Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Al Quran Berusia Ratusan Tahun Ada di Bali

Rana Setiawan - Senin, 19 Juni 2017 - 15:42 WIB

Senin, 19 Juni 2017 - 15:42 WIB

290 Views

(Rana/MINA)

(Rana/MINA)

Oleh Rana Setiawan, Wartawan Kantor Berita Islam MINA

Sebuah Al Quran berusia ratusan tahun lalu ternyata ada di Bali. Al Quran in,i kini tersimpan di salah satu tokoh masyarakat di lingkungan Masjid As-Syuhada Kampung Bugis, Serangan, Denpasar.

Ketua Takmir Masjid As Syuhada, Muhammad Syukur mengungkapkan, Al Quran peninggalan dari abad ke-17 tersebut ditulis menggunakan tangan bersampul kulit binatang. Kertasnya diterawang juga berserat.

Al Quran ini merupakan warisan leluhur dari Kerajaan Bugis yang pertama kali mendiami tanah Pulau Dewata. Warga Bugis pada abad itu membaca dan mengkaji dngan mushaf Al Quran yang diperkirakan ditulis di Mekkah itu di Masjid As Syuhada Kampung Bugis.

Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

Masjid Asyuhada ini menjadi masjid tertua kedua setelah masjid tertua pertama yang berada di daerah Gelgel, Gianyar. Menurut sejarah, masjid yang tertua di Pulau Bali dibangun pada masa kejayaan Majapahit.

Masjid ini adalah pemberian Raja Badung agar orang-orang Bugis pada zaman dulu memiliki tempat beribadah.

Menurut Muhammad, masjid ini sudah terdaftar sebagai situs cagar budaya. Hingga kini, setiap sembilan hari setelah satu Muharram saban tahunnya Al Quran itu diarak keliling kampung. Pengarakan Al Quran itu juga merupakan tradisi turun temurun warga Kampung Bugis Serangan.

Ia mengharapkan ada pihak-pihak yang terkait dapat meneliti dan melestarikan/merestorasi mushaf Al Quran kuno ini.

Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata

Seruan Imam Masjid Al-Aqsha

Al Quran ini sempat diperlihatkan oleh Takmir Masjid Asy-Syuhada kepada Imam Masjid Al-Aqsha Palestina, Syaikh DR. Mustofa Mohammd Abdel Rahman At-Tawil saat ia berkunjung ke Masjid Asy-Syuhada pada hari pertama Safari Ramadhan Cinta Al-Aqsha 1438 di Denpasar, Sabtu 22 Ramadhan 1438/17.

Safari Ramadhan Cinta Al-Aqsha 1438 digagas Al-Aqsa Working Group (AWG) bekejasama dengan Kedutaan Besar Palestina. Safari dakwah Imam Masjid Al-Aqsha ini telah digelar di beberapa daerah di antaranya Jakarta, Bogor, Lampung, Jogjakarta, Surabaya, dan Madura.

Syaikh Mustafa sangat terkesan dengan Al Quran itu. Namun, ia menyayangkan susunan halaman surat dalam mushaf kuno ini tidak tersusun rapi.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Dia menyarankan agar mushaf Al Quran kuno ini segera dibawa ke lembaga yang bisa merestorasi mushaf yang akan usang ini.

“Al Quran ini menjadi salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Untuk itu perlu dijaga,” kata Syaikh Mustafa. Dia meminta mushaf itu dibawa ke lembaga terkait di Turki.

Lokasi Al Quran Tertua

Untuk mencapai lokasi Masjid As Syuhada, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Masjid Kampung Bugis, jika dari Denpasar atau dari arah Gianyar melewati jalan By Pass Ngurah Rai. Setelah beberapa meter melewati supermarket Lotte Mart kita akan menjumpai jalan yang menuju Serangan ini.

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Setelah melalui jalan yang mulus dan memasuki desa Serangan ini kita harus membayar tiket masuk mobil ke desa sebesar mpat ribu rupiah. Selanjutnya anda tinggal mengikuti jalan ini yang merupakan jalan satu-satunya menuju desa Serangan. Dulu Pulau Serangan merupakan pulau yang terpisah dari Pulau Bali, letaknya di sebelah timur Pelabuhan Benoa atau bila dilihat di peta, berada di sebelah timur kaki pulau Bali.

Tapi kini Serangan telah menyatu dengan Pulau Bali, yakni sejak bagian laut pulau itu direklamasi awal dekade 90-an dan kini menjadi milik PT Bali Turtle Development Island (BTID).

Pulau Serangan, yang terletak 5 kilometer di selatan Denpasar dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, dianggap cocok sebagai tempat bermukim warga Bugis yang sebagian besar adalah pelaut.

Sejarah Kampung Bugis

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah

Menurut informasi yang didapat, Pada abad 17, sekitar 40 orang warga Bugis yang dipimpin oleh Syaikh Haji Mukmin bin H Hasanudin berlayar dari daerah asalnya karena menolak aturan dalam Perjanjian Bongaya yang melarang warga lokal memiliki kapal-kapal besar. Perjanjian Bongaya ditandatangani pada 1667 oleh Sultan Hasanuddin dari Gowa dan Belanda yang diwakili Laksamana Cornelis Speelman.

Dalam pelayarannya dengan menggunakan perahu tua, Mukmin kemudian berlabuh di sebuah pulau yang terletak di selatan Bali yakni Pulau Serangan.

Raja Puri Pemecutan (kini Kabupaten Badung), pada saat itu, Cokorda Ngurah Sakti, mmbrikan hadiah dngan mngizinkan Syaikh Haji Mukmin dan kawan-kawannya dari Bugis untuk menempati tanah sang raja yang berupa hutan bakau di Pulau Serangan, karna mrka ikut membantu Kerajaan Badung dalam perang melawan Kerajaan Mengwi.(R01/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir

Rekomendasi untuk Anda