Oleh : Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)
Pendudukan Zionis Israel mengatakan ribuan kali, menganggap Kota Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kotanya. Presiden AS yang lalu, Donald Trump, pun mengakuinya, mungkin jutaan kali, sebagai ibu kota bangsa Yahudi Israel.
Berapapun mereka kaum penjajah dan penjahat kemanusiaan mengklaim, hal itu tidak akan mengubah apa pun tentangnya sebagai ibu kota semua orang Arab dan Muslim.
Termasuk walaupun beberapa negara Arab tetangga Palestina, menjalin normalisasi dengan bangsa penjajah dan penjahat kemanusiaan, mengekor tekanan Trump.
Baca Juga: Hezbollah Berharap Pemimpin Baru Suriah Anti-Zionis Israel
Al-Quds, sebagai negeri suci para Nabi dan Rasul utusan Allah, telah disucikan dengan darah ribuan syuhada Muslim yang mempertahankannya.
Para Nabi dan Rasul utusan Allah telah berjalan di bumi penuh berkah itu, dengan membawa pesan cinta, perdamaian dan toleransi sebagai pesan kepada dunia.
Batu-batu yang tersusun pada bangunan Masjid Al-Aqsa dan Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre), megah berdampingan secara damai. Itu berlangsung bukan hanya saat ini. Namun ratusan tahun lalu sejak pembebasan Kota Iliya (Yerusalem) oleh Khalifah Umar bin Khattab, setelah menerima penyerahan kunci gerbang kota dari Pendeta Sophronius, Uskup Agung Illiya, atas nama Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) yang berkuasa saat itu.
Kedua bangunan itu mengandung jejak ratusan generasi yang saling menghormati, yang telah dibodai kehormatannya oleh pendudukan Zionis Israel.
Baca Juga: Sekolah-sekolah di Suriah Kembali Buka Pasca Jatuhnya Rezim Asaad
Tepat sekali kalau kemudian Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan pendudukan Israel, bahwa tempat suci umat Muslim dan Kristen di Yerusalem adalah “garis merah” yang tak boleh dirusak oleh pasukan dan pemukim illegal pendudukan.
Abbas memperingatkan itu setelah pasukan pendudukan Israel menyerang Pendeta Kristen Koptik dan jemaat yang hendak memperingati Sabtu Suci di Gereja Makam Kudus, di yerusalem, Sabtu (15/4/2023).
Bagi umat Islam, sudah sangat jelas, Kota Al-Quds bukan sekedar “garis merah,” tapi “garis keimanan”. Sesuai dengan firman Allah di dalam Kitab Suci Al-Quran :
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ للِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya : “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS Al-Isra [17]: 1).
Baca Juga: Liga Arab Kutuk Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Al-Quds yang di dalamnya ada Masjidil Aqsa adalah ibukota umat Islam seluruh dunia, setelah Makkah yang di dalamnya ada Masjidil Haram dan Madinah tempat Masjid Nabawi.
Surat Al-Isra ayat pertama ini akan terus menggema, dibacakan oleh para khatib dan imam masjid, menegaskan kesucian kota Al-Quds, tempat Masjidil Aqsa berdiri.
Sikap dan semangat Islam sebagai keyakinan teguh yang tidak dapat digoyahkan oleh arogansi Zionis Israel dan Amerika Serikat dan sekutunya.
Yang jelas dan pasti, apapun dan bagaimanapun Al-Quds adalah ibu kota abadi negara Palestina, sekaligus ibukota umat Islam sedunia. Maka, mempertahankannya dari penodaan, perusakan, serangan dan upaya perobohan, bukan hanya tanggung jawab umat Islam di Palestina saja. Namun tanggung jawab seluruh umat Islam sedunia. (A/RS2/P1)
Baca Juga: Ribuan Warga Yordania Pawai Dukung Badai Al-Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)