Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional
Kota Al-Quds atau Yerusalem bukanlah sekadar kota biasa. Namun Kota Al-Quds adalah simbol, sejarah, dan janji yang tersimpan dalam ayat-ayat suci dan jejak para nabi.
Kota Al-Quds juga bukan sekadar kota bersejarah. Kota Al-Quds adalah titik pertemuan langit dan bumi, tempat di mana para nabi berdakwah, kitab suci diturunkan, dan kiblat pertama umat Islam sebelum Ka’bah.
Di kota suci Al-Quds, bersemayam Masjidil Aqsa, kiblat pertama umat Islam, tempat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diangkat ke langit dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Baca Juga: 20 Tahun BDS, Konsisten Serukan Aksi Global Akhiri Apartheid Israel
Di Kota Al-Quds inilah bumi bersambung langsung dengan langit. Kota Al-Quds bukanlah sekadar letak geografis. Namun Al-Quds adalah gerbang bumi menuju surga.
Di dalam Al-Qur’an, Allah menyebut wilayah ini sebagai “Tanah yang Diberkahi.”
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra [17]: 1).
Baca Juga: Cara Ampuh Melindungi Akun Media Sosial dari Peretasan
Keberkahan wilayah tersebut bukan hanya karena sejarah para nabi, tetapi karena ia menjadi pusat perhatian langit dan bumi. Para nabi pernah berjalan di atasnya, dan darah para syuhada membasahinya.
Inilah salah satu kota yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsa, di mana kita umat Islam dianjurkan untuk berkunjung ke sana. Sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
Artinya : “Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjidil Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjidil Aqsa (di Palestina)”. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: “Nasi Box” dan Diplomasi Sepak Bola: Saat Indonesia Memikat Dunia Lewat Piala Presiden 2025
Hadits ini menunjukkan perjalanan ke tiga masjid tersebut memiliki berbagai kebajikan dan keutamaan. Di antaranya shalat di Masjidil Haram pahalanya setara dengan 100.000 shalat di masjid lainnya. Adapun shalat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 shalat di tempat lain, dan shalat di Masjidil Aqsha setara dengan 500 kali.
Jika seseoang berkunjung ke Masjidil Haram, berjumpa Allah di hadapan rumah-Nya, Baitullah, terasa air mata mengalir tak terbendung. Di setiap melihat Ka’bah, saat thawaf mengitarinya, saat Sa’i antara Shafa dan Marwah, semua ada getaran-getaran kerinduan kepada Sang Pencipta.
Terbayang dosa-dosa yang menggunung, disaksikan langsung oleh Sang Maha Pemberi Balasan. Sungguh sekeras jiwa apapun, sekasar apapun karakternya, ia dipastikan akan melelehkan air mata taubat.
Demikian halnya saat berkunjung ke Madinah, dan hendak berjumpa baginda Nabi Muhammad Shallalallahu ‘Alaihi Wasallam. Jiwa terasa kerdil dan malu berjumpa Nabi yang separuh hidupnya dipersembahkan untuk perjuangan dakwah dan jihad. Malu pula terhadap dua orang termulia di samping baginda, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Baca Juga: Boikot Zionis Senjata Paling Mematikan
Namun akan berbeda, manakala berkunjung ke Masjidil Aqsa. Menurut mereka yang pernah berkunjung ke Masjidil Aqsa, nuansa ziarah ke Al-Aqsa adalah nuansa perjuangan. Betapa para peziarah harus menghadapi check point yang jumlahnya berpuluh-puluh. Tak terkira banyaknya dan rumitnya.
Terlihat bagaimana para peziarah melihat muka-muka bengis dan sosok-sosok jahat tentara Zionis ketika menggeledah setiap tas bawaan dan lipatan-lipatan baju pengunjung. Bahkan hingga ke baju-baju dalam segala.
Karenanya, kunjungan ke Al-Aqsha itu bukanlah kunjungan biasa, tapi juga ziarah mengunjungi saudara-saudara kita yang telah berjuang langsung di medan perjuangan. Di sini, terlihat wajah gembira warga dan anak-anak Palestina menyambut para pengunjung yang menyapanya.
Para pengunjung pun membeli beberapa barang yang dijual warga Palestina, untuk sedikit menghidupkan unit-unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mereka.
Baca Juga: Merajut Jalan Indonesia Menuju Pusat Ekonomi Syariah Dunia
Terlebih saat memasuki Masjidil Aqsa yang penuh berkah, melalui gerbang utama Magharibah, yang juga dijaga ketat pihak keamaman Zionis
Terlihat di halaman, serambi dan dalam masjid, terlihat para penjaga (murabithun dan murabithat), yang siaga sepanjang waktu mengawal Masjidil Aqsa dari serbuan tentara Zionis dan para pemukim ektremis Yahudi.
Tak sedikit dari mereka menjadi putra-putra terbaik Palestina menjadi bagian dari barisan para syuhada Al-Aqsa.
Maka, akan semakin terasa betapa Masjidil Aqsa adalah bagian yang paling berharga dari umat Islam dan komponen paling penting yang tidak dapat dipisahkan dari iman.
Baca Juga: Zionisme Adalah Terorisme: Dunia Buta, Palestina Menderita
Karenanya, menjadi keinginan iman terdalam kita umat Islam, untuk shalat berjamaah bersama kaum muslimin di Masjidil Aqsa, di negeri para Nabi, wilayah penuh berkah.
Orang-orang Yahudi saja secara berkala berkunjung ke kompleks Al-Aqsa dengan klaim ritual talmud di Tembok Ratapan, bagian dari Masjidil Aqsa. Itu keyakinan mereka. Kita tentu harus lebih kuat dan serius dari mereka.
Begitulah, Kota Al-Quds menjadi saksi perjuangan yang tak pernah padam. Namun, janji Allah itu pasti, suatu saat akan datang masa ketika kaum tertindas menjadi pemimpin, dan Masjidil Aqsa kembali ke tangan orang-orang yang beriman.
Karena itu, membela Al-Quds bukanlah sekadar membela Masjidil Aqsa yang ada di dalamnya, tapi membela warisan kenabian dan kehormatan umat Islam. Sebab Kota Al-Quds adalah wilayah milik seluruh kaum muslimin.
Baca Juga: Mindset Tauhid, Dasar Kesuksesan Menurut Al-Qur’an
Ya, Kota Al-Quds bukan hanya kota biasa, tapi ia adalah panggilan jiwa. Ia memanggil setiap hati yang masih beriman, agar ikut menjaga gerbang bumi yang menghubungkannya ke surga. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mencintai Al-Aqsa: Identitas Muslim Sejati