Oleh: Rendi Setyawan
Ketika tengah berselancar di dunia maya, penulis menemukan sebuah potongan video yang memperlihatkan seorang pria milineal menyelesaikan rumus-rumus Matematika dengan begitu cepat. Dalam kesempatan lain, pria yang ternyata nonmuslim tersebut bernama Jerome Polin Sijabat, mengidolakan seorang ilmuwan muslim bernama Al Khawarizmi.
Satu hal yang cukup menarik adalah Jerome tanpa ragu menyebutkan bahwa Al Khawarizmi merupakan idolanya sejak kecil. Alasannya sederhana, sebab Al Khawarizmi adalah orang yang menemukan angka 0 (nol). Lalu, siapakah sebenarnya Al Khawarizmi, ulama muslim yang sampai memikat hati seorang milenial nonmuslim?
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Muhammad ibn Musa Al Khwarizmi, sedangkan di negara-negara barat Al Khawarizmi dikenal dengan sebutan Al Goritmi, Al Gorismi, Al Cowarizmi, dan sebutan dengan ejaan yang lainnya.
Al Khawarizmi lahir sekitar tahun 780 M di Khawarizm jika sekarang tempat kelahirannya dikenal dengan kota Khiva di Uzbekistan. Keluarganya merupakan turunan Persia yang telah menetap di Khawarizm. Dari beberapa catatan sejarah diketahui, sejak kecil dirinya bersama keluarga pindah ke selatan kota Baghdad, sehingga di sinilah ia meniti karirnya sebagai seorang matematikawan.
Pada masa Harun Al Rasyid dari Dinasti Abbasiyah, Al Khawarizmi yang kala itu masih remaja sudah diangkat menjadi anggota di Baitul Hikmah yang disebut juga sebagai wisma kearifan atau House of Wisdom di Kota Baghdad, yang merupakan pusat Dinasti Abbasiyah.
Baitul Hikmah adalah lembaga penerjemahan, pusat penelitian ilmu pengetahuan, juga sebagai perpustakaan besar yang didirikan oleh khalifah Harun Al-Rasyid. Tempat tersebut menjadi ruang berkumpulnya para ilmuwan.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Setelah masa Harun Al Rasyid berakhir dan digantikan oleh Al Makmun, Baghdad terus menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. Mewarisi kecintaan pada ilmu pengetahuan, Al Makmun sadar bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci peradaban.
Sejak pertama kali diangkat menjadi anggota di Baitul Hikmah, Al Khawarizmi bekerja sebagai ilmuwan. Di sana ia terus belajar banyak ilmu pengetahuan, terutama ilmu alam dan ilmu matematika. Semasa hidupnya, Al Khawarizmi terus mengabdi dalam bidang pendidikan dan juga riset keilmuan. Hal itu membuatnya sangat terbuka pada sumber-sumber ilmu pengetahuan dari manapun, baik itu Yunani, India, bahkan Romawi.
Kecintaan Al Khawarizmi pada pengetahuan, mendorongnya untuk mempelajari bahasa Sanskerta dan juga bahasa Yunani. Setelah mahir dan menguasai bahasa-bahasa itu, Al Khawarizmi kemudian mulai menerjemahkan beberapa buku. Seperti buku India berjudul Siddhanta yang berisi ilmu astronomi, ia terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kemudian buku berisi ilmu Geografi yang ditulis Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani, pun berhasil ia terjemahkan.
Karena kemampuannya dalam menerjemahkan buku-buku tersebut, membuat pengetahuan dan pemikiran Al Khawarizmi dalam bidang sains semakin cemerlang. Keterbukaannya dalam mengadopsi ilmu-ilmu pengetahuan dari mana pun, membuat Khawarizmi melahirkan banyak karya. Salah satu karya terbesarnya adalah Aljabar.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Dalam bukunya yang berjudul Al Mukhtasar fi Hisab Al Jabr wa Al Muqabala menjadi pondasi penting dalam Aljabar di era modern. Aljabar, juga menjadi materi yang banyak dipelajari di dunia sampai saat ini. Karyanya ini tidak terlepas dari pemikiran ilmuwan Yunani yang bernama Diophantus. Berangkat dari karya Diophantus tersebut, Al Khawarizmi menemukan banyak permasalahan dan kesalahan yang cukup sulit untuk dipahami.
Dari situlah, Al Khawarizmi mulai memperbaiki dan menyempurnakan Aljabar. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, cosinus, tangen, kotangen, juga konsep diferensiasi.
Menurut matematikawan Barat, Crandz dalam bukunya yang berjudul ‘The Social Al-Khawarizmi Algebra’ mengatakan, Al Khawarizmi lebih berhak menyandang gelar ‘Bapak Aljabar’ dibandingkan Diopanthus. Al Khawarizmi juga menjadi orang pertama yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer. Bukan cuma itu, ia juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma, dan hitungan desimal.
Al Khawarizmi juga yang telah mempopulerkan penggunaan angka 0. Ia adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka 0. Karyanya dalam bidang Aritmatika ini tertuang dalam bukunya yang berjudul Al Jam’ wat-Tafriq bi Hisab Al Hind. Al Khawarizmi menjelaskan tentang penjumlahan dan pengurangan berdasarkan kalkulasi Hindu.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Al Khawarizmi mengenalkan penggunaan angka Hindu mulai dari 1 sampai 9, dan juga 0. Ia juga membahas sejarah angka-angka. Lewat buku-buku karya pemikiran Al Khawarizmi inilah orang-orang Eropa belajar menggunakan angka 0 untuk memudahkannya menghitung kelipatan 10, 100, 1000, begitu seterusnya.
Bukan hanya Aljabar, Khawarizmi juga mengenalkan konsep Algoritma, yang pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan teknologi hari ini. Algoritma adalah ilmu dalam bidang matematika, yang mengajarkan tentang langkah logis dalam menyelesaikan masalah yang disusun secara sistematis. Algoritma menjadi jantungnya ilmu informatika komputer.
Karena penemuannya itu, Al Khawarizmi dinobatkan sebagai ‘Bapak Aljabar’ yang bahkan pemikir-pemikir Barat pun mengakuinya. (A/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)