itu adalah pencukur agama.” (H.R. Tirmidzi)

Kelima, Menyebabkan Mati Jahiliyah
Sabda Rasulullah :

مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةِ شِبْرًا فَمَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً. (متفق عليه)

“Barangsiapa memisahkan diri dari Jama’ah sejengkal kemudian mati, maka matinya adalah mati Jahiliyah.” (Muttafaq Alaih)

“Mati Jahiliyah adalah mati tanpa memiliki Imaam yang ditaati.” (Syarah Muslim). (R12/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.